Home / Romansa / MADU SATU MERTUA / HANYA FORMALITAS

Share

HANYA FORMALITAS

Author: Nay Azzikra
last update Last Updated: 2022-02-02 15:57:48

"Bagaimana, Rasti?" tanya ibu Mas Danang penuh harap.

Dengan pandangan mengabur karena tertutup air mata, aku menatap wanita yang juga sudah aku anggap sebagai ibuku sendiri.

"Bila Ibu di posisi aku, apa yang akan Ibu putuskan?" tanyaku balik. Membuat wanita yang sekarang ini mulai kurus itu terlihat menelan saliva. Memandang pada suaminya yang duduk di sebelah.

Tangan yang tergenggam erat oleh telapak Mas Danang, aku tarik paksa untuk menyapu titik-titik air yang tidak sabar ingin jatuh.

"Dan kamu, Firna? Apa kamu siap untuk dimadu dengan aku? Orang yang katamu sudah dianggap sebagai kakak sendiri?" tatapanku beralih pada wanita berkulit putih yang sekarang sudah tidak pernah berhias sejak suaminya meninggal.

Firna tidak menjawab. Hanya menunduk dan terlihat bimbang.

"Rasti! Kamu tidak perlu bertanya pada semua orang. Setiap orang memiliki pemikiran yang berbeda. Jangan menjawab sebuah pertanyaan dengan bertanya pada orang lain. Jelas setiap orang punya isi kepala yang berbeda. Tidak bisa disamakan. Kami tidak meminta sesuatu hal yang jahat sama kamu. Apa yang kami lakukan ini sebagai upaya untuk tetap mempersatukan keluarga. Bila Firna menikah dengan Danang maka, dia akan tetap menjadi anak kamu dan Rubi, masih bisa tinggal bersama kami," ujar bapak Mas Danang terlihat santai. Seperti tidak sedang memikirkan sebuah perasaanku.

Aku berpaling pada Mas Danang. Alih-alih meminta pembelaan, suamiku malah ikut menundukkan kepala seperti yang Firna lakukan.

"Pak, tidakkah Bapak berpikir bahwa apa yang Bapak minta menyakiti perasaanku?" tanyaku memelas.

"Sakit karena belum terbiasa. Bila sudah dijalani, akan terasa biasa. Anggap saja, kamu hidup dengan adik perempuan kamu."

"Aku menolaknya, Pak!" tegasku. Meski berurai air mata, kepalaku bisa berdiri tegak.

"Sepuluh tahun yang lalu, kami mengorbankan anak kami untuk menikahi kamu. Di saat orang tuamu meninggal dalam sebuah kecelakaan dengan meninggalkan banyak hutang, Danang yang pada waktu itu memiliki seorang kekasih, kami paksa untuk menikahi kamu karena kami kasihan dengan kamu yang hidup sebatang kara di sini. Dengan uang kami pula, hutang orang tuamu lunas. Bayangkan bila kamu tidak kami ambil sebagai menantu, Rasti! Apa yang akan terjadi sama kamu? Nasibmu akan sangat tidak baik karena yang akan menagihmu adalah rentenir. Kini, aku meminta balas budimu untuk menggantikan apa yang sudah kami berikan pada kamu!" Seperti petir yang menyambar. Ah, tidak! Laksana pisau yang tiba-tiba menusuk jantungku. Setelah sepuluh tahun berlalu, baru kali ini aku mendengar kisah masa lalu itu diungkit kembali.

Lidahku kelu. Tak mampu berkata sepatah katapun. Apa yang mereka katakan, benar adanya. Mas Danang adalah pahlawan untukku pada saat itu. Namun, haruskah dengan cara ini aku menebusnya? Bukankah, ini seperti buah simalakama. Mengapa merekam tidak membiarkan aku dibunuh oleh rentenir, jika akhirnya akan seperti ini?

Oh, tidak! Pada waktu itu, merekapun tidak tahu kalau Adrian akan meninggal di usia muda dan meninggalkan seorang istri dan anak.

"Pak, tidakkah Bapak punya calon selain Mas Danang? Kenapa harus dia, Pak?" lirihku sambil terisak.

"Karena kami ingin, tetap bersama Firna dan Danang. Hidup dalam satu rumah bersama tanpa ada fitnah warga," jawab Ibu dengan nada memohon.

"Mas?" Aku meminta pendapat lelaki di sampingku. Saat ini aku berharap, dia akan berada di pihakku.

"Ras ... kita bicarakan ini di rumah," jawab Mas Danang sambil menganut lenganku mengajakku pergi.

***

"Aku tidak mau dimadu, Mas. Bila itu terjadi, lebih baik aku yang pergi dari kehidupan kalian dengan membawa anak-anak," ucapku saat kami sudah berada di kamar. Mendengarku berkata demikian, Mas Danang duduk bersimpuh di bawah kakiku. Memegang lutut dengan kedua tangannya lalu meletakkan kepala di atas pangkuanku.

"Aku akan menikahi Firna hanya sampai Ibu sembuh. Toh, pernikahan kami dilakukan secara agama. Kalaupun aku menceraikan dia suatu hari nanti, tidak ada proses pelik yang harus dilalui. Tinggal ucapkan talak. Selesai sudah hubungan kami." Mas Danang berujar setelah mendongakkan kepalanya.

Aku masih terdiam menikmati sakit yang berdenyut-denyut dalam hati. Meski Mas Danang berkata demikian, tetap saja hati ini ada rasa takut. Takut akan semuanya.

"Wanita manapun tidak akan pernah rela dimadu, Mas!" jawabku lirih.

"Aku tahu itu. Pernikahan ini hanya sebatas formalitas. Yang penting, Ibu sehat dulu. Aku yakin, lambat laun pasti Ibu akan bisa menerima kematian Adrian. Dan bila saat itu tiba, aku akan menceraikan Firna!"

Kupandangi jambang tipis yang tumbuh di dagunya. Aku memang wanita yang beruntung. Memiliki suami pria yang alim yang penyayang. Sepuluh tahun menikah dengannya, tidak pernah sekalipun Mas Danang berbuat kasar. Meski pernikahan kami dilakukan bukan atas dasar cinta.

"Kalau aku ingin bercerai dari kamu karena aku tidak mau dimadu?" tanyaku kemudian.

"Rasti aku mohon. Aku sangat menyayangi kalian. Aku tidak mau berpisah dari kalian. Tolong aku, Rasti ... anggaplah ini ujian pernikahan kita. Ayo, bantu aku melewati masa sulit ini. Sungguh, aku tidak ingin melakukannya tapi, Ibu mengancam akan bunuh diri bila aku tidak mau menuruti keinginannya."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Wiwi Nursari
baru baca udah mengandung bombay...sakit bgt rasanya
goodnovel comment avatar
Fresly Nandar
binggung namanya kok jadi danang...
goodnovel comment avatar
Giyantik Ika Idha
namanya ganti danang? bingung sy jadinya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • MADU SATU MERTUA   EKSTRA PART 4

    Melihat hal itu, tentu saja Rasti merasa lega. Karena ia tidak akan menghabiskan waktu berdua saja dengan Huda di kamar rumah sakit.“Makan dulu, ya? Nanti minum obat,” ucap Huda seolah memberi kesan bahwa ia adalah orang yang menjaga Rasti.“Jangan sentuh makanan itu! Biar aku yang nyuapi mama,” kata Nadine sewot.“Baiklah,” ucap Huda mengalah.Beberapa jam, Danang terpaksa duduk memperhatikan segala gerak-gerik Huda yang begitu perhatian terhadap mantan istrinya. Meski berkali-kali Nadine menunjukkan ketidaksukaannya pada Huda, tapi lelaki itu seolah tidak peduli.Rasti hanya terbaring dalam posisi lemah dengan perasaan yang cemas. Takut, bila terjadi sebuah pertengkaran di saat ia tengah sakit.Danang hanya duduk diam di kursi, merasa dirinya hanya datang untuk menemani Nadine, dan tidak ada hak lagi atas Rasti.“Dari mana kamu tahu aku sakit?” tanya Rasti setelah didudukkan oleh Nadine pandangan matanya tertuju pada Huda. Saat itu, Nadine tengah keluar untuk membeli minuman. Hanya

  • MADU SATU MERTUA   EKSTRA PART 3

    Mentari pagi terasa hangat menyentuh kulit tangan Rasti yang tengah terampil memetik cabai di kebun. Kesehatan sang nenek sudah memburuk akibat usia yang sudah senja. Ia merasa takut kehilangan Watri, setelah sebelumnya Priono disusul Muryani menghadap Sang Pencipta. Kini, ia lebih memilih fokus merawat ibu dari ayahnya itu.Sebuah suara mobil terdengar memasuki halaman rumah watri. Rasti berhenti dari aktivitasnya, gegas berjalan menuju halaman yang posisinya berada di atas kebun. Ia memicingkan mata, melihat kode plat mobil yang menandakan area Jogjakarta. Tangannya masih memegang sebuah baskom plastic kecil berisi cabai.“Tante!” Sebuah sapaan lembut terucap dari mulut gadis yang baru saja turun dari mobile.“Alea!” Reflex, mulut Rasti menyebut nama seorang gadis yang terlihat kurus.“Tante ….” Alea kembali memanggil Rasti dengan mata berkaca-kaca.“Maaf, menyusul kamu ke sini.” Hanung yang baru saja turun dari mobil langsung menyahut.“Mama, siapa yang datang?” tanya Nadine yang b

  • MADU SATU MERTUA   EKSTRA PASRT 2

    “Akhirnya kamu datang, Mbak. Dan baru kali ini kita bertemu,” ucap Huda.Rasti yang kini telah berbalik sedikit mundur.“Jangan takut, Mbak! Aku tidak akan melukai Mbak Rasti lagi. Aku datang untuk minta maaf. Maaf, aku telah berpesan pada tetangga Mbak Rasti untuk menghubungiku saat Mbak datang.”Rasti masih belum percaya apa yang dikatakan Huda. “Untuk apa?” tanyanya ketus.“Aku ingin minta maaf, Mbak. Duduklah sebentar denganku,” ajak Huda.Dengan ragu-ragu, Rasti mengikuti Huda yang duduk di tepi teras. Lantai masih terlihat bersih karena setiap pagi dibersihkan oleh karyawan.“Aku sudah bercerai dari Maryam. Aku benar-benar telah menyakiti hatinya. Tapi, aku tidak berbohong jika rasa cintaku hilang terhadap dia saat Mbak Rasti datang kembali dalam hidupku dulu kala. Dan sampai saat ini, aku masih memendam rasa itu.” Huda berhenti sebentar lalu memandang Rasti dengan posisi kepala menoleh. “Aku masih mencintaimu. Maaf, aku telah berusaha mendapatkanmu dengan cara yang salah. Maaf,

  • MADU SATU MERTUA   EKSTRA PART 1

    “Saya terima nikah dan kawinnya Rasti Efrianti binti Rusdi dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai ….”Ucapan sah menggelegar di ruang tamu rumah Rasti yang ada di kampung. Senyum Nadine dan Raline mengembang dengan sumringah.Rasti yang memakai hijab syari dengan riasan sederhana mencium takzim tangan lelaki yang kini telah sah menjadi suaminya. Mereka lalu saling tatap dan mengurai senyuman.Setitik air mata jatuh dari pria yang memakai kemeja berwarna putih.***Rasti memperhatikan orang yang dibayar untuk memotong rumput yang sudah meninggi di rumahnya yang di Jogja. Anak-anaknya tidak ikut serta karena mereka tidak mau. Setelah pekerjaan orang suruhannya selesai, ia bersiap untuk kembali masuk rumah.“Rasti ….” Sebuah suara membuatrnya urung masuk.Mata Rasti menatap pria yang baru datang tanpa berkedip. “Pak Hanung,” sapanya dingin.“Akhirnya kamu kembali,” sahut Hanung. “Aku sering datang ke sini untuk menunggumu pulang. Dan hari ini, aku bertemu denganmu.”“Unt

  • MADU SATU MERTUA   ENDING

    Mereka basa-basi sebentar, saling menceritakan hidup yang dialami masing-masing. Setelah lama berbincang, Firna menyampaikan maksud kedatangannya menemui Rasti. “Aku minta maaf atas semuanya, Mbak. Aku telah bersalah sama Mbak Rasti. Aku sudah egois dalam mencintai Mas Danang. Dan pada akhirnya aku sadar, aku hanyalah pelampiasan baginya. Cinta Mas Danang sepenuhnya untuk Mbak Rasti. Aku menikah dengan seorang pria yang hidupnya di jalan, tapi mengajarkanku banyak hal. Kami memulai semua dari bawah. Dia tahu semua kisah hidupku dan perlahan mengubah sifat egoisku. Dia juga pria yang sangat baik. Melindungi dan menyayangi Yasmin seperti anaknya sendiri. Bahkan, saat aku marah sama Yasmin, Mas Dion tak segan memarahiku bali. Aku merasa beruntung. Ini bukan hal yang penting bagi Mbak Rasti. Tapi, perlu aku ceritakan agar Mbak tahu bagaimana aku saat ini,” ucapnya lalu berhenti. Memandang Danang dengan ragu, kemudian mengeluarkan sebuah kotak. Rasti tertunduk. Hampir saja ia berpikir buru

  • MADU SATU MERTUA   ENDING

    Part 93 Semua sibuk dan larut dengan perasaan masing-masing. Nadine dn Raline yang bahagia bertemu ayahnya. Firna yang terlihat malu-malu pada Rasti. Dan Rasti yang sibuk menenangkan hati. ‘Aku sudah bercerai sama Mas Danang. Aku harus bersikap biasa saja melihat mereka,’ tekan Rasti dalam hati. “Mbak, apa kabar?” tanya Firna sopan. Seyogyanya seorang tamu dipersilahkan masuk, tapi yang terjadi justru tamu Rasti yang menyapa lebih dulu. “Ba-baik. Kamu apa kabar?” tanya Rasti kaku. “Baik, Mbak. Alhamdulillah,” jawab Firna. Rasti mengamati penampilan sederhana dari mantan madunya. Anak Firna menangis merengek di dalam gendongan. “Yas, tolongin Bunda, pegangin adek. Bunda pengen ke belakang,” pinta Firna pada anaknya yang terlihat lemas. “Aku pusing dan mual, Bunda. Ayah saja dipanggil,” tolak Yasmin. Entah mengapa, Rasti serasa tidak kuat melihat pemandangan keharmonisan keluarga Firan dan Danang. Ia mencoba menahan segala rasa yang berkecamuk agak tidak terlihat. “Ayah, ini p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status