Selama seminggu Santi Chandra kuliah di bogor dan hari ini adalah ujian terakhirnya di bagian penyakit Dalam dan setelah selesai ujian Santi Chandra menyadari dia tidak lulus bagian ini dan dia harus mengulang kuliahnya selama sebulan di jakarta di Rumah Sakit milik Fakultas Kedokterannya.
Dengan santai Santi Chandra pulang ke rumahnya dengan memakai angkot antar kota dan tibalah dia di terminal jakarta dan dia naik angkot pulang ke rumahnya tanpa memberi kabar ke suaminya.
Santi Chandra ingin melihat kedekatan pasangan suami istri yang baru itu, Tania Wati tidak tinggal di rumah Santi. Ya rumah Santi, karena rumah ini orang tuanya yang membelikan dan suaminya hanya mencukupi kebutuhan hidup keluarga kecilnya dan membayar kuliah kedokteran Santi.
Sebelum menikah Santi pernah menanyai abang pertamanya apakah mereka masih mau membayar kuliah kedokterannya dan lalu dijawab oleh kakak iparnya,
Santi menikah ketika dia baru tingkat dua. dan cuti setahun, setahun kemudian ketika dia lulus ujian E2 dia kuliah lagi di tingkat 3, jadi ketika dia kuliah tingkat lima Santi telah memiliki tiga anak perempuan yang lucu.
“Kalau sudah menikah, ya suruh suamimu yang bayar.”
Sejak mendengar jawaban itu, Santi Chandra tidak pernah lagi meminta uang ke abang keduanya dan ini disalah tafsirkan oleh keluarganya, mereka mengira kuliah Santi Chandra masih dibiayai oleh abang keduanya dan ini semua nanti akan terungkap di kemudian hari.
Santi sampai di depan rumahnya dan terlihatlah sepasang suami istri yang mesra di dalam rumah itu, mengapa Santi dapat melihat itu, ya karena rumah mereka depannya memakai kaca , jadi apa yang terlihat di dalam, dari luar dapat dilihat.
Sungguh ironis, istri sudah sampai di rumah tapi suami tercinta tidak menyadarinya dan Santi berjalan dengan gontai menuju pintu belakangnya yang tidak selalu di tutup, sebenarnya pintu depan juga tidak tertutup, tapi Santi malas melalui pintu depan takut mengganggu kemesraan mereka.
Melalui pintu belakang Santi sampai di rumah dan dia duduk diam di meja dapur melihat makanan yang ada di meja. sepiring sayur sardencis dengan tomat dan cabe serta semangkuk besar sayur bayam ditumis dan diberi kuah tentu tanpa jagung dan tomat.
Melihat semua itu, Santi tahu yang masak pasti suaminya.
ya, suaminya adalah seorang suami yang pandai masak dan pada saat tertentu dia suka masak sayur dan juga seorang ahli bela diri dan dia menerima murid privat yang ingin mempelajari ilmu bela diri darinya.
Dengan itu semua dia membiayai hidup keluarga kecil dan kuliah Santi, jadi Santi sangat berhutang budi dengan dia tapi juga karena Santi bukan wanita penganut perceraian, dia lebih senang cerai itu cerai mati, tapi jangan dikira pelakor bisa menang dari Santi.
Lihatlah bagaimana Santi nanti akan mengusir pelakor pelakor itu satu persatu.
Bermain cantiklah tanpa melukai diri sendiri, apakah sakit jika suami senang wanita lain, anggap saja dia membeli baju, disaat dia ada uang dia bisa membelinya tapi disaat dia kere baju juga akan meninggalkannya, betulkan?
Tanpa bersuara dia menghampiri meja itu dan mengambil piring untuk menyendok nasi dan dalam diam dia makan siangnya sendiri.
Ya, hari ini dia pulang lebih pagi, setelah ujian dia langsung pulang.
Jadi sebelum sore, dia telah sampai di rumah dan sekarang sedang mencicipi makan siangnya dengan diam.
Santi sudah tidak ingin meratapi nasibnya tapi dia akan mengakrabkan dengan nasib. Dia akan membuat semua itu seolah olah hanya mimpi dan dia akan menontonnya, dia akan melihat sampai kapan Tania Wati sanggup menjadi istri kedua suaminya.
“Papi, kamu hari ini tidak jemput Santi?” Tanya Tania Wati.
“Iya, mau, nanti dua jam lagi, biasanya jam seperti itu dia sampai.” Kata Haryanto.
“Anak anak mana ya?” tanya Tania Wati lagi.
“Kenapa sepi, sedang apakah mereka, saya naik lantai dua dulu ya, mau lihat mereka sedang apa.” kata Tania Wati lagi.
“Ya, naiklah.” Kata Haryanto.
Mendengar Tania Wati mau ke lantai dua, Santi pindah tempat duduk membelakangi dinding, sehingga tidak terlihat oleh Tania wati.
Santi duduk terdiam di meja makan setelah dia selesai makan, Santi tidak beranjak dari tempatnya sampai mertuanya memergokinya.
“Ahhh, kamu sudah pulang Santi, kenapa diam saja disini? Kenapa tidak keluar menyapa suamimu?” Tanya Lany Cidewa.
“Malas, enakan duduk disini melihat mereka yang sedang bermain.” Kata Santi Chandra santai.
Memang di depan pintu belakang rumah Santi Chandra ini ada beberapa rumah lagi dan anak anaknya sedang bermain lari larian dan tiba tiba si sulung pulang dari pintu belakang dan memanggil maminya dengan suara yang lantang di susul dengan juni Lintang.
“Mami.” Jerit Tika Lintang.
“Mami” jerit Juni Lintang tidak mau kalah dengan kakaknya.
Dan mereka bersama sama menghampiri maminya dan naik di atas pangkuannya.
Mendengar jeritan kedua anaknya, Haryanto Lintang dan Tania Wati datang menghampiri mereka dan…..
“Ahhh, Santi, kamu sudah ada di rumah, kenapa tidak minta saya jemput?” tanya Haryanto Lintang dengan lembut.
“Saya tidak mau mengganggu kalian berdua, sudah ah, saya mau mandi dan mau tidur, cape.” Kata Santi Chandra acuh.
“San, kamu marah ya.” Tanya Tania Wati.
“Untuk apa marah, toh saya yang kenalkan kalian berdua, lakukanlah semau kalian asal saya tetap mendapat kebebasan ingin melakukan apapun juga jangan dilarang.” Kata Santi Chandra dengan misterius.
“Apa maksud kamu?” Tanya Haryanto Lintang.
“Jangan macam macam ya.” Ancam Haryanto Lintang.
Santi tidak menyahut dan pergi meninggalkan mereka setelah mengajak anak anaknya mandi bareng.
Selesai mandi, Santi masuk ke kamarnya bersama kedua anaknya.
Tania Wati sudah bersiap siap ingin pulang dan diantar oleh Haryanto Lintang.
Karena letih dan sedih akhirnya Santi Chandra tertidur dan terbangun ketika ada yang mengecup pipinya dan terlihatlah Siani Lintang sedang mengganggunya.
“Bangun ma, yuk kita makan malam.” Ajak Juni Lintang
“Papi ada beli sayur enak, yuk kita makan bersama.” Ajak Tika Lintang.
“Hayo, makan sendiri ya, jangan disuapin.” kata Santi sambil tertawa.
Mereka bersama menuju meja makan disana telah duduk Haryanto Lintang dengan ibunya.
Santi duduk tenang di samping mertuanya dan membiarkan anak anaknya duduk di dekat ayahnya, biar ayahnya yang repot mengambilkan sayur untuk anaknya.
Ya, Santi memang kadang kadang malas mengurus anaknya dan dia sengaja membuat anaknya dekat dengan ayahnya, biar ayahnya dapat dijerat oleh pelakor tapi selamanya tidak dapat meninggalkan anak anaknya.
SELALU TERIKAT DENGAN DARAH , SEHINGGA hARYANTO TIDAK GAMPANG MENINGGALKAN MEREKA, BIARLAH PARA PELAKOR MENEROR, SANTI YAKIN AKHIR HIDUP TUANYA DIA YANG AKAN JADI PEMENANG.
Saat ini saya merasa senang, saya sudah melalui beberapa tahun dengan suami tercinta saya, biarpun banyak masalah yang saya lalui tapi saya yakin dan tahu setiap rumah tangga berjalan dengan ujiannya masing masing dan saya tidak harus menyerah sampai kapan juga, saya yakin suatu saat saya akan merasakan bahagia yang luar biasa, jadi saya harus menganggap semua masalah saya bagaikan film yang sedang diputar dan suatu saat ada the end nya. Tentu semua itu akan happy ending. Saya berdoa. Seperti momen sekarang, kami ada di warung soto Nini sedang bercanda dan makan soto, babat goreng dan paru goreng dengan senangnya. Kami dilayani dengan senyum manis dari Nini si janda cantik ini. Setelah 1 jam kami menyelesaikan makan malam kami dan. “Mbak Nini, kami mau pulang, mari kita ke rumah ber sama sama.” kata wangi mengajak Nini pulang ke rumah kami, saat ini ayah Nini tidak ada di rumah, jadi Nini dan anaknya ikut kami pulang dengan naik ke mobil kami. Ayah Nini tidak setuju hubungan Nini d
DERITA YANG TIDAK HABIS Setelah kepergian Mimi, saya mengira kehidupan rumah tangga saya akan baik baik saja dan saya sedang menikmati kehidupan rumah tangga hanya milik saya. Tapi sungguh sayang derita yang harus saya hadapi tidak sampai disini saja, masih panjang yang harus saya derita. Tapi semua itu pasti akan berlalu dan dengan adanya perkataan ini, yang akan selalu menguatkan saya untuk mengarungi kehidupan rumah tangga saya, saya yakin akhir dari hidup saya akan menikmati, suami milik saya sendiri dan dengan anak anak yang telah besar dan sangat berbakti kepada orang tuanya. Dan perekonomian yang mapan kalau tidak dibilang sangat kaya. “Santi, sebenarnya saya ingin lagi berhubungan dengan Nini Sukarman, kasihan dia sekarang sudah menjadi janda dengan anak satu, perempuan juga. Boleh ya?” bujuk suami saya dengan pintarnya, suatu saat kita kami makan soto di toko orang tua Nini itu. Si cantik itu memang ramah orangnya dan tidak seperti pelakor di buku yang saya baca, dia juga s
POV: AMELIA Ketika ada istrinya saya akan memperdaya mereka berdua agar istrinya cemburu dan meminta cerai dengan suaminya, ya, , besok istrinya pulang akan saya buat mereka berkelahi. Ya, itu rencana yang bagus. Sambil tersenyum puas saya meninggalkan depan pintu rumah suami bayangan saya dan saya berencana mencari germo saya yang juga merangkap suami kedua saya, ayah anak kedua saya, hebat kan saya anak dua, suami juga dua, tapi tidak juga sebentar lagi akan menjadi tiga kalau suami bayangan saya menjadi suami sah saya dan tanpa memikirkan semua resiko saya ke tempat lokalisasi mencarinya dan tanpa saya sadari akan kecerobohan saya. Disaat saya ke lokalisasi mencari Asun dan memesan kamar. Sepertinya Tuhan membantu Santi, padahal tadi Haryanto sudah malas keluar rumah, tapi tidak tahu mengapa Haryanto ingin datang ke tempat lokalisasi ini dan sekali lagi Haryanto menangkap basah saya masuk ke kamar berdua dengan Asun, dua sejoli yang bekerja sama yang berusaha menjebak Haryanto.
“Iya, jemputlah anak kamu dan jalanin konveksi ini dengan sebaiknya.” kata Haryanto sambil mengantar Amel ke depan pintu, melihat dia berjalan kedepan jalan besar untuk naik angkot, Haryanto tidak tahu dan tidak sadar setelah agak jauh dan sudah tidak dapat dilihat Haryanto, Amel turut dan menaiki angkot lain yang memiliki tujuan yang berbeda dengan rumah kakeknya.Sepulang Amel dari rumah Haryanto, Haryanto juga berniat main ke rumah temannya di kota yang juga ada tempat judi. Sesampainya Haryanto di tempat parkir motor, teman baiknya yang juga bandar judi mendatanginya dan berkata…“Di dalam ada wanita kamu, sedang berjudi dengan bos kalimantan.” katanya. " dan sepertinya dia kalah dan ingin negosiasi dengan bos kalimantan itu."“Di lantai berapa?” tanya Haryanto dengan menahan emosi. "saya sudah katakan pada kalian jangan kasih dia judi lagi, kalau kalian masih juga memberi dia peluang, hati hati tempat kamu disidak."“Lantai dua di meja delapan.” kata bos judi itu lagi dan dia j
KEJUTAN DARI AMELIA. Pagi ini saya ingin ke rumah suami bayangan saya, ya, bayangan karena belum sampai pernikahan resmi sudah terjadi malapetaka. Sudah beberapa hari nih saya belum mendapat nafkah jasmani dan batin, ya, disaat wanita lugu dan super bo*oh itu tidak ada di rumah, saya ingin menggunakan moment itu untuk bermesraan layaknya suami istri. Mulai sekarang saya harus pintar pintar menggunakan kesempatan untuk merayu pria ini baik untuk memenuhi hasrat saya maupun kantong saya, saya harus memperkaya diri saya sendiri. Anak kedua mereka membukakan pintu untuk saya, saya naik ke lantai dua ke kamar suami saya. Terlihat dia sedang tidur dengan nyenyaknya dan di kamar itu tidak ada siapapun, sepertinya Wangi si anak bungsu sedang sekolah di TK. Kesempatan yang bagus untuk memenuhi hasrat keduniawian saya. Saya menghampiri dia dan mengecup pipinya yang menghadap ke atas beberapa kali sampai suami yang saya harapkan ini bangun. Pria tampan itu membalikkan badannya menghadap ke
AMELIA. Nama saya Amelia, janda beranak dua dari suami yang berlainan. Saya cuma seorang wanita lulusan smp, masuk SMA sih, tapi tidak lulus karena sudah senang dengan pemuda yang bisa memuaskan nafsu duniawi saya. Saya dibesarkan dikeluarga sederhana, kakek dan nenek saya cukup berada semasa hidup mereka tapi setelah warisan jatuh ke anaknya yang semuanya ada enam, harta peninggalan itu kandas. Ibu dan ayah saya sudah bercerai dan ibu menikah lagi dengan suami yang juga tidak dapat menyenangkannya sehingga dia harus jualan gado gado untuk kebutuhan seharinya. Dan saya tentu tidak mau seperti dia, jadi saya kawin lari dengan suami saya, sayang suami saya terlalu kaku, memang dia dapat memuaskan semua keinginan saya. Dengan suami pertama saya , saya memiliki seorang anak perempuan, tapi sayang lama kelamaan saya bosan dengan kehidupan yang biasa saja, jadi saya mulai lagi memasuki dunia kegelapan. Sebelum ketemu suami pertama saya, memang saya sudah nakal dalam segala hal. Tuju