Safira terhenyak, “Jangan, Sayang. Kamu tahu bukan, kamu yang menginginkan aku hamil. Bahkan kita sudah mendapatkan janin kembar. Sedangkan aku yang kewalahan dan capek karena harus membawa kemana-mana si kembar. Bukankah aku harus bedrest gegara ini?” tunjuk Safira pada perutnya yang membuncit.
“Hm. Baiklah. Aku akan sabar menunggu kalian lahir, yah?” Ethan mengelus-elus perut Safira yang sudah diganjal busa agar terlihat sedang hamil. Ide ini sudah dia pikirkan, jadi dia persiapkan perut palsu agar terlihat sedang hamil. Safira mengelus kepala Ethan. Selama pura-pura hamil, Ethan sama sekali dilarang untuk menyentuhnya. Jika dirinya ingin melampiaskan nafsunya, maka disaat jadwalnya kontrol ke dokter, dia pun mengirimkan pesan ke Marco untuk menemuinya di hotel dan bercinta dengannya. “Aku harus menghubungi Brenda, supaya aku bisa di USG dengan Ethan,” batin Safira. Diraih gawainya ketika Ethan sudah tertidur dan mengirim“Karin!!”Karin melihat daddy-nya berserta berapa orang laki-laki berlari di antara lorong rumah sakit. Melihat itu, Karin bergegas melambaikan tangan untuk menarik perhatian mobil taksi yang lewat agar berhenti.“Jangan kabur, Karin!” terdengar kembali suara Ricardo berteriak sambil mencoba menahan Karin agar tidak masuk ke dalam mobil.Mobil taksi berhenti tepat di depan Karin, dan langsung saja, Karin masuk ke dalamnya. “Cepat, Pak! Pergi dari sini!” perintahnya.“Tunggu!!” Ricardo tiba di tempat Karin berdiri, namun sayang Karin sudah masuk ke dalam mobil dan melaju menjauhi area rumah sakit.“Sial!!” umpat Ricardo beserta 2 orang bersamanya sambil terengah-engah karena berlari.“Jadi gimana tuan Ricardo?”“Gimana-gimana apanya? Kalian sudah lihat kalau Karin sudah pergi!!” makinya kepada kedua orang itu.Ricardo pusing. Kali ini dia sudah membawa Elmer ke rumah sakit dan membawa penghulu untuk langsung meni
“Suster, maaf, apakah bajunya perlu diganti dengan milik pribadi?” tanya Ehan pada salah satu perawat yang ada disana.Perawat memperhatikan baju rajut yang dipakai oleh bayi-bayi Ethan. Berwarna biru dan pink, benar-benar seperti memang dibuat untuk mereka.“Maaf, Tuan, rumah sakit tidak mempunyai baju rajut bayi. Mungkin ini dipersiapkan oleh nyonya sendiri untuk mereka.”Ethan manggut-manggut, mengerti. Mungkin dia pikir, walaupun Safira tidak menyukai anak-anak, tapi pasti setidaknya dia menyayangi anaknya sendiri, makanya dia mempersiapkan baju rajut ini untuk mereka. Ethan tersenyum melihatnya. “Baiklah Suster, kami pamit. Terima kasih semuanya.”Ethan tidak menyangka Safira memperhatikan juga bayi-bayinya. Selama ini dia yang antusias membeli keperluan bayi dibantu oleh Erick asisten pribadinya.“Erick, ternyata Safira perhatian juga dengan si kembar,” ujar Ethan tersenyum melihat si kembar dengan baju rajutannya.“Apa nyonya sudah mulai menyadari dirinya sebagai ibu?” tanya Er
“Mungkin karena kembar, tandanya ikutan sama,” jawab perawat tersenyum sambil membawa bayi itu untuk kembali dibersihkan.“Untuk sementara, bayi-bayinya diobservasi terlebih dahulu karena prematur. Kita tunggu sampai dokter anak datang,” ujar dokter Herman memberitahu.“Baik, dok.”“Setelah dibawa ke ruang rawat inap, obat biusnya akan mulai habis. Mulai berlatih untuk bergerak miring kiri kanan, jika sudah tidak terasa sakit, baru berlatih duduk dan berjalan. Prosesnya dua sampai tiga hari, jadi jangan dipaksakan, oke?”Karin kemudian dibawa ke ruang rawat inap dan didampingi oleh Brenda yang menunggunya selama proses melahirkan.“Brenda, terima kasih sudah menemaniku selama proses persalinan ini,” ucap Karin dengan tulus.“Puas kamu Karin? Setelah gagal menikah dengan tuan Elmer, maka sebaiknya pergi jauh dari kehidupan aku dan suamiku. Bukankah kamu juga bukan lagi anak dari daddy?” ejek Brenda.Karin menghela napas panjang. “Baiklah, aku akan pergi dari kehidupan kalian.”“Bagus,
“Lihat Nyonya? Itu adalah ibu dari bayi-bayi kembar yang akan dilahirkan. Ketubannya pecah dan harus segera dioperasi. Namun pasien pingsan ketika dibawa kemari. Beruntung rumah sakit yang dipilih adalah rumah sakit milik ayahku. Jadi aku bisa memakai dua ruangan ini menjadi satu. Untuk proses persalinan ibu si kembar agak sulit, jadi penanganannya cukup lama. Harap bersabar yah.”“Baiklah dokter. Lakukan saja tugasmu. Aku bisa melakukan hal yang lain,” ucap Safira sambil mengeluarkan gawainya dan memainkannya.Dua jam berlalu, Karin sudah melahirkan bayi kembar prematur, dan dibawa oleh perawat ke ruangan Safira. “Ini, bayi kembar Anda, Nyonya,” ucap dokter Herman sambil tersenyum.“Apakah ibunya selamat?”“Yah. Sempat mengalami krisis, tapi beruntung bisa terlewati,” ucapnya tersenyum. “Baiklah, kabari suamiku, kalau aku sudah melahirkan.”***“Selamat tuan Ethan, istri anda sud
Elmer mendatangi keluarga Ricardo, dan sambil tersenyum menyeringai menepuk pundak Ricardo, “Aku senang kita bekerjasama. Jika putrimu ketemu, maka 30% saham akan aku kembalikan jika dia menjadi istriku.”Ricardo hanya tersenyum lirih mendengar ucapan Elmer. “Akan saya temukan putri saya.”“Baik. Aku tunggu maksud baikmu. Sekarang, kita tunggu laporan dari Robert,” ucapnya.***Hari sudah beranjak sore. Perut Karin sudah mulai lapar. Mau tidak mau Karin harus keluar dari kapel itu. Jam hampir menunjukkan pukul setengah lima sore. Karin keluar mengendap-endap agar tidak diketahui orang luar, walau tidak bisa dipungkiri pakaiannya terlalu mencolok untuk dipakai berjalan-jalan. Setiap mata memandang kepadanya, seolah-olah mempertanyakan kepada dirinya untuk apa dia memakai gaun pengantin.“Itu dia!” Seseorang berteriak dari kejauhan.Karin menengok ke arah sumber suara. Seorang berpakaian
“Berhenti, Nona?” tanya supir kaget.“Ya. Tolong jangan buat saya lebih dari sekedar ancaman, Pak. Karena bisa saja, cutter ini menusuk leher Bapak. Tolong berhenti!” ancam Karin.Mau tidak mau, supir memperlambat laju kendaraannya dan menepi. Karin keluar dari mobil dan menyuruh supir itu tetap berjalan ke Hotel tempatnya menikah.Karin segera mempercepat langkahnya. Dia ingat di sekitar daerah situ ada kapel kecil dekat tempat dia bersekolah dulu. Ketika Karin sekolah dasar, disamping sekolahnya itu bersebelahan dengan biara suster, dan ada kapel yang selalu buka 24 jam di bagian depannya. Setiap kali dirinya dibully oleh Brenda dan teman-temannya, dia selalu menyendiri setelah menjambak atau memukul Brenda. Karin tumbuh menjadi anak yang sedikit liar karena membela harga dirinya. Dia menyendiri agar kuat menghadapi ayah dan ibu tirinya jika pulang dan Brenda mengadu.Kali ini, setelah beber