“Lepaskan!!” Anita kesulitan bernafas. Berulang kali ia menyingkirkan tangan pria itu dari lehernya.
“Kau ingin aku melepaskannya?”
Samar-samar Anita bisa melihat mata biru pria itu berkilat tajam menatapnya.
Dengan kasar, pria itu melepaskan cengkeramannya dileher Anita. Tidak membiarkan Anita bernafas lega, kemudian pria itu menggotong tubuh Anita dan membawanya ke sebuah meja panjang di salah satu ruangan VIP tersebut.
“Apa yang akan kau lakukan?” Anita sedikit meringis saat bokongnya menyentuh benda pipih itu dengan kasar.
Pria itu tidak menjawab. Anita merasakan tangan pria itu menyusup ke dalam rok mininya dan mengeluarkan celana dalamnya secepat kilat.
“Brengsek!” Anita mengumpat sembari menyingkirkan tangan pria itu dari celana dalamnya. Ia menatap nyalang pria itu, bahkan dalam keadaan gelap seperti ini ia masih bisa mengagumi mata biru milik pria itu. Sial!
“Sebelumnya kau panggil aku Baby, dan sekarang brengsek?” Pria itu mengeluarkan tawa renyahnya.
Tidak peduli lagi pria itu mengibas rok Anita dan lalu.. Tidak! Anita mendorong tubuh pria itu langsung. Ia tidak akan membiarkan pria itu berbuat semakin jauh lagi. Pria itu terlihat marah akan perlakuan Anita.
“Jika ini yang kau inginkan, baiklah!” Seperti bom meledak, pria itu mendekat dan membuka kaki Anita lebar-lebar. Dia tersenyum miring sembari menurunkan celana panjangnya ke bawah.
Anita menggelengkan kepalanya sembari menahan bahu pria itu agar menjauh. Sekuat tenaga Anita melawan dan mencakar wajah pria itu agar tidak melakukan yang tidak-tidak padanya. Perlawanan sengit di antara keduanya terjadi begitu saja, adegan tampar menampar sudah terjadi. Pipi Anita panas dengan tamparan keras yang diberikan kepadanya oleh pria itu, dari sudut bibir Anita mengeluarkan sedikit darah segar.
“AKU TIDAK AKAN MEMBIARKANMU MELAKUKANNYA, DASAR BAJINGAN!!” teriak Anita disela-sela perlawanannya.
“MAKILAH AKU SEPUAS MU BAHKAN KAU TIDAK MAMPU UNTUK MELAWANKU, PELACUR!!” teriak pria itu juga.
Begitu pula dengan pria itu, di sudut matanya sedikit lebam akibat pukulan Anita. Tidak menyerah begitu saja, Anita mencoba kabur dari ruangan itu, tapi dengan sigap pria itu menarik tangan Anita dengan kencang dan menamparnya lagi. Tamparan yang begitu keras mengakibatkan kepala Anita terbentur tembok. Anita benar-benar sudah tidak bertenaga untuk melawan pria itu, sungguh pria itu benar-benar kuat. Sehingga Anita kewalahan melawannya.
Nasib hendak dikata semuanya sudah terlambat, mereka sudah bersatu dan pria itu melakukan dengan bringas seolah pria itu sengaja memberikan pelajaran kepada Anita karena berani menantangnya.
Anita pasrah saat pria itu memasukkan miliknya ke milik Anita, dengan gerakan yang semakin kencang membuat Anita semakin tidak berdaya. Perlahan-lahan Anita pun tertidur di atas meja itu.
Lupakan soal kenikmatan yang ia dapatkan dari pria yang pernah bercinta dengannya selama ini. Ia memang bukan wanita suci yang tidak pernah bercinta. Ia pernah melakukan sex dengan salah satu kekasihnya dulu, tapi rasanya tidak sesakit ini.
Melihat wanita itu tertidur di atas meja dengan keadaan lemas dan tak bertenaga, membuat pria itu tersenyum puas. Hujaman demi hujaman ia lakukan pada wanita itu beberapa jam lalu. Dan yang lebih hebatnya adalah wanita itu tidak mengeluarkan rintisan atau erangan apapun saat ia melakukannya.
Sungguh, wanita yang tangguh. Sayangnya ketangguhan itu tidak bertahan lama, karena nyatanya sekarang wanita itu terlihat lemas dan tak bertenaga lagi.
“Tidurlah sepuasmu, karena jika kita bertemu lagi aku tidak tau apakah kau bisa bangun atau tidak!” Tidak mau berlama-lama lagi, pria itu pun bergegas memakai celananya dan pergi dari sana.
Sampai di luar ruangan, ia melihat Boy anak buahnya berdiri di depan pintu dengan kepala tertunduk.
“Maaf bos, tadi saya meninggalkanmu dan saat saya masuk anda...”
“It’s oke,” Ketua mafia itu langsung memotong sembari melanjutkan langkahnya. “Siapkan pesawat, kita berangkat ke Singapura besok.” tuturnya selanjutnya.
“Tapi pesawat kita saat ini tidak bisa digunakan karena aksi dari pembunuhan itu.” ucap Boy mengingat kan.
Ketua mafia itu langsung berbalik. “Kau tidak mengerti maksudku?” ucapnya dengan dingin.
“Maaf,” Boy menunduk. “Saya akan memesan tiket pesawat ke Singapura malam ini juga.” kata Boy sambil menunduk.
“Good.” kata bos mafia itu sambil berlalu dari sana.
Anita terbangun dari tidurnya, ia melihat dirinya tertidur di atas meja. Sial! Pasti pria itu sudah melarikan diri. Ia bahkan belum mendapatkan informasi apa pun dari ketua mafia itu, yang ada malah ia dilecehkan.
Sebuah panggilan telepon menyadarkan Anita dari rasa kesalnya. Langsung saja wanita itu mengambil ponsel yang ada dilantai. Sambil meringis di area intinya terasa nyeri, lalu ia menjawab panggilan itu.
“Iya, halo.”
Tidak butuh waktu lama Anita sudah terlempar ke kantor, setelah tiga puluh menit yang lalu ia mendapatkan panggilan dari atasannya untuk segera ke kantor dan menemui direktur utama. Anita mengetuk pintu saat tiba di ruangan direktur.
“Masuk!” ucap suara dari dalam.
Tanpa segan lagi Anita masuk ke dalam ruangan itu. Disana ia melihat seseorang yang dikenalnya duduk di hadapan pak direktur.
‘mau apa cowok itu disini?’ batin Anita.
“Anita, silahkan duduk!” ucap pak direktur menginstruksinya dan membuatnya harus duduk disebelah pria itu yang sedari tadi terang-terangan menatapnya nakal.
‘apa-apaan cowok itu! Dasar tidak sopan!’
Memilih tidak memperhatikan pria itu, Anita pun duduk dan mendengarkan penuturan selanjutnya dari sang atasan.
“Anita, ini pak Denis. Beliau adalah polisi yang juga ikut menangani kasus pembunuhan CEO perusahaan tambang Batubara. Pak Denis sudah menjelaskan bahwa kelompok mafia itu akan pergi ke Singapura besok. Dari informasi penyelidikan, mereka akan menghadiri acara pernikahan cucu dari Ferry Paulus, selaku orang yang diduga terlibat dalam kasus pembunuhan itu,” Pak Danu menyerahkan berkas padanya. Anita langsung membacanya.
“Sehubungan Pak Denis ingin menyelidiki lebih lanjut kasus tersebut beliau meminta kita membantunya ke Singapura besok. Seperti yang kita ketahui, pihak kepolisian meminta kita untuk membantu menangani kasus ini dan saya sendiri yang menunjuk kamu untuk bertanggung jawab dalam kasus ini. Karena itu saya sendiri juga meminta kamu untuk pergi ke Singapura besok bersama Pak Denis.” tutur Pak Danu selanjutnya.
“Apa tidak ada yang lain selain saya Pak?” tanya Anita keberatan. Alasannya simpel, dia hanya tidak ingin berurusan dengan pria di sampingnya ini.
“Apa kamu sedang menentang perintah saya?” tanya Pak Danu tidak suka.
“Bukan begitu Pak, tapi...”
“Pak, jika Bu Anita tidak ingin pergi dengan saya, saya bisa pergi sendiri.” kata Pak Denis menengahi, sebenarnya pria itu tidak sungguh-sungguh mengatakannya. Dia berhasil membuat Pak Danu memihak kepadanya.
“Tidak apa Pak, saya pastikan Anita pergi bersama anda besok. Bukan begitu Anita?” tanya Pak Danu melayangkan tatapan pemimpinnya pada Anita.
Jika seperti ini apakah Anita bisa menolaknya? Sudah jelas tidak bisa!
Ia memandang Denis yang diam-diam tersenyum sendiri. Bodoh. Kenapa ia harus terlibat dengan pria itu lagi.
“Baiklah, saya akan pergi ke Singapura besok bersama Pak Denis.”
“Kamu sekarang tinggal dimana?” Sembari jalan menuju lift, Denis bertanya pada Anita yang ada di sampingnya.
“Apa harus gue jawab?” tanya Anita judes.
Denis terkekeh mendapat respon sinis seperti itu dari Anita. Yah! Memang ini salahnya, yang dulu selalu mengabaikan ketulusan wanita itu.
“Enggak ada untuk kesempatan kita lagi?” tanya Denis menyentuh topik sensitif.
Sontak Anita langsung berbalik. Ia sangat tau maksud pertanyaan pria itu dan bukan Anita namanya jika masuk ke dalam lubang yang sama.
“ENGGAK ADA!!” tekannya langsung, sebelum masuk ke dalam lift.
Denis tidak ikut masuk ke dalam lift. Melainkan pria itu tersenyum memandang wanita itu.
“Kayaknya cewek aku butuh waktu buat balik ke aku lagi. Nextime, aku pasti in kita jadian. Dah sayang..” Setelah mengatakan itu pintu lift tertutup.
Anita langsung menyumpah serapah pada pria itu.
“Sayang-sayang kepala Lo peyang!” Anita bergumam dan menyibakkan rambutnya gerah.
“Tapi mantan gue boleh juga.” katanya angkuh.
***
Pagi ini Anita sedang menyusun pakaiannya kedalam koper. Penerbangan pukul sepuluh pagi dan ia menggunakan waktunya untuk membereskan barang-barangnya yang akan dibawanya ke Singapura nanti."Oke selesai." Anita duduk ditepi ranjang. Ia memainkan ponselnya sambil menunggu jam sepuluh. Disana ada email masuk kedalam ponselnya. Anita langsung tersenyum saat melihat siapa yang mengirim email itu.To : AnitaHow are you sweety? I Miss you, sugar. Kamu tahu, bunga mawar mencari kamu. Katanya dia sangat merindukan kamu. Jangan lama-lama disana, dan kembali kesini. Semua merindukan dirimu termasuk aku. Musim panas disini terasa dingin tanpa kehadiran mu. Jangan marah pada Denis lagi, dia sangat menyayangimu. Atas semua kesalahannya itu bukan benar-benar kesalahannya. Dia telah menjelaskan pada kami, I Miss you. Semoga kita bisa bertemu lagi.Dari pacar kesatu, Zidan.C
Disebuah kamar hotel, seorang pria terlihat berdiri didepan kaca besar. Tangan kirinya dimasukkan ke kantong celana dan tangan satu laginya digunakan untuk menjawab telepon dari seseorang."Semuanya telah selesai, kita hanya perlu menerima barangnya besok."Dari lantai lima belas, pria itu bisa melihat pemandangan kota Jakarta yang berkelap-kelip dengan indah. Mobil dan motor-motor tanpa henti berlalu lalang di jalan raya pada malam hari itu."Kali ini aku pastikan, kita memilih anjing yang tepat untuk dijadikan budak. Dia tidak se-naif CEO yang dulu kita angkat. Kita bisa memanfaatkannya, lalu setelah itu kita buang dan jadikan dia sebagai kambing hitam."Masih mendengarkan penuturan dari seberang sana, pria itu berbalik dan berjongkok menghadap wanita yang bersimpuh dibawah kakinya. Kea
Anita benar-benar kesal. Bagaimana bisa wanita itu berbohong, ia yakin wanita itu diancam oleh suaminya sehingga tidak berani mengatakan yang sebenarnya. Jelas-jelas ia melihat dengan mata kepala sendiri kalau pria itu menancapkan pistol di pinggang istrinya. "Kalau kamu kesel karena kita kebagian kelas ekonomi, seharusnya bilang. Jangan main masuk ke kelas satu dan bikin keributan disana." suara Denis terdengar selama mereka berjalan menuju pintu keluar bandara Singapura. Denis membawa troli barang bawaannya. Anita yang berada disampingnya memutar bola matanya malas. Denis saja tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya tapi sudah ceramah. Seperti dia benar saja. Padahal kan hidupnya penuh dengan kesalahan. "Kalau diomongin itu didenger." tegur Denis. Anita benar-benar marah sekarang. "Apaan sih! Kalau enggak tau apa-apa itu diam!" komen Anita pedas.
"ASTAGA DENIS! Ini bukan masalah Lo tidur dengan Siska, gue enggak masalah Lo tidur sama siapapun. Gue udah terbiasa dengan sifat playboy Lo, tapi yang buat gue marah saat itu, kenapa Lo bilang sama Siska kalau gue cuma pemuas nafsu Lo diatas ranjang,""Dan yang lebih parah Lo bilang, Lo bakal terus manfaatin gue selama sisa hidup Lo. Emangnya gue gak tau? Lo bilang saat ulangtahun gue. Sesudah tau itu semua, gue berusaha percaya sama Lo, dan bersikap baisa aja. Tapi lo buat gue kecewa setelah beberapa hari Lo deket banget sama Siska, bahkan tidur bareng sama dia. Gimana gue enggak marah coba?""Jadi karena masalah itu?" Denis berucap tidak percaya. "Seharusnya kamu nanya dulu ke aku, jangan langsung menyimpulkan DNA kabur gitu aja ke Indonesia. Aku nyariin kamu kayak orang gila tau!" Denis mengusap wajahnya kasar."Dengerin.." suaranya berubah lembut seiring tangannya mengambil tangan Anita.
Besoknya Denis dan Anita pergi ke pesta pernikahan itu, dengan dalih bisa menemukan bukti itu. Akhirnya mereka sampai juga di Mansion mewah tempat berlangsungnya pesta pernikahan.Anita sudah menceritakan semuanya pada Denis. Termasuk kejadian di pesawat dan di bandara. Denis sempat marah, karena Anita tidak menceritakan sejak awal. Ia pun hanya bisa meminta maaf setelahnya, jangan salahkan Anita karena mereka sempat marahan sebelumnya.Naik tangga yng berjumlah enam tingkat, Anita dan Denis langsung disambut oleh pria pakaian serba hitam yang bertugas mengecek tamu undangan yng masuk.Denis menyerahkan undangan berwarna gold itu pada petugas. Setelah mengecek dan menelitinya, Denis dan Anita pun dipersilahkan masuk kedalam. Mereka berdua saling tersenyum. Mengingat kembali rencana apa yang akan mereka lakukan kali ini.Denis akan pastikan semuanya akan berjalan sesuai rencana
"siapa mereka?" "Mereka adalah suruhan pria itu. Dan kamu tahu, Markus adik kandung Wisnu yang tewas beberapa waktu lalu dan sekarang menjabat sebagai CEO di perusahaan tambang Batubara. Tadi aku lihat sedang menyelundupkan obatan terlarang bersama pria itu." tutur Anita. "Aku yakin, Markus dan pria itu adalah orang yang membunuh Wisnu. Tapi untuk sementara ini aku punya bukti video tentang penyelundupan itu." terang Anita. Sekarang mereka berada didalam mobil. Denis yang menyetir mobilnya. "Kalau begitu kita bisa menangkap mereka dengan bukti itu!" ucap Denis. "Aku harap begitu." jawab Anita. Dari kaca spion Anita dapat melihat sebuah mobil sedang membuntuti mereka dari belakang. "Denis, sepertinya mereka mengejar kita." Anita melihat kebelakang dan benar saja
Setelah para penjaga itu berhasil menangkapnya, Anita dibawa kembali ke mansion itu lagi. Ia melihat pria itu duduk diruang tamu yang mewah sambil menatapnya seperti mangsa. "Kemana pria satunya?" tanya pria itu pada anak buahnya. Matanya masih mengarah ke Anita, seakan ia seorang mangsa yang lemah dan ingin mati. "Saat kami sedang mengejarnya, tiba-tiba mobil hitam itu datang menyelamatkannya." jelas anak buahnya menunduk. Mendengar itu semua Anita tersenyum senang, sekarang ia tidak perlu khawatir karena Denis akan menyelamatkannya nanti. Dia terlihat tidak senang melihat Anita tersenyum seperti itu. "Kau tersenyum?" Pria itu menghampiri Anita. Dia tidak senang melihat Anita tersenyum seperti itu. "Sekali lagi kau tunjukkan senyum itu!" perintah pria itu menatapnya sengit. Tentu saja Anita tidak ingin menuruti kemauan pria itu, ia memalingkan wa
Setelah kejadian itu, tak lama kemudian Anita kedatangan beberapa pelayan yang masuk kedalam kamar sekapannya. Mereka berempat berdiri sejajar ke arahnya. Ditangan mereka sudah tersedia kotak obat, alat mandi, baju dan troli makanan. Sebenarnya ada apa ini, tidak mungkin jika Alex yang menyuruh mereka kemari. Sudah sangat jelas kalau pria itu marah setelah menamparnya tadi. "Maaf nona, kami datang kemari atas utusan tuan Alex untuk mengobati luka anda." ucap salah satu pelayan itu, dan menyuruh Anita untuk berdiri. "Tapi aku tidak perlu ini." Keempat pelayan itu tidak menggubris ucapannya, dan tetap membantu Anita untuk berdiri. "Mari, kami antar ke kamar mandi." "Sudah ku bilang aku tidak mau! Apa kalian tuli?" ucap Anita masih menolak, tapi kedua pelayan lainnya dengan lancang memapahnya hingga masuk kamar mandi. "Kalian mau apa?" tanya Anita langsung menutupi bagian