Share

Lust Vegas
Lust Vegas
Author: Rindu Rinjani

1. One Wild Night

Baju terusan mini tanpa lengan dengan bagian punggung terbuka melekat erat di tubuh ramping Kayla. Sementara sahabatnya memilih terusan model tube dengan bahan yang melambai. Bibir mereka dipulas oleh lipstick berwarna nude untuk menyeimbangkan riasan mata yang mencolok.

"Kita akan bersenang-senang malam ini," kata Kayla sambil menegak satu sloki minuman beralkohol, dan diikuti oleh Erin.

Sengaja mereka minum sedikit dulu dengan alasan membuat diri mereka rileks.

Ini adalah hari-hari terakhir liburan Kayla dan Erin di negeri Paman Sam. Mereka berdua memilih untuk bertandang ke Las Vegas, sebuah kota yang juga disebut sin city.

Kedua sahabat ini begitu menginginkan kehidupan yang sungguh liar. Penasaran dengan tempat hiburan yang begitu meriah, seperti yang biasa mereka lihat dalam layar kaca.  Mencoba keberuntungan dalam setiap permainan judi yang ada di kota ini.

Malam ini, kedua wanita yang telah menjalin persahabatan semenjak masa SMU ini pun berniat menikmati pengalaman yang berbeda. Segalanya harus lebih gila, liar dibanding malam sebelumnya, karena dua hari lagi mereka akan meninggalkan negeri paling beragam ini.

Kembali Erin dan Kayla memeriksa tas mereka. Memastikan dokumen perjalanan dan identitas mereka tak tertinggal di hotel.

"Kayla, ayo!" ajak Erin.

"Ok," jawab Kayla kemudian mengambil sling back nya. Melenggang dengan sepatu setinggi tujuh senti yang membuat mereka semakin anggun. Bersiap menemui keliaran yang akan menyambut mereka.

***

Kedua wanita dengan pakaian setengah terbuka itu pun mendekati meja bar setelah cukup lelah dalam memainkan poker dan russian roulette.

"Hmm sepertinya aku butuh minum," kata Erin.

"Aku pun. Bermain sebentar saja sudah membuatku kehausan," keluh Kayla.

"Cosmopolitan!" seru Erin pada bartender.

"Me too," pinta Kayla.

"Here it is Ladies," kata bartender berambut pirang sambil menyerahkan dua gelas berkaki pada Kayla dan Erin.

"Loe abis ini mau main lagi Kay?" tanya Erin.

"Nggak ah bosen gue, lagian gue nggak jago."

"Yah, loe," jawab Erin sedikit kecewa.

Keberuntungan Erin memang selalu bagus. Dalam lima kali permainan ia hanya kalah sebanyak satu kali. Kemenangan yang dialaminya tentu saja membuat perempuan yang rambutnya diwarnai merah itu ketagihan untuk terus mencoba.

Lain halnya dengan sahabatnya. Perempuan berlesung pipi ini belum merasakan kemenangan apapun, hingga membuatnya enggan untuk bermain lagi.

Sambil menikmati manisnya cosmopolitan, kedua sahabat ini melihat ke arah kanan. Lantai dansa yang tak jauh dari arena permainan judi.

"Sepertinya menari lebih menyenangkan," tawar Erin.

"Kayaknya sih. Seru juga kita bisa seneng-seneng."

"Siapa tahu bisa dapat gebetan juga ya kan?"

Ucapan Erin barusan mampu membuat Kayla tertawa tapi tak sekencang tawa Erin. Perempuan yang berprofesi sebagai desainer interior ini memang sudah memiliki seorang kekasih di tanah air, Gavin.

"Hmm, loe mikir Gavin ya?" tanya Erin meledek.

"He he ya gitu deh," jawab Kayla.

"Ya elah cuma ngedance doang Kay, nggak ada masalah kan?"

Perempuan berambut sebahu ini berpikir sejenak sambil menegak minuman yang dipesannya.

"Hmm bener juga ya, kan cuma ngedance aja, lagian tujuannya ke sini memang buat seneng-seneng. Sayang donk duit yang udah dikumpulin buat liburan ke sini nggak dimanfaatkan," pikir Kayla.

Keduanya pun akhirnya sepakat untuk melewatkan sisa malam ini dengan berdansa. Sambil melangkah anggun, mereka pun menuju area menari, membuat beberapa pasang mata lelaki melirik mereka. Tentu karena eksotisme dan kecantikan mereka berdua yang cukup menggoda.

Kedua sahabat itu pun menggerakkan tubuh molek mereka mengikuti dentuman irama. Masing-masing dari dua wanita muda ini mendapatkan pasangan dansa yang sedari tadi berada di dekat mereka hanya dalam waktu yang singkat.

Gerakan-gerakan menggoda dan enerjik yang diciptakan membuat mereka kehausan. Bersama pasangan dansa masing-masing mereka pun terus menari sambil memegang gelas cocktail dan membiarkan diri terhanyut dalam pengaruh minuman beralkohol.

Malam semakin larut dan suasana pun semakin liar. Tanpa sadar kedua sahabat ini pun berpisah bersama pasangan yang baru mereka temui. Seperti saat Kayla meninggalkan club bersama pasangannya, dengan langkah yang begitu ringan.

***

Semburat putih dari jendela jatuh pada wajah Kayla yang berbaring tengkurap. Perlahan wanita 27 tahun itu pun membuka mata.

"Uuh jam berapa sekarang," keluhnya sambil meraba-raba dan mencari ponselnya yang mungkin ada di atas nakas.

"Kok nggak ada," batinnya.

Dengan sedikit malas, Kayla pun mulai berbalik mengumpulkan kesadaran untuk meninggalkan ranjang dan mencari benda pipih kesayangannya. Saat itulah ia mendapati kejanggalan yang refleks membuatnya menutup mulut agar tak berteriak.

Ia mendapati seorang pria tertidur di sampingnya bertelanjang dada. Sementara Kayla sendiri hanya mengenakan pakaian dalam.

"Ups, siapa dia?"

Dengan kepala yang masih sedikit berat Kayla mencoba mengingat dimana ia bertemu pria itu. Bukan hal aneh bagi Kayla yang menganut gaya hidup bebas tentang hubungan one night stand, tapi baru kali ini ia tidak ingat siapa pria yang bersamanya.

"Berapa banyak aku minum semalam ya?" pikirnya dan mencoba mengingat-ingat kejadian semalam. Namun sepertinya pengaruh alkohol terlalu besar untuknya, hingga ia hanya mampu mengingat kalau ia berada di club dan berdansa.

Mendadak Kayla lupa akan tujuannya mencari ponsel. Ia justru mencondongkan tubuhnya pada pria yang masih berbaring memejamkan mata.

Disibakkannya rambut yang menutupi wajah pria itu, seorang pria dengan wajah setengah Asia.

Kayla pun memutuskan untuk menepuk-nepuk wajah pria di sampingnya.

"Hey, Wake up! Wake up!" serunya berusaha membuat pria yang tertidur itu membuka mata, sama seperti Kayla tadi.

"Apaan sih!" balas pria itu kemudian menguap, seolah merasa terganggu dengan Kayla yang membangunkannya.

"Orang Indonesia?" tanya Kayla mengangkat kedua tangan pria itu dari wajahnya.

"Iya bawel!"

"Galak amat sih loe macam herder," balas Kayla.

Pria itu akhirnya mengusap-ngusap wajahnya dengan kedua tangan, seketika ia merasakan sesuatu yang aneh pada jemarinya. Sebuah cincin yang tersemat di jari manisnya.

Diam-diam ia memperhatikan benda yang melingkar di jarinya, dan memandang ke arah Kayla.

"Coba lihat jari kamu!" Tanpa permisi, pria itu pun meraih tangan Kayla dan memeriksa jarinya.

"Sama," gumamnya.

"Apaan sih, lepasin tangan gue!" protes Kayla kemudian menarik tangannya.

"Kita sudah menikah," jawab pria itu akhirnya.

"Apa? Menikah?" tanya Kayla tak percaya.

"Ya, cincin ini buktinya," katanya sambil mengangkat telapak tangan dan menunjukkan pada perempuan di sampingnya.

Kayla pun mengalihkan pandangan pada jemarinya dan mulai sadar kalau ia tak pernah memiliki cincin ini sebelumnya. Memegangi kepalanya saat menyadari kalau dirinya Kayla Jasmine sudah menikah dengan seorang Oscar Rionaldo bukan Gavin Barata kekasihnya.

"Gimana kita bisa nikah, gue kan nggak kenal siapa loe," protes Kayla.

"It's Vegas, baby."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status