Share

Luka Salsabila
Luka Salsabila
Penulis: Maheera

Prolog

Langkah Salsa gemetar melihat rumah megah Nayendra dihias begitu indah. Sebuah tenda besar berdiri kokoh di gerbang masuk. Sepertinya keluarga itu tengah berpesta, tetapi mengapa dirinya tidak tahu apa pun.

Dia adalah menantu di keluarga ini meski hanya sang ayah mertua saja yang menerimanya. Mama dan kedua adik Arkan tidak pernah memandangnya karena mereka menganggap dirinya tidak sederajat. Memang, Arkan menikahinya tanpa restu sang mama dan membawa dirinya tinggal terpisah dengan keluarga besarnya. Meski begitu, Salsa selalu mendorong suaminya tetap berkomunikasi dengan sang wanita yang melahirkannya itu.

Setahun ini hubungan mereka membaik. Arkan lebih sering mengunjungi mamanya walau tanpa dirinya. Sang mama belum menerima wanita pilihan anaknya sebagai menantu. Awalnya Salsa memaklumi sikap Arkan yang akhir-akhir ini lebih sering berada di sana, sungguh dia tidak pernah berpikiran buruk tentang suaminya. Namun, satu kenyataan yang ditemuinya tadi siang membuat hatinya tergerak ingin tahu.

Dan ... di sinilah dia sekarang. Salsa tercekat, dadanya seperti ditusuk belati tumpul hingga seluruh tubuhnya bergetar menahan sakit. Di depannya, Arkan tersenyum bahagia sambil memeluk seorang wanita yang tengah mengandung. Sorot mata keduanya memancarkan cinta. Tanpa sadar Salsa meraba perutnya. Dadanya sesak melihat senyum Arkan yang lepas, berbeda sekali jika bersamanya.

Salsa melangkah maju dengan gontai. Tak dipedulikan tatapan para tamu padanya. Arkan pun menyadari kehadiran sang istri. Pria itu membeku, seolah-olah sadar aura dingin yang mengiringi langkah wanita tersebut.

"Kenapa, Mas? Apa salahku padamu hingga tega menusukku dari belakang?!" tanya Salsa dengan sorot mata terluka, sementara kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya.

Arkan tercekat. Dia bisa melihat wanita yang dinikahinya dua tahun yang lalu terluka. Ada penyesalan dan amarah dalam hatinya. Menyesal karena melukai wanita selembut Salsa dan marah sebab ketidakberdayaannya.

"Maaf, Salsa. Pulanglah ... akan kujelaskan di rumah nanti," ujar Arkan parau.

Salsa tersenyum getir. "Pulang ke mana? Rumah siapa? Sedangkan suamiku sendiri tak mengakuiku!"

Arkan mengusap wajahnya kasar, dia terlihat frustasi, sementara semua mata tengah memandang ke arah mereka. Dengungan para penonton dadakan itu seperti suara lebah yang menyengat harga diri Arkan.

"Kumohon Salsa, jangan mempermalukan-"

"Siapa?! Aku?" tukas Salsa cepat, wajahnya memerah meredam emosi. "Atau kamu? Aku tidak peduli, Mas. Jelaskan siapa dia?" Telunjuk Salsa mengarah pada wanita yang sedari tadi menggamit lengan suaminya.

Arkan mengembuskan napas lelah. Melirik sekilas ke arah wanita yang bergayut di lengannya. "Dia Nadia. Kami sudah menikah dan sekarang dia sedang mengandung anakku." jelas Arkan pelan. Tak urung kata-kata pria itu melukai hati Salsa.

Pandangan Salsa jatuh pada perut Nadia yang terlihat membuncit. Wanita itu tersenyum mengejek ke arahnya. 'Nadia' nama itu bukanlah tandingan bagi dirinya. Wanita itu selalu bersinar sejak dulu dan Arkan selalu memujanya. Sempat terluka karena dia lebih memilih karirnya dan menikah dengan seorang produser. Salsalah yang membalut luka hati Arkan, mendampingi pria itu bangkit dari keterpurukan. Bukan hal mudah mengembalikan semangat hidup Arkan.

Dua tahun terpuruk, Arkan menawarkan cinta untuk Salsa. Meski ragu, dia menerima pinangan pria itu sebab jauh di hati, Salsa sudah lebih dulu mencintai pria itu. Hari ini, di annyversary pernikahan mereka yang kedua, wanita tersebut mendapat kado yang tidak akan pernah dilupakannya seumur hidup, Arkan dan pengkhianatannya.

Pandangan Salsa mengabur karena air mata yang menggenang. Dia berusaha mengokohkan kakinya agar tidak jatuh dan terlihat lebih menyedihkan.

"Aku masih istrimu, Mas. Ceraikan wanita itu," pinta Salsa lantang.

Arkan menggeleng. "Aku tidak bisa. Dia mengandung anakku," tolaknya tegas.

Salsa tertawa getir. Dua tahun menikah Arkan menolak memiliki anak dengannya, sedangkan dengan Nadia ... rasanya udara yang dihirup Salsa berubah menjadi serpihan kaca yang melukainya setiap bernapas.

"Aku tidak menyangka kau sekejam ini, Mas. Kuserahkan hatiku padamu, kuabdikan diriku untukmu, dan kuletakkan kesetiaanku padamu, nyatanya kau tak ubah seperti banci," desis Salsa tajam menghunjam tepat ke dada Arkan.

Plak!

Arkan menatap telapak tangannya yang bergetar. Untuk pertama kalinya dia menampar wanita dan itu adalah istrinya sendiri. Pandangannya beralih ke wajah Salsa. Pipi putih wanita itu memerah dan sudut bibirnya mengeluarkan darah. Hati Arkan berdenyut ketika melihat sorot mata Salsa yang kosong. Dia tahu telah menyakiti istrinya lebih dari yang seharusnya. Namun, kata-kata wanita itu menampar egonya. Bagaimana mungkin Salsa memintanya menceraikan Nadia, wanita yang tengah mengandung pewaris keluarga Nayendra.

"Salsa ...."

Kata-kata Arkan menggantung karena isyarat dari Salsa. Wanita itu mundur satu langkah menjauhinya.

"Dengar, Tuan Arkan Nayendra yang terhormat. Aku memang tidak sebanding dengan keluarga kalian. Akan tetapi, kaulah yang menawarkan pernikahan padaku, berjanji menjaga hingga akhir hayatku. Namun, kusadari seorang pengecut sepertimu hanya mampu berjanji tanpa pernah bisa menepati."

"Salsa, cukup!" Arkan mencoba menghentikan badai yang dibawa wanita itu, tetapi siapa yang mampu meredam wanita yang sedang terluka hatinya. Seperti murka yang dibawa Dewi Amba pada Bisma Yang Agung. Menggetarkan mayapada dan membuat sang kesatria bertekuk lutut di bawah kutukannya.

Begitupun Salsa. Wanita itu laksana topan yang tengah mengamuk. Tatapannya penuh dendam, seluruh tubuhnya menyuarakan kepedihan ditambah tatapan sinis keluarga Nayendra yang mengejeknya.

"Ceraikan aku Tuan Arkan Nayendra!" pinta Salsa dengan suara bergetar.

Arkan bergeming. Dia memang mencintai Nadia, tetapi Salsa juga berarti baginya. Tak pernah terpikir olehnya untuk menceraikan wanita itu.

Salsa mendengkus melihat reaksi Arkan. Pria itu hanya diam dan itu membuatnya meradang.

"Apa yang Anda pikirkan Tuan Arkan? Selama ini aku seperti orang bodoh percaya pada semua ucapanmu. Nyatanya, semua hanya sampah. Aku hanya istri figuran bagimu, yang bisa kau buang setelah pemeran utamanya kembali." Salsa menghela napasnya yang tersengal, dia menjeda kata-katanya. "Ceraikan aku dan kau tidak perlu repot berselingkuh dengan jalang itu." sembur Salsa.

"Salsa!" bentak Arkan. Kesabaran pria itu habis ketika mendengar Salsa menyebut Nadia jalang.

"Baik, jika itu maumu. Kau akan kucerai. Mulai hari ini kau bukan lagi istriku. Hapus tentang aku di dirimu karena kau tidak punya hak lagi menjadi bagian keluarga Nanyendra." ucap Arkan lantang. Namun, di beberapa detik kemudian dia merutuki lidahnya yang lancang bergerak bahkan sebelum berpikir. Dia tidak akan pernah sanggup menceraikan Salsa. Tadis itu sebatang kara dan Arkan telah berjanji di hadapan almarhum Ayah gadis itu untuk menjaganya.

Salsa mematung mendengar kata-kata Arkan meski dia yang meminta. Dia tidak mengira Arkan sanggup memuntahkan kalimat kejam untuknya. Hingga sebuah kesadaran membuatnya menyadari, Arkan tidak pernah mencintainya. Pria itu hanya menjadikan dirinya pelarian semata. Perlahan cinta yang besar untuk pria itu berubah menjadi sebuah kebencian.

"Baiklah. Aku menerima keputusanmu. Ingatlah, mulai hari ini hubungan kita terputus. Apa pun yang terjadi di masa depan bukan lagi hakmu untuk mengaturku dan aku bersumpah, jika wanita itu hanya akan melahirkan anak perempuan saja. Di masa depan kau akan rasakan sakit sepertiku, bahkan lebih sakit. Saat itulah kau akan mengingatku, meminta ampunanku," ujar Salsa dengan sorot mata berkilat penuh dendam.

Seakan langit merestui, petir menggelegar memekakkan telinga, membuat Arkan bergidik, sementara Nadia mengelus perutnya dengan tangan gemetar. Salsa melangkah ke luar dari kediaman keluarga Nayendra dengan hati perih diiringi tatapan iba para tamu. Meski tubuhnya tak lagi bertenaga, dia tetap menegakkan kepalanya. Bak pejuang yang pulang dari medan pertempuran, Salsa hancur berkeping-keping, tetapi dia belum kalah. Perang ini baru saja dimulai dan wanita itu bertekad dialah yang akan tertawa paling akhir.

Salsa mendongak menatap hujan yang turun dengan deras. Dia membiarkan titik air itu menghantam wajahnya, menyamarkan air mata yang jatuh di pipi.  Dia berjanji akan mengendapkan luka dan sakit. Dalam hati dia bersumpah akan membalas semua penghinaan ini meski dari neraka sekali pun.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
klu g ingin terluka terlalu dalam ada baiknya tau diri, jaga hati dzn harga diri.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status