***Adam langsung bad mood. Selama ini dia sudah sangat bersabar dengan sifat Dara yang tertutup. Pria itu tidak memaksa istrinya untuk menceritakan semua hal padanya. Adam percaya, Dara pasti akan menyandarkan semua hal padanya suatu saat nanti. Untuk itu Adam cukup bersabar menanti hari dimana Dara percaya padanya, sepenuhnya. Namun, sabar Adam ternyata ada batasnya. Dia muak kalau Dara selalu merasa baik-baik saja di depannya, bersikap seolah dirinya tidak pantas untuk jadi tempat bersandar.7 tahun ini, selama ini... apa tidak cukup untuk Dara percaya padanya? Suaminya? Memikirkan hal itu, Adam muak. Dia ingin tahu kenapa Dara menyembunyikan semua masalah darinya? Apa istrinya itu tidak benar-benar mencintainya?Adam menghela napas berat. Dia merasa suasana klub sangat ramai, dia bergegas pergi dan memutuskan untuk menyewa salah satu ruangan pribadi untuk dirinya menenangkan dirinya. Tepat saat pria itu berdiri, ada seseorang yang memanggilnya.“Adam, kamu kenapa ada di sini?”Ada
***“KAMU!”Adam menatap Sarah dengan marah. Dia bangkit dan merasa jijik setelah mengumpulkan akal sehatnya. Terlintas di hatinya rasa penyesalan luar biasa.“Adam, kamu mau kemana?” tanya Sarah. Dia meraih pergelangan tangan pria itu dan menahannya agar tidak pergi.“Aku mau pulang,” balas Adam singkat.“Kenapa pulang? Bukankah rumahmu saat ini bagai neraka kecil bagimu? Kamu mendapatkan kesenangan di sini dan kamu pun menjadi tenang, tapi kalau kamu kembali ke rumah, kamu akan merasa berantakan lagi. Kamu tidak perlu untuk membohongi apa yang ada di hatimu,” kata Sarah.Adam mengernyitkan keningnya. Dia tidak tahu kenapa Sarah begitu berani bicara seperti itu secara terang-terangan di depannya. Sarah yang selalu bersikap tenang dan dewasa berubah jadi rengekan wanita yang cemburu dan manja.“Aku tahu kalau Dara tidak bisa membahagiakan kamu. Kamu selalu mengalah dan bersabar padanya, tapi dia tidak peka dengan apa yang kamu inginkan. Dara terlalu sibuk memikirkan dirinya sendiri, d
***“Sayang, kamu sudah menyiapkan semuanya?” Adam memeluk Dara dari belakang.Dara mengangguk. “Sudah, aku sudah menyiapkan semuanya dari kemarin. Kita tinggal menjemput anak-anak di rumah papa dan mama.”Adam mengencangkan pelukannya di pinggang ramping Dara dan wanita itu sedikit geli karena merasakan hembusan napas Adam di tengkuk lehernya, dan di lehernya pun basah karena ciuman Adam.“Mas, jangan nakal!” seru Dara memperingati suaminya.“Masih pingin, Sayang,” balas Adam.Dara menepuk pelan lengan suaminya itu. “Jangan sekarang! Kita harus menjemput anak-anak. Kasihan mereka sudah tidak sabar menunggu kita.”“Hanya sepuluh menit saja, ya?”“Apa? Sepuluh menit? Aku tidak percaya padamu, Mas!” balas Dara.Dara jelas tahu kalau Adam tidak pernah puas jika bermain sebentar. Mana ada seorang Adam Tanaka bisa puas dengan hasratnya dalam h
***Dara dan keluarganya sudah sampai di vila. Mereka berempat bersantai di pinggir kolam renang. Dara melihat kedua anaknya sedang berenang dan bermain air. Dan melihat Adam yang duduk sambil melihat keduanya bersantai.Dara duduk di samping Adam, dan dia menyerahkan kopi hangat untuk suaminya.“Anak-anak begitu bahagia, padahal ini hanya ke Puncak saja,” ucap Adam.Dara pun tersenyum. “Iya, Mas. Sepanjang jalan mereka bahkan tidak tidur sama sekali. Kai dan Suri sangat berisik di jalan dan banyak bicara. Mereka tidak mau melewatkan detail perjalanan dari Jakarta ke sini.”“Aku senang melihat anak-anak sangat bahagia,” kata Adam.Dara pun merasa menyesal, hatinya sedikit terluka, ya dia kecewa pada dirinya sendiri yang tidak peka dengan perasaan kedua anaknya. Dara hanya sibuk untuk mengejar dunianya, dunia yang membuat dia mengabaikan surga terbaiknya. Wajahnya pun diselimuti kesedihan yang mendalam, dia
***Dara mengamati bagaimana Suri dan Kai sangat dekat dengan Sarah. Jika di masa lalu, dia tidak akan pernah cemburu, bahkan senang jika kedua anaknya dekat dan sayang dengan Sarah. Tapi, saat ini dia tidak mau kalau Sarah mengambil hati kedua anaknya. Apalagi dia tahu kalau Sarah selama ini mengintainya dan juga berusaha mengambil Adam dari sisinya. Dara tidak mengerti kenapa Sarah sangat licik dan kakaknya itu sungguh pintar bersandiwara.“Bagaimana bisnismu? Papa dengar kamu mau launching produk baru dan banyak yang berminat dengan produkmu itu?” tanya Riky.“Bisnisku lancar karena aku punya rekan dan staff yang luar biasa. Mereka memberi semangat yang tak biasa,” balas Dara. “Iya, tadinya mau launching produk itu lusa, tapi diundur karena kita mau mempersiapkan segalanya dengan sempurna.”“Papa tahu kalau kamu pasti ingin segala sesuatu itu sempurna, jadi tidak heran bisnis skincare dan lainnya pun suks
***Dara telah memandikan si kembar. Jadi, dia sibuk di dapur untuk menyiapkan segalanya. Saat dia ingin ke halaman belakang, ada Zea yang menghampirinya. Dara tertegun sejenak, dia menatap mamanya yang memasang wajah masam.Dara bisa menduga kalau mamanya itu tak senang dengan keberadaannya. Dia tidak tahu kenapa Zea sangat dingin padanya. Padahal dia dan Sarah sama-sama anak mamanya, tapi kenapa perlakuan Zea pada mereka sangat berbeda?“Mama... “ Dara mencoba dengan senyum terbaiknya. Dia mencoba menekan hatinya yang gelisah.Zea tidak membalas senyum itu, dia menatap Dara dengan datar. “Kamu sengaja melakukan ini?” tanyanya.Dara mengernyitkan keningnya. “Maksudnya Mama?”Zea tersenyum sinis. “Jangan berpura-pura di depanku! Dari dulu, aku selalu tahu dengan akal bulusmu. Dari kecil kamu selalu pandai bersandiwara, bahkan saat ini kamu sangat lihai!”Dara tersenyum singkat. &ld
***Semuanya sedang bersantai menikmati suasana malam di villa milik Adam. Kemesraan yang Adam dan Dara tunjukkan membuat Sarah dan juga Zea ingin merusak keromantisan itu, keduanya muak melihat Dara yang sepertinya sengaja menunjukkan keromantisan mereka. Bahkan Dara tak segan-segan mengecup pipi Adam.Sungguh memuakan! Sarah cemburu luar biasa karena merasa Dara saat ini sedang mengajak perang padanya. Wanita itu menyesal kenapa dia malah bersikap lembut pada adiknya itu, dan tidak langsung merebut kekasih masa lalunya. Jika dulu dia tidak lembek, mungkin Adam saat ini sudah menjadi miliknya.Untuk meredakan rasa kesalnya, Sarah langsung melihat ponselnya. Dia ingin mengirim pesan pada orang yang dia bayar untuk lebih mengawasi Dara.Sedangkan, Zea yang saat ini melihat Sarah terlihat murung langsung menghampirinya dan duduk di samping anak sulungnya.“Kakak, kenapa? Kamu sakit, Nak?” tanya Zea lembut.Zea tersentak dan dia pun
***Waktu sudah menunjukkan jam tiga dini hari. Tapi Dara masih belum menerima kabar dari Adam. Dia sudah berusaha menghubungi suaminya, tapi Adam tak menjawab telepon darinya. Wanita itu menghela napas panjang, dia langsung merasa berkecil hati. Hal yang membuat dia sakit bukan sandiwara yang diciptakan kakaknya, tapi sikap Adam yang begitu peduli pada Sarah. Dan tatapan dingin Adam tadi membuat hatinya terluka.Dara memang terlalu sibuk dengan dunianya sampai dia melupakan fakta kalau di masa lalu Adam dan Sarah mempunyai kisah asmara yang sangat mengharu biru. Semua masa remaja mereka, Dara sudah tahu semuanya, bahkan ada satu potret dimana saat Adam dan Sarah saling menatap dengan tatapan penuh kasih, dia mungkin bisa kalah di hati suaminya, tapi kenapa dia tidak mau tahu bagaimana Adam dulu begitu memuja Sarah? Apa benar masa lalu suaminya itu mengalahkan masa depan Adam bersamanya?Dara menghela napas panjang, air matanya pun turun. Dia memang selalu menan