Langkah Salsa gemetar melihat rumah megah Nayendra dihias begitu indah. Sebuah tenda besar berdiri kokoh di gerbang masuk. Sepertinya keluarga itu tengah berpesta, tetapi mengapa dirinya tidak tahu apa pun.
Dia adalah menantu di keluarga ini meski hanya sang ayah mertua saja yang menerimanya. Mama dan kedua adik Arkan tidak pernah memandangnya karena mereka menganggap dirinya tidak sederajat. Memang, Arkan menikahinya tanpa restu sang mama dan membawa dirinya tinggal terpisah dengan keluarga besarnya. Meski begitu, Salsa selalu mendorong suaminya tetap berkomunikasi dengan sang wanita yang melahirkannya itu.Setahun ini hubungan mereka membaik. Arkan lebih sering mengunjungi mamanya walau tanpa dirinya. Sang mama belum menerima wanita pilihan anaknya sebagai menantu. Awalnya Salsa memaklumi sikap Arkan yang akhir-akhir ini lebih sering berada di sana, sungguh dia tidak pernah berpikiran buruk tentang suaminya. Namun, satu kenyataan yang ditemuinya tadi siang membuat hatinya tergerak ingin tahu.Dan ... di sinilah dia sekarang. Salsa tercekat, dadanya seperti ditusuk belati tumpul hingga seluruh tubuhnya bergetar menahan sakit. Di depannya, Arkan tersenyum bahagia sambil memeluk seorang wanita yang tengah mengandung. Sorot mata keduanya memancarkan cinta. Tanpa sadar Salsa meraba perutnya. Dadanya sesak melihat senyum Arkan yang lepas, berbeda sekali jika bersamanya.Salsa melangkah maju dengan gontai. Tak dipedulikan tatapan para tamu padanya. Arkan pun menyadari kehadiran sang istri. Pria itu membeku, seolah-olah sadar aura dingin yang mengiringi langkah wanita tersebut."Kenapa, Mas? Apa salahku padamu hingga tega menusukku dari belakang?!" tanya Salsa dengan sorot mata terluka, sementara kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya.Arkan tercekat. Dia bisa melihat wanita yang dinikahinya dua tahun yang lalu terluka. Ada penyesalan dan amarah dalam hatinya. Menyesal karena melukai wanita selembut Salsa dan marah sebab ketidakberdayaannya."Maaf, Salsa. Pulanglah ... akan kujelaskan di rumah nanti," ujar Arkan parau.Salsa tersenyum getir. "Pulang ke mana? Rumah siapa? Sedangkan suamiku sendiri tak mengakuiku!"Arkan mengusap wajahnya kasar, dia terlihat frustasi, sementara semua mata tengah memandang ke arah mereka. Dengungan para penonton dadakan itu seperti suara lebah yang menyengat harga diri Arkan."Kumohon Salsa, jangan mempermalukan-""Siapa?! Aku?" tukas Salsa cepat, wajahnya memerah meredam emosi. "Atau kamu? Aku tidak peduli, Mas. Jelaskan siapa dia?" Telunjuk Salsa mengarah pada wanita yang sedari tadi menggamit lengan suaminya.Arkan mengembuskan napas lelah. Melirik sekilas ke arah wanita yang bergayut di lengannya. "Dia Nadia. Kami sudah menikah dan sekarang dia sedang mengandung anakku." jelas Arkan pelan. Tak urung kata-kata pria itu melukai hati Salsa.Pandangan Salsa jatuh pada perut Nadia yang terlihat membuncit. Wanita itu tersenyum mengejek ke arahnya. 'Nadia' nama itu bukanlah tandingan bagi dirinya. Wanita itu selalu bersinar sejak dulu dan Arkan selalu memujanya. Sempat terluka karena dia lebih memilih karirnya dan menikah dengan seorang produser. Salsalah yang membalut luka hati Arkan, mendampingi pria itu bangkit dari keterpurukan. Bukan hal mudah mengembalikan semangat hidup Arkan.Dua tahun terpuruk, Arkan menawarkan cinta untuk Salsa. Meski ragu, dia menerima pinangan pria itu sebab jauh di hati, Salsa sudah lebih dulu mencintai pria itu. Hari ini, di annyversary pernikahan mereka yang kedua, wanita tersebut mendapat kado yang tidak akan pernah dilupakannya seumur hidup, Arkan dan pengkhianatannya.Pandangan Salsa mengabur karena air mata yang menggenang. Dia berusaha mengokohkan kakinya agar tidak jatuh dan terlihat lebih menyedihkan."Aku masih istrimu, Mas. Ceraikan wanita itu," pinta Salsa lantang.Arkan menggeleng. "Aku tidak bisa. Dia mengandung anakku," tolaknya tegas.Salsa tertawa getir. Dua tahun menikah Arkan menolak memiliki anak dengannya, sedangkan dengan Nadia ... rasanya udara yang dihirup Salsa berubah menjadi serpihan kaca yang melukainya setiap bernapas."Aku tidak menyangka kau sekejam ini, Mas. Kuserahkan hatiku padamu, kuabdikan diriku untukmu, dan kuletakkan kesetiaanku padamu, nyatanya kau tak ubah seperti banci," desis Salsa tajam menghunjam tepat ke dada Arkan.Plak!Arkan menatap telapak tangannya yang bergetar. Untuk pertama kalinya dia menampar wanita dan itu adalah istrinya sendiri. Pandangannya beralih ke wajah Salsa. Pipi putih wanita itu memerah dan sudut bibirnya mengeluarkan darah. Hati Arkan berdenyut ketika melihat sorot mata Salsa yang kosong. Dia tahu telah menyakiti istrinya lebih dari yang seharusnya. Namun, kata-kata wanita itu menampar egonya. Bagaimana mungkin Salsa memintanya menceraikan Nadia, wanita yang tengah mengandung pewaris keluarga Nayendra."Salsa ...."Kata-kata Arkan menggantung karena isyarat dari Salsa. Wanita itu mundur satu langkah menjauhinya."Dengar, Tuan Arkan Nayendra yang terhormat. Aku memang tidak sebanding dengan keluarga kalian. Akan tetapi, kaulah yang menawarkan pernikahan padaku, berjanji menjaga hingga akhir hayatku. Namun, kusadari seorang pengecut sepertimu hanya mampu berjanji tanpa pernah bisa menepati.""Salsa, cukup!" Arkan mencoba menghentikan badai yang dibawa wanita itu, tetapi siapa yang mampu meredam wanita yang sedang terluka hatinya. Seperti murka yang dibawa Dewi Amba pada Bisma Yang Agung. Menggetarkan mayapada dan membuat sang kesatria bertekuk lutut di bawah kutukannya.Begitupun Salsa. Wanita itu laksana topan yang tengah mengamuk. Tatapannya penuh dendam, seluruh tubuhnya menyuarakan kepedihan ditambah tatapan sinis keluarga Nayendra yang mengejeknya."Ceraikan aku Tuan Arkan Nayendra!" pinta Salsa dengan suara bergetar.Arkan bergeming. Dia memang mencintai Nadia, tetapi Salsa juga berarti baginya. Tak pernah terpikir olehnya untuk menceraikan wanita itu.Salsa mendengkus melihat reaksi Arkan. Pria itu hanya diam dan itu membuatnya meradang."Apa yang Anda pikirkan Tuan Arkan? Selama ini aku seperti orang bodoh percaya pada semua ucapanmu. Nyatanya, semua hanya sampah. Aku hanya istri figuran bagimu, yang bisa kau buang setelah pemeran utamanya kembali." Salsa menghela napasnya yang tersengal, dia menjeda kata-katanya. "Ceraikan aku dan kau tidak perlu repot berselingkuh dengan jalang itu." sembur Salsa."Salsa!" bentak Arkan. Kesabaran pria itu habis ketika mendengar Salsa menyebut Nadia jalang."Baik, jika itu maumu. Kau akan kucerai. Mulai hari ini kau bukan lagi istriku. Hapus tentang aku di dirimu karena kau tidak punya hak lagi menjadi bagian keluarga Nanyendra." ucap Arkan lantang. Namun, di beberapa detik kemudian dia merutuki lidahnya yang lancang bergerak bahkan sebelum berpikir. Dia tidak akan pernah sanggup menceraikan Salsa. Tadis itu sebatang kara dan Arkan telah berjanji di hadapan almarhum Ayah gadis itu untuk menjaganya.Salsa mematung mendengar kata-kata Arkan meski dia yang meminta. Dia tidak mengira Arkan sanggup memuntahkan kalimat kejam untuknya. Hingga sebuah kesadaran membuatnya menyadari, Arkan tidak pernah mencintainya. Pria itu hanya menjadikan dirinya pelarian semata. Perlahan cinta yang besar untuk pria itu berubah menjadi sebuah kebencian."Baiklah. Aku menerima keputusanmu. Ingatlah, mulai hari ini hubungan kita terputus. Apa pun yang terjadi di masa depan bukan lagi hakmu untuk mengaturku dan aku bersumpah, jika wanita itu hanya akan melahirkan anak perempuan saja. Di masa depan kau akan rasakan sakit sepertiku, bahkan lebih sakit. Saat itulah kau akan mengingatku, meminta ampunanku," ujar Salsa dengan sorot mata berkilat penuh dendam.Seakan langit merestui, petir menggelegar memekakkan telinga, membuat Arkan bergidik, sementara Nadia mengelus perutnya dengan tangan gemetar. Salsa melangkah ke luar dari kediaman keluarga Nayendra dengan hati perih diiringi tatapan iba para tamu. Meski tubuhnya tak lagi bertenaga, dia tetap menegakkan kepalanya. Bak pejuang yang pulang dari medan pertempuran, Salsa hancur berkeping-keping, tetapi dia belum kalah. Perang ini baru saja dimulai dan wanita itu bertekad dialah yang akan tertawa paling akhir.Salsa mendongak menatap hujan yang turun dengan deras. Dia membiarkan titik air itu menghantam wajahnya, menyamarkan air mata yang jatuh di pipi. Dia berjanji akan mengendapkan luka dan sakit. Dalam hati dia bersumpah akan membalas semua penghinaan ini meski dari neraka sekali pun.Salsa melangkah ke dalam rumahnya, 'Istana mungil' bergaya modern minimalis yang dibeli Arkan dua tahun lalu. Di sini mereka pernah merajut cinta hari demi hari. Pria tersebut selalu memperlakukan dirinya begitu lembut, perhatian, dan penuh cinta, seakan hanya dia satu-satunya ratu di singgasana hatinya. Nyatanya, Salsa hanya selir karena wanita berkulit kuning langsat itu tak pernah bisa menggantikan posisi Nadia di hati Arkan.Nadia dan pesonanya. Salsa tidak pernah berpikir bersaing dengan wanita itu, dia cinta pertama Arkan. Mereka menjalin cinta sejak masih berseragam putih abu-abu. Hubungan itu berlanjut hingga di universitas. Di sanalah dia bertemu Arkan. Dia terpesona dengan keramahan serta tindak-tanduk pria itu. Pria bertubuh tinggi-tegap itu tidak pernah merendahkannya walaupun dia seorang mahasiswi miskin.Perlahan benih-benih cinta tumbuh di hati Salsa. Tetapi, benih itu urung tumbuh ketika dia tahu Arkan memiliki Nadia. Pria itu begitu memuja dan tergila-gila padanya. Wa
Sisa hujan tadi sore membuat jalan yang ditapaki Salsa becek dan berlumpur. Wanita itu berjalan tanpa tahu arah yang dituju. Dia hanya mengikuti ke mana kakinya melangkah. Sesekali Salsa melihat ponselnya berharap layar ponselnya menampilkan nama seseorang. Namun, jangankan telpon, satu pesan pun tak ada. Wanita itu tersenyum ironi, Arkan serius membuang dirinya. Salsa menengadah menatap langit malam yang terlihat gelap; segelap hatinya saat ini. Dia tidak tahu harus ke mana. Wanita itu sadar keputusannya meninggalkan Arkan terlalu gegabah. Selama ini dia bergantung kepada pria itu karena sang suami melarangnya bekerja, sekarang dia tidak tahu bagaimana harus membiayai hidupnya kelak, apalagi dengan janin di rahimnya.Perlahan air mata Salsa kembali luruh. Dia memeluk kedua tungkai kakinya erat, membenamkan wajah di antara lututnya. Tubuh wanita itu bergetar, dia menangis tanpa suara. Dia rapuh dan tidak berdaya.Sekarang Salsa terdampar di sebuah halte bus. Dia tak tahu harus ke man
Salsa tersentak ketika sebuah mobil melaju dengan kencang dan mencipratkan genangan air di jalan ke wajah dan tubuhnya. Perlahan kelopak mata wanita itu terbuka. Lalu meredup dan menyipit menghalau cahaya yang tiba-tiba menerpa wajahnya. Salsa melihat sekeliling, hampir pagi. Suasana masih gelap hanya satu atau dua mobil yang lewat. Itu pun tak menyadari keberadaan dirinya yang mengenaskan.Salsa berusaha bangun, lalu duduk meski tubuhnya terasa sakit. Sesaat dia tertegun mendapati dirinya berada di atas trotoar. Sekelebat kejadian tadi malam menghantam benaknya dengan cepat, membuatnya refleks melihat pakaian yang dia kenakan robek tak terbentuk: nyaris memperlihatkan bagian atas tubuhnya.Perlahan Salsa bangkit, tapi baru beberapa langkah dia terhuyung dan hampir terjengkang jika saja tidak ada seorang wanita yang menupang tubuhnya. Wanita itu memapah tubuh Salsa dan membawanya duduk di halte bus yang ada di dekat mereka.Wanita paruh baya itu mengamati kondisi Salsa. Pakaian robek,
Entah mengapa kehadiran Salsa di rumahnya mengusik hati Saga. Setelah mendengar cerita dari Buk Halimah, pria itu menyewa seorang detektif menyelidiki jati diri si wanitaSaga tidak suka keberadaan Salsa di sekitarnya. Pria itu merasa perhatian Buk Halimah terbagi. Kekanakan sekali, tetapi memang seperti itulah adanya. Dia tak ingin membagi kesukaannya dengan siapa pun. Tetapi, begitu detektif yang dia sewa mendapat semua informasi tentang Salsa, dia berubah pikiran. Wanita itu istri rival bisnisnya. Nama Nanyendra tidak asing di telinganya. Keluarga mereka dulunya hanya pesuruh bagi kedua orang tuanya, hingga sebuah konspirasi membuat sang ayah harus menyerahkan hampir semua aset keluarga Liam. Kasarnya, kerajaan bisnis Nanyendra dimulai dengan merampas miliknya. Dengan susah payah sang ayah kembali membangun bisnis keluarga Liam dari bawah karena semua relasi dan pemegang saham lebih percaya pada Nanyendra.Saga tersenyum sinis. Sepertinya dewi fortuna berpihak padanya. Otak cerdas
Salsa menghirup udara di sekitarnya yang terasa menyegarkan. Hari ini untuk pertama kalinya, wanita itu keluar rumah setelah rentetan kemalangan beruntun menimpanya. Dia menyadari harus segera bangkit dari keterpurukan. Hanya karena nasib baik belum berpihak padanya, tidak berarti dia boleh menyerah begitu saja. Ada kehidupan baru yang tengah berjuang di rahimnya dan Salsa tidak mau berpikiran picik seolah hanya dia saja yang menderita.Perlahan Salsa meletakkan bunga mawar merah yang dia bawa di atas makam yang ditumbuhi rumput jepang. Iris hitam wanita berhidung mancung itu perlahan mengabut, menciptakan genangan air yang siap tumpah ke pipi bila dia berkedip. Benak Salsa mengaktifkan mesin untuk mencari kenangan saat almarhum sang ayah masih hidup. Dulu, pria yang menjadi cinta pertamanya itu pernah berkata jika apa pun tindakan atau perilaku seseorang, pasti akan kembali kepada diri sendiri. Petuah itu selalu diingat Salsa, tetapi mengapa hal buruk selalu menimpanya? Bahkan setel
Salsa menekan dadanya yang berdegup kencang. Sesekali mengusap perutnya yang mulai berdetik. Sepertinya bayi di dalam sana mengerti kegelisahan ibunya. Tingkah wanita itu ditangkap oleh mata teduh Halimah. Ibu asuh Sagara Liam itu menepuk pelan bahu Salsa seraya mengulas senyum hangat. Cukup ampuh menenangkan hati wanita yang kini mengenakan kebaya modern berwarna putih tulang dengan kain songket sebagai bawahan."Ibuk senang, Tuan Saga akhirnya menikah dan yang paling membahagiakan dia pilih kamu," bisik Halimah di telinga Salsa.Salsa tersenyum tipis, dia menunduk menyembunyikan wajahnya yang dirias sederhana. "Ibuk tahu, 'kan, pernikahan ini hanya formalitas," ujarnya sendu. Entah mengapa ada ngilu di dada mengingat pernikahan ini bagian dari kesepakatan, bukan keinginan mereka.Halimah menganjur napas pelan, lalu meraih jemari Salsa dan menggenggamnya hangat. "Ibuk kenal Saga. Dia bukan pria yang suka bermain-main. Apalagi untuk urusan pernikahan. Ibuk yakin dia menikahimu karna a
"Arkan Nanyendra dan istrinya Nadia Pramoedya tengah berbahagia. Saat ini dikabarkan istrinya tengah mengandung anak kedua. putri pertama mereka sekarang berusia lima bulan, tapi hal tersebut bukan masalah bagi kedua publik figur tersebut. Tidak diketahui kapan mereka menikah. Hanya dikabarkan mereka telah menjalin hubungan sejak SMA. Sempat berpisah karena Nadia memilih berkarir di luar negeri dan menikah dengan seorang produser film kenamaan. Pernikahan itu hanya berjalan dua tahun karena Nadia menyadari cinta sejatinya adalah Arkan Nanyendra. Menurut kabar yang beredar Nadia orang ketiga dari pernikahan pertama milyuner tersebut, tapi hingga detik ini siapa istri pertamanya tidak pernah terkuak. Bahkan, semua orang terdekat mereka bungkam dan mengatakan semua hanya kabar burung."Klik.Salsa menoleh ke arah pelaku yang seenaknya mematikan televisi. Padahal, ini pertama kalinya melihat sosok Arkan sejak terakhir mereka bertemu tujuh bulan yang lalu. Meskipun dendamnya tidak pernah
Salsa menatap takjub sekeliling toko. Sejauh matanya memandang hanya ada dirinya, baju, celana, mainan, serta semua pernak-pernik bayi. Dan jangan lupakan sang beruang kutub yang kini sedang duduk di sofa yang ada di pojok kanan toko. Matanya tak pernah lepas dari ponsel canggih miliknya. Entah apa yang pria itu sedang kerjakan, sepertinya benda itu lebih penting dari apa pun. Ingin rasanya Salsa merebut dan membanting benda canggih tersebut agar perhatian Saga hanya padanya. Tetapi, siapalah dirinya bagi pria itu, hanya istri di atas kertas yang sedang mengandung benih pria lain.Berawal perdebatan mereka tentang sepatu yang akan digunakan, lalu pria itu dengan seenaknya memaksa dirinya ikut, kemudian mereka berakhir di sebuah toko perlengkapan bayi yang sangat terkenal di Singapura. Entah apa yang digunakan pria itu atau berapa dia harus membayar hingga seluruh pengunjung toko yang tadinya ramai kini menjadi sepi. Bukan sepi, hanya dia, si beruang kutub, dan pelayan toko yang berdir