Home / Urban / MALAM GILA DI RANJANG MERTUA / GODAAN YANG BEGITU BERAT

Share

GODAAN YANG BEGITU BERAT

Author: Ayuwine
last update Last Updated: 2025-12-23 17:41:56

Alya menarik napas panjang, seolah kata-kata berikutnya terlalu berat untuk dilepaskan. Bibirnya terbuka sedikit, lalu tertutup kembali. Tangannya mengepal di atas pangkuan.

“Ada hal yang seharusnya Ibu katakan sekarang,” ujarnya akhirnya, nyaris berbisik. Ia tersenyum tipis, senyum yang rapuh. “Tapi ternyata… Ibu belum siap.”

Rama mengernyit. “Belum siap bagaimana, Bu?”

Alya menggeleng pelan. Matanya menerawang, bukan pada Rama, melainkan pada kenangan yang tak berani ia sentuh. “Kalau Ibu melanjutkan, akan ada terlalu banyak yang berubah. Dan Ibu takut… Nadia yang akan paling terluka.”

Ruangan itu mendadak terasa sempit. Detak jam di dinding terdengar lebih keras.

“Lupakan saja yang tadi Ibu bilang,” lanjut Alya, kali ini lebih tegas, seakan meyakinkan dirinya sendiri. “Anggap Ibu hanya terbawa perasaan.”

Rama hendak bertanya lagi, tapi tatapan Alya menghentikannya—tatapan penuh permohonan dan ketakutan yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

“Suatu hari nanti,” kata Al
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • MALAM GILA DI RANJANG MERTUA   GELAGAT ANEH NADIA

    Seharusnya Rama senang karena istrinya akhirnya pulang. Namun entah mengapa, setelah mendengar perkataan Nadia yang terasa terlalu merendahkannya, hatinya justru terasa sakit. Ada perasaan aneh yang menyusup—seolah ia ingin istrinya pergi lebih lama lagi. Rama menatap Nadia yang tertidur pulas. Wajah istrinya terlihat sangat lelah. “Bekerja apa sih dia sampai kelelahan seperti ini?” gumamnya penuh tanda tanya. Baru pukul tujuh malam, tapi Nadia sudah terkapar di tempat tidur, bahkan sedikit mengorok. “Apa dia kecapekan bermain dengan bosnya itu? Cih!” Rama berdecak. Bibirnya tersungging sinis, seolah menertawakan dirinya sendiri yang begitu bodoh—jelas-jelas diselingkuhi, namun masih mencintai wanita itu. “Hah…” Rama menghela napas panjang. Pikirannya benar-benar kalut. “Aku harus bagaimana? Kalau aku menanyakannya, itu hanya akan memicu pertengkaran. Aku harus menyimpan dulu semua bukti. Setelah waktunya tiba, aku akan meledakkan semuanya,” ucapnya pelan, seolah menyusun re

  • MALAM GILA DI RANJANG MERTUA   TAHAN GODAAN

    ​Keesokan harinya, kantor menjadi medan tempur bagi Rama. Peluncuran merek motor baru membuatnya tenggelam dalam tumpukan berkas hingga tak sempat melirik ponsel. Baru pada pukul tiga sore, ia memacu motor barunya membelah jalanan menuju restoran VIP yang mewah. ​Di sana, Anita sudah menunggu. Penampilannya benar-benar penghancur iman; gaunnya begitu minim, menonjolkan setiap lekuk tubuhnya yang menggoda. ​"Lima puluh unit, Rama. Aku beli tunai sekarang juga, asal kamu mau menuruti satu permintaan kecilku," bisik Anita setelah mereka berbincang formal. Bibirnya mendekat ke telinga Rama, "Ini tawaran langka. Kamu dapat bonus komisi besar, dan tentu saja... kenikmatan yang tidak akan kamu lupakan." ​Rama mencoba bertahan. Akal sehatnya masih berteriak untuk tidak terjebak lubang yang sama. Namun, penolakan halus Rama justru menjadi bensin bagi api gairah Anita. Wanita itu tersenyum liar, matanya berkilat penuh rencana. ​"Oh, jadi kamu mau main mahal? Aku suka pria yang sulit d

  • MALAM GILA DI RANJANG MERTUA   GODAAN YANG BEGITU BERAT

    Alya menarik napas panjang, seolah kata-kata berikutnya terlalu berat untuk dilepaskan. Bibirnya terbuka sedikit, lalu tertutup kembali. Tangannya mengepal di atas pangkuan. “Ada hal yang seharusnya Ibu katakan sekarang,” ujarnya akhirnya, nyaris berbisik. Ia tersenyum tipis, senyum yang rapuh. “Tapi ternyata… Ibu belum siap.” Rama mengernyit. “Belum siap bagaimana, Bu?” Alya menggeleng pelan. Matanya menerawang, bukan pada Rama, melainkan pada kenangan yang tak berani ia sentuh. “Kalau Ibu melanjutkan, akan ada terlalu banyak yang berubah. Dan Ibu takut… Nadia yang akan paling terluka.” Ruangan itu mendadak terasa sempit. Detak jam di dinding terdengar lebih keras. “Lupakan saja yang tadi Ibu bilang,” lanjut Alya, kali ini lebih tegas, seakan meyakinkan dirinya sendiri. “Anggap Ibu hanya terbawa perasaan.” Rama hendak bertanya lagi, tapi tatapan Alya menghentikannya—tatapan penuh permohonan dan ketakutan yang belum pernah ia lihat sebelumnya. “Suatu hari nanti,” kata Al

  • MALAM GILA DI RANJANG MERTUA   TERNYATA ALYA.....

    "Kau yang menginginkan ini, Bu! Lihat dirimu... kau begitu haus di bawahku!" geram Rama serak, napasnya memburu seperti binatang buas. "Biarkan Nadia tidur dengan bajingan itu, aku tidak peduli lagi! Aku punya kau sekarang... milikmu jauh lebih mengkel, jauh lebih sempit! Aku akan menghabisimu malam ini, Alya!" ​Alya semakin histeris mendengar namanya disebut tanpa embel-embel 'Ibu'. Ia meracau semakin menjadi, "Ya, panggil namaku, Rama! Lupakan istrimu yang pengkhianat itu! Aku jauh lebih baik, bukan? Terus... lebih cepat, Ram! Aku mau keluar! Aku mau pecah di tanganmu!" ​Rama semakin beringas. Ia mencengkeram bokong besar Alya dengan sangat kuat hingga memerah, menjadikannya tumpuan untuk setiap tusukan yang semakin dalam dan keras. "Kau milikku malam ini... hanya milikku! Aku akan mengeluarkan semuanya di dalammu, biarkan kau mengandung anak dari menantumu sendiri!" ​Keduanya benar-benar sudah hanyut dalam dosa yang luar biasa. Racauan mereka saling bersahutan, memenuhi kamar

  • MALAM GILA DI RANJANG MERTUA   SEMAKIN LIAR

    Rasa kesal dan amarah yang mengganjal di dada Rama kini meledak menjadi hasrat yang liar. Ia melampiaskan seluruh pengkhianatan istrinya melalui sentuhan-sentuhan kasar dan menuntut. Tanpa basa-basi, Rama langsung membopong tubuh matang Alya dan menghempaskannya kembali ke atas ranjang. ​Ia segera memposisikan dirinya di antara kedua kaki Alya, lalu melahap pusat kenikmatan mertuanya itu dengan gerakan lidah yang cepat dan liar. Rama benar-benar tak terkendali; setiap hisapan dan jilatan yang ia berikan seolah ingin menguras habis harga diri dan kesadaran Alya. ​Alya kewalahan. Napasnya tersengal-sengal menghadapi serangan membabi buta dari menantunya. Namun, di saat yang sama, ia sangat menikmatinya. Ia mencengkeram rambut Rama, menariknya lebih dalam ke arah pangkal pahanya, membiarkan dirinya tenggelam dalam lautan nafsu yang diciptakan oleh pria yang seharusnya memanggilnya "Ibu" tersebut. Cairan gairah semakin membasahi sprei seiring dengan gerakan lidah Rama yang kian b

  • MALAM GILA DI RANJANG MERTUA   GAIRAH LIAR RAMA

    Saat Rama berniat menghentikan semuanya, perasaan bersalah kembali menekan dadanya. Ini salah. Terlalu salah. Namun ponselnya bergetar—sekali, dua kali, berkali-kali—memecah fokusnya. Alya masih duduk di sana, gelisah dengan rasa bersalah yang sama. Ia hanya bisa diam, memperhatikan menantunya yang terpaku pada layar ponsel, dada telanjang, wajahnya mengeras. Alya bahkan tak sadar sejak kapan rama sudah merapikan dirinya sendiri. Kali ini semuanya terasa jelas—prasangkanya selama ini seperti menemukan bentuk. Di layar ponsel, terpampang foto Nadia. Istrinya—tergandeng seorang pria bule. Terlalu dekat. Terlalu bebas. Pemandangan yang mengingatkannya pada sesuatu yang pernah ia abaikan. Sebuah pesan masuk, menyusul tanpa jeda. “Ram, maafkan aku, tapi aku lihat Nadia terlalu berlebihan.” —Dinda Napas Rama tersendat. Tak percaya. Nadia? Seliar itu di belakangnya? Amarah bercampur luka menyambar cepat. Ada rasa dipermainkan, ada ego yang tercabik, ada kepercayaan ya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status