Beranda / Romansa / Luka Cinta Istri Kedua / Bab 3. Permintaan Mama

Share

Bab 3. Permintaan Mama

Penulis: Sulistiani
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-19 17:06:24

Sembilan tahun telah berlalu sejak kecelakaan tragis itu mengubah banyak hal dalam keluarga kecil Irsyad dan Sandra. Meski luka fisik sudah lama pulih, tapi luka batin terutama pada Sandra belum sepenuhnya sembuh. Kecelakaan itu merenggut buah hati yang belum sempat mereka peluk dan membuat Sandra kehilangan kemampuan untuk mengandung. Dunia mereka sempat runtuh, tetapi Irsyad bertahan. Ia tetap di sisi Sandra, meyakinkannya bahwa cintanya tak bergantung pada kemampuan memberi keturunan. Namun tidak semua orang bisa melihat cinta dengan kacamata yang sama.

"Sembilan tahun sudah berlalu, Irsyad." ucap Nur membuat Irsyad mengerutkan keningnya.

Malam itu Nur meminta Irsyad datang ke rumahnya, sebagai seorang anak Irsyad pun menuruti permintaan sederhana sang mama. Ia mengajak Sandra, tetapi Sandra sibuk dengan bisnis skincare nya hingga tak bisa ikut.

"Sembilan tahun apa maksud Mama?" tanya Irsyad.

"Sembilan tahun sejak kejadian itu. Sejak kamu dan Sandra kehilangan anak, sejak rahim istrimu diangkat."

Irsyad terdiam. Ia menunduk, menyembunyikan emosi yang perlahan naik ke permukaan. "Mama aku ingat semua itu, tapi aku tidak mau membahas nya lagi."

Nur menghela nafas, menatap Irsyad dengan penuh harap. "Mama tahu kamu pasti jawab seperti itu, tapi kamu juga anak Mama satu-satunya, Irsyad. Kamu harapan keluarga ini, kamu satu-satunya yang bisa meneruskan garis keturunan, jika bukan berharap pada kamu, maka mama harus berharap pada siapa lagi?!"

Irsyad menegakkan tubuh, menatap ibunya dengan mata teduh tapi mantap. Ia tahu jika sudah membahas kejadian 9 tahun silam, sang mama pasti akan membahas wanita lain yang ia siapkan, ia meminta Irsyad menikah lagi, memiliki anak dari wanita lain, tetapi Irsyad tetap tidak mau meski sudah 9 tahun lamanya Nur membujuk dan memperkenalkan pada banyak wanita.

"Kalau Mama ingin aku datang kesini untuk membahas wanita lain, jawabanku masih tetap sama, Ma. Aku tak ingin menikah lagi, aku tak siap melakukan poligami, Sandra pun pasti keberatan."

Nur menatap Irsyad dalam diam, cukup lama hingga akhirnya ia meneteskan air mata dan menghapusnya kembali.

"Ternyata cintamu pada Sandra begitu besar, lebih besar dari pada cintamu pada Mama yang mengandung dan melahirkan mu. Hingga kamu benar-benar tak bisa menuruti permintaan Mama, mungkin ini permintaan terakhir karena mama sudah cukup tua. Namun, jika kamu tak bisa mama tidak akan memaksa."

"Bukan begitu, Mah." ucap Irsyad merasa dadanya sesak saat mendengar ucapan sang mama diiringi air mata yang mengalir di pipi yang sudah mulai keriput itu.

"Nyatanya seperti itu. Padahal dalam Islam, seorang laki-laki diizinkan untuk poligami jika istrinya tidak bisa memberikan keturunan, dengan syarat mendapatkan izin dari pengadilan agama dan memenuhi persyaratan lain seperti kemampuan finansial dan berlaku adil."

"Aku tak siap poligami, Mah. Itu bukan hal yang mudah," ucap Irsyad.

"Mama tahu karena cintamu pada Sandra terlalu besar, kamu pasti bilang ini tak mudah." Nur menunduk, suaranya semakin pelan. "Mama hanya ingin melihat cucu dari kamu sebelum Mama menghembuskan nafas terakhir."

Air mata perlahan mengalir di pipi Nur. Ia tak mampu melanjutkan ucapannya, ia yakin Irsyad tak akan menuruti keinginannya meski ia sudah dalam keadaan sekarat sekalipun. Ada rasa campur aduk di dadanya.

Hening menyelimuti ruangan. Kali ini, dengan beban perasaan yang lebih berat. Nur memejamkan mata. Ia tahu anaknya bukan lelaki yang mudah digoyahkan. Namun, sebagai ibu, ia hanya ingin mewariskan cinta dan nama keluarga pada generasi berikutnya.

"Pulanglah, mama tak ingin melihatmu."

"Ma, tolong jangan marah. Aku sayang sama Mama, minta apapun yang lain akan aku turuti, tapi jangan minta hal itu. Aku tak bisa menyakiti Sandra," ucap Irsyad.

Nur tersenyum dengan air mata yang masih menetes. "Mama senang kamu jadi suami yang baik dan begitu mencintai serta meratukan istri, tapi mama sedih karena kamu mencintai dan meratukan wanita yang salah," ucap Nur akhirnya menyampaikan kekecewaannya.

Sejak awal pernikahan Nur sudah merasa jika Sandra wanita yang egois dan tak patuh pada suami, ia juga kurang menghormati Nur sebagai mertua, sering kali Nur meminta Sandra dan Irsyad datang ke rumahnya, tetapi Sandra selalu punya alasan untuk tidak datang.

Bahkan Nur menurunkan egonya demi menjalin keharmonisan antara menantu dan mertua, ia yang mengunjungi rumah anak dan menantunya, tetapi seringkali Sandra malah terlihat terganggu dengan kedatangan sang mertua. Namun, Irsyad begitu mencintai Sandra hingga selalu mengatakan yang baik-baik tentang Sandra di depan sang mama.

"Ma, maaf. Irsyad gak bisa turuti permintaan Mama ini, Irsyad pulang, besok Irsyad datang lagi."

Irsyad akhirnya pulang dengan perasaan bersalah, selama ini sang mama sudah sangat baik padanya. Menjadi seorang single parents merawat Irsyad sejak ayah nya meninggal saat Irsyad masih duduk di bangku SMP.

Nur tidak menikah lagi, ia hanya fokus merawat Irsyad, wanita itu pun tak pernah menuntut apa-apa dari anaknya. Bahkan Nur juga selalu menunjukan kepedulian nya pada sang menantu, meski Sandra sebagai menantu terlihat kurang menghargai Nur sebagai mertua.

"Kamu pulang, Mas? Gak nginep di rumah mama?" tanya Sandra saat Irsyad sampai di rumah.

"Enggak," jawab Irsyad singkat.

"Kenapa? Mama minta kamu menikah lagi ya? Udah nyiapin perempuan untuk kamu lagi ya?" tanya Sandra.

Irsyad tak menjawab pertanyaan sang istri, ia berjalan gontai menuju kamar. Lalu duduk diujung ranjang dan menutup wajahnya, ia merasa sangat tertekan dalam situasi saat ini.

Di satu sisi ia merasa bersalah karena tak bisa menuruti keinginan mamanya, tapi si sisi lain ia juga tak ingin menyakiti hati sang istri jika menuruti keinginan mamanya.

"Mas." Sandra duduk di samping Irsyad.

"Aku harus apa, Sandra? Apa aku anak yang durhaka jika tidak bisa menuruti keinginan mama? Aku tak bisa membahagiakan mama dengan cara menyakiti hati kamu," ucap Irsyad.

"Aku udah tahu kalau kamu diminta datang ke rumah mama, pasti akan membahas ini. Bukan sekali dua kali, mama sering membicarakan ini," ucap Sandra.

Irsyad menghela nafas, pikirannya masih kacau dan ia tak tahu harus seperti apa. Mama dan Sandra adalah dua wanita yang ia cintai dengan versi berbeda, ia ingin keduanya bahagia. Namun sepertinya itu sulit untuk diwujudkan.

"Mas, aku udah berpikir berulang-ulang. Aku gak keberatan kalau kamu menikah dengan wanita lain," ucap Sandra.

Irsyad mengangkat wajahnya, menatap Sandra dengan mata terbelalak tak percaya jika sang istri mengatakan hal itu. Padahal Irsyad masih sangat ingat, sejak dulu Sandra tak bisa berbagi hati dengan siapapun.

"Jangan bercanda, ini gak lucu!" ucap Irsyad.

"Aku serius. Aku gak keberatan kamu nikah dengan perempuan lain, tapi aku yang mencarikan perempuan itu jangan mama. Selain itu aku mau pernikahan nya hanya sekedar kontrak sampai perempuan itu melahirkan anak untuk kamu, setelah itu kontrak selesai kalian cerai," ucap Sandra

"Jadi maksud kamu, kamu akan mencarikan wanita untuk aku nikahi secara kontrak, hanya untuk melahirkan anak?" tanya Irsyad dengan alis bertaut menatap Sandra menatap Sandra dengan heran, ia tak menyangka sang istri bisa memiliki ide seperti itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
entahlah apa yg ada dlm otaknya c Sandra tuh, dia pikir semudah itu misahin anak dari ibunya gila bnran nih perempuan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Luka Cinta Istri Kedua   Bab 57. Menunggu

    Irsyad berdiri di depan pintu, menatap kayu tua yang memisahkan dirinya dari Hana. Nafasnya berat, dadanya seperti diremas. Ia mengangkat tangan, berniat mengetuk, tapi tangannya berhenti di udara. Ada rasa takut, takut jika ketukan itu akan membuat Hana semakin menjauh.Dari dalam, suara langkah cepat terdengar, lalu bunyi pintu kamar yang tertutup rapat. Irsyad tahu, Hana memilih mengurung diri.tiba-tiba seorang wanita paruh baya membuka pintu, menatap Irsyad membuat Irsyad menegakkan punggungnya. "Nak Irsyad, apa benar itu kamu?"Irsyad menarik napas, berusaha tersenyum, lalu mengangguk. "Iya, Bu. Saya Irsyad, saya suami Hana. Maaf kalau kedatangan saya tiba-tiba. Saya… hanya ingin bertemu Hana."Bu Rum mendesah pelan, lalu menggeleng. "Dia… belum siap, Nak. Ibu tidak tahu apa yang sudah terjadi diantara kalian sebelumnya, tetapi dari cerita Hana, dia punya luka yang belum sembuh."Irsyad terdiam. Matanya mulai basah. Ia tahu benar siapa penyebab luka itu, dirinya sendiri dan Sand

  • Luka Cinta Istri Kedua   Bab 56. Pertemuan

    Irsyad akhirnya memasuki gerbang kayu sederhana yang menandai batas desa kelahiran Hana. Jalanan tanah yang sedikit bergelombang membuat mobilnya berguncang pelan. Aroma sawah yang basah dan suara jangkrik mulai terdengar di sela-sela kesunyian desa itu.Irsyad melambatkan laju mobil, matanya menatap penuh rasa penasaran ke setiap rumah yang ia lewati. Di kepalanya, ada seribu tanya. "Apakah benar Hana ada di sini? Bagaimana keadaannya? Bagaimana wajah anaknya?"Tak jauh dari tikungan, ia melihat seorang bapak paruh baya sedang duduk di bangku bambu depan rumah, merokok sambil menatap ke jalan. Irsyad meminggirkan mobil, lalu turun."Permisi, Pak." ucap Irsyad dengan sopan.Bapak itu menoleh. "Iya, Nak? Ada yang bisa dibantu?""Saya, mencari seseorang. Namanya Hana. Dia baru-baru ini pindah ke desa ini."Bapak itu mengangguk pelan. "Ooh… Hana. Iya, saya tahu. Dia tinggal di ujung sana, rumahnya Bu Rum. Jalannya terus saja, nanti belok kiri di pohon mangga besar. Rumah kayu dengan ter

  • Luka Cinta Istri Kedua   Bab 55. Desa Terpencil

    Pagi itu, rumah Irsyad masih tampak seperti biasa. Tak ada yang aneh. Sandra bersiap-siap ke kantor dengan wajah dingin yang sudah menjadi rutinitas. Ia tak menyapa Irsyad, tak juga menoleh meski suaminya duduk di meja makan. Irsyad tak peduli, pikirannya sedang dipenuhi oleh satu nama, Hana.Setelah memastikan Sandra benar-benar pergi bekerja, Irsyad segera bangkit dari duduknya. Ia naik ke kamar dan menarik koper kecil yang sudah ia siapkan malam sebelumnya. Pakaian secukupnya, berkas penting, dan foto kecil Hana dan bayinya yang dulu sempat diberikan oleh bi Piah, ia simpan rapi di dalam.Dengan langkah ringan tapi hati yang berat, ia keluar dari rumah tanpa suara. Ia sempat menatap rumah besar itu—tempat yang semestinya penuh cinta, tapi berubah jadi penjara bagi luka-lukanya.Di garasi, Irsyad memasukkan koper ke bagasi mobil. Setelah memastikan semuanya aman, ia masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin, dan mulai melaju menuju alamat yang diberikan Arkan. Jalanan pagi itu cukup le

  • Luka Cinta Istri Kedua   Bab 54. Irsyad Mulai Tegas

    Di sisi lain.Irsyad tampak gelisah. Sejak pagi pikirannya tak tenang. Ia terus menunggu seseorang yang akan membawakan jawaban dari sebagian kegelisahannya selama ini. Tak lama kemudian, seorang pria berkemeja rapi menghampiri meja mereka dengan langkah pasti."Arkan," sapa Irsyad sambil berdiri dan menjabat tangan pria itu.Arkan, pria muda yang merupakan rekan kerja sekaligus penyelidik pribadi Marco, mengangguk sopan. Ia duduk dan tanpa banyak basa-basi mengeluarkan sebuah amplop cokelat tebal dari tas kerjanya, lalu menyerahkannya kepada Irsyad."Semua data tentang Hana ada di sini, seperti yang Anda minta," ujar Arkan tenang.Irsyad menatap amplop itu sejenak, lalu dengan tangan gemetar ia membukanya. Marco hanya diam, memperhatikan dengan seksama ekspresi wajah bawahannya itu.Satu per satu lembaran dalam dokumen itu dibuka oleh Irsyad. Semakin ia membaca, semakin dalam kerutan di dahinya. Dan saat sampai pada halaman yang menceritakan tentang masa lalu Hana, tangannya terhenti

  • Luka Cinta Istri Kedua   Bab 53. Teman Masa Kecil

    Hilman ragu sejenak, sebelum akhirnya bertanya dengan suara rendah, "Kamu sudah menikah, Han?"Hana mengangguk pelan. "Sudah.""Jadi,banak yang kamu gendong itu, anakmu?" lanjut Hilman, kali ini nadanya lebih pelan, seolah tak ingin melukai."Iya," jawab Hana sambil membelai kepala bayinya dengan lembut.Hilman terdiam. Jantungnya berdetak lebih cepat, tapi ia berusaha tetap tenang. Ada banyak hal yang ingin ia tanyakan, tapi ia tak ingin melukai hati perempuan yang duduk di sampingnya itu."Lalu… suamimu mana?" tanyanya akhirnya. "Kenapa kamu sendiri?"Hana menghela napas panjang, matanya kembali menerawang ke kejauhan."Kami sudah berpisah," katanya singkat.Hilman mengernyit. "Berpisah?""Iya," Hana mengangguk, masih menatap lurus. "Maaf, Hilman, aku tak bisa cerita banyak. Itu aib rumah tanggaku. Aku tidak ingin mengungkit-ungkitnya."Suara Hana lirih, tapi jelas terasa getirnya. Hilman merasakan ada dinding tinggi di antara mereka yang tak bisa ia tembus.Ia menunduk, menghela na

  • Luka Cinta Istri Kedua   Bab 52. Bisik-bisik Tetangga

    Di saat Irsyad masih menanti kabar dari Arkan, menunggu dengan cemas dan harap di tengah keheningan kamar kosong yang pernah dipenuhi tawa anak dan suara lembut Hana, jauh di sebuah desa yang tenang dan terasing dari hiruk-pikuk kota, Hana mencoba membangun kembali hidupnya dari puing-puing yang berserakan. Ketika dunia menolaknya, kampung itulah satu-satunya tempat yang mau memeluknya kembali.Rumah Bu Rum yang sederhana, berdinding kayu, tapi bersih dan hangat. Di beranda kecil rumah itu, Hana mulai membuka warung kecil. Ia menjual gorengan, minuman, mi instan, dan kebutuhan harian lain yang mudah dicari. Ia menata dagangannya dengan penuh kasih sayang, seolah-olah itu adalah caranya berbicara pada dunia bahwa ia belum menyerah.Pagi itu seperti biasa, Hana menggendong bayinya, sambil membuka lapak warung yang makin hari makin dikenal warga sekitar. Para ibu yang lewat menyapa, membeli gula atau telur, dan memuji senyumnya yang ramah."Sejak ada warung Hana di sini kita gak perlu re

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status