Part 20"Tenang saja, kalau buat beli hati kamu sih cukup.""Eh?""Haha, bercanda Yang!" tukas Abiyya sembari menjawil pipi Safira. "Ayo, mau makan dimana?" "Warung makan lesehan.""Oke.""Nih, pakai helmnya," ucap Abiyya. Tadi ia sengaja pulang ke rumah untuk mengambil helm.Seperti sepasang remaja yang sedang di mabuk asmara. Mereka berboncengan dengan mesra. Safira memeluk erat pinggang sang suami dan menyandarkan kepalanya di punggung. Merasakan kehangatan dan kenyamanan yang ia nanti. Gelora cinta keduanya luar biasa, rasa rindu yang terpendam selama beberapa hari kini mulai terobati. Irama jantung keduanya berdebar tak menentu. Bagaikan bunga-bunga yang layu kini kembali bermekaran.Sesampainya di warung lesehan, keduanya turun. Abiyya membantu Safira melepaskan helmnya.Safira tersenyum manis. Ia merasa gugup sekali, setelah sembilan hari tak bertemu."Pak, ayam bakarnya dua ya, minumnya es teh manis." Abiyya memesan makanan untuk mereka berdua."Baik, Mas. Silakan duduk dulu
Part 21[Bi, kerjanya yang semangat ya] tulis Safira dengan emoticon love.Abiyya langsung menghubungi Safira, melakukan panggilan video. Tak butuh waktu lama Safira langsung mengangkatnya meski diselipi rasa gugup."Assalamualaikum, Yang.""Waalaikum salam.""Yang, gimana penampilanku, ganteng gak?" tanya Abiyya seraya menaik-turunkan alisnya menggoda. Safira mengulum senyum lalu mengangguk pelan. Ia tak bisa berbohong karena penampilan Abiyya memang terlihat makin keren dan tampan."Tadi dimarahin sama ayah?" tanya Abiyya lagi."Enggak, Bi. Cuma tanya habis dari mana kok pulang telat.""Terus dijawab apa?""Habis lembur.""Hahaha, iya lembur jalan denganku." Abiyya terkekeh. Safira memanyunkan bibirnya membuat ekspresinya terlihat makin menggemaskan. "Dah pinter boong sekarang ya!" celetuk Abiyya lagi."Ish, ini juga gara-gara siapa coba?!""Hahaha ..." Abiyya masih tertawa. Ah dia merasa senang sekali apalagi bisa memandang wajah sang istri sepuasnya meski dalam layar ponsel."H
Part 22Safira tersenyum simpul. "Kamu orang spesial di hati aku ...""Spesial, tapi bukan martabak 'kan?""Ish Abiiii ...?!" Safira mencebik kesal. Abiyya justru terkekeh. Dan tanpa sadar langsung memeluk istrinya. "Bi, lepasin ... Ini tempat umum, malu.""Haha, oke. Padahal kita udah halal. Gak masalah kan?" Abiyya mengurai pelukannya. Sementara Safira mengangguk malu."Lapar gak? Kita makan lagi di tempat kemarin?" tanya Abiyya.Safira menggeleng. "Kenapa?""Nanti duitnya cepat habis Bi, kamu kan lagi ngumpulin uang bu--""Sssttt ..." Abiyya menempelkan jari telunjuknya ke bibir Safira. "Duit habis bisa dicari lagi, Yang. Lagian masa sama istri sendiri aku pelit, mana tega! Aku kerja kan buat nafkahi kamu."Mata Safira berbinar. Ia tak menyangka suami yang usianya lebih muda darinya punya pemikiran yang dewasa."Insyaallah nanti ada rezeki buat jemput kamu. Doakan saja biar pekerjaanku makin lancar.""Aamiin ... Iya, Bi.""Ya sudah, ayo makan! Mau dimana?""Jangan di tempat kemari
Part 23"Tadi ayah mampir ke tempat kerja kamu, teman kamu bilang tidak ada lembur di sana! Ada juga yang lihat kalau kamu dijemput sama cowok. Siapa dia?""Abi.""Siapa?" "Abiyya, Yah. Aku baru aja ketemuan dengan Abiyya. Apa aku gak boleh ketemu sama suamiku sendiri? Apa aku gak boleh kalau cuma sekedar ngobrol dengannya?" jawab Safira.Ayah terdiam. Ia tak percaya kalau sang menantu nekad menemui putrinya."Sejak kapan?" "Baru juga kemarin Yah, kami gak sengaja bertemu. Terus sorenya Abi datang jemput aku. Kami ngobrol sebentar saja itupun di tempat yang ramai. Tolong jangan pisahkan kami, Yah. Sekarang Abi sudah berbeda, meskipun belum tetap, tapi Abi sudah dapat kerja, Yah. Dia bukan pengangguran lagi. Bahkan dia sampai rela kerja double di dua tempat," jelas Safira lagi. Ia ingin sang ayahpun melihat perjuangan pemuda itu."Kerja apa dia?" tanya sang ayah kembali."Dia ..." Safira menunduk. Apakah sang ayah bisa menerima perihal pekerjaan sang suami?"Dia kerja di Raffi's bake
Part 24"Dia pemuda yang sangat berbakat. Aku aja suka. Gimana menurutmu kalau aku pacaran sama berondong kayak dia, Fir?" tanya Nabila sambil tersenyum.Deg! Jantung Safira berdetak lebih cepat. Dia memutar bola mata, bahkan tersedak karenanya."Uhukk-uhukk.""Fir, nih minum dulu. Aku tau kamu kaget sama ide konyolku hahaha."Safira minum strawberry milkshake di hadapannya. "Bila, sebenarnya dia--" Ucapan Safira langsung disela oleh sahabat lamanya itu."Tunggu Fir, biar kukenalkan dia ke hadapanmu. Orangnya asyik banget lho, penyanyi andalanku di sini. Gara-gara si Abi, pelangganku bertambah banyak. Omsetku juga naik berkali-kali lipat. Coba kamu lihat channel YouTube Cafe Aurora, kuupload semua video dia saat menyanyi."Tanpa menunggu ucapan balasan dari Safira, Nabila langsung melenggang pergi. Kebetulan Abiyya hampir selesai tiga lagu, biasanya dia akan bergantian dengan penyanyi yang lain dan beristirahat sebentar. Abiyya tengah meneguk air mineral di botol minumannya. "Bi, ik
Part 25Hari-hari selanjutnya, Abiyya makin semangat bekerja. Apalagi setiap sore dia akan bertemu dengan Safira. Baginya pertemuan dengan Safira adalah obat. Obat dari segala rasa yang dipendamnya."Yang, kamu lapar?" tanya Abi sesaat sebelum Safira naik ke boncengan motornya."Iya, Bi.""Ya sudah, ayo kita cari makan."Abi menjalankan motornya dengan kecepatan sedang, sambil bernyanyi-nyanyi kecil."Suaramu sangat bagus, Bi. Aku sampai liatin terus videomu di YouTube," ujar Safira."Oh ya?" "Heem ...""Aku menyanyi untukmu, sayang. Untuk kita. Semoga kita bisa tinggal bersama ya.""Aamiin ..."Mereka masih berada di jalan, tiba-tiba lima orang preman menghadangnya, sembari membawa pentungan. Seketika laju motor Abiyya melambat dan berhenti. Safira ketakutan, ia terus berpegangan pada Abiyya. "Bi, gimana ini?"Abiyya hanya menggenggam tangan Safira agar istrinya itu tidak panik. "Pergilah, lari minta bantuan," bisik Abiyya lirih. "Tapi--"Safira menoleh ke kanan dan kiri tapi sua
Part 26"Apa maksud ayah? Perjanjian apa?""Tidak apa-apa, Nak. Ini hanya masalah orang tua saja."Safira menggeleng pelan. "Jadi kalian mau merahasiakannya dari kami?" tanya Safira lagi tersirat nada kecewa dalam ucapannya."Duduk dulu, Nak. Ambil nafas, dan tenangkan hatimu. Kamu pasti sangat cemas dengan keadaan Abi. Sudah jangan pikirkan yang lain dulu ya."Safira kesal, ia akhirnya masuk kembali ke dalam ruang perawatan Abiyya. Kenapa orang tua maupun mertuanya menyembunyikan sesuatu darinya. Kapan-kapan ia akan menyelidiki sendiri. Safira duduk di samping Abiyya. Melihat wajah suaminya yang babak belur. Tiba-tiba ia menangis. Mungkin saat ini hanya Abiyya yang bisa mengerti akan dirinya."Abi, bangun Bi ... Kamu dengar aku kan?" panggil Safira.Cukup lama Safira memandang sang suami, tapi masih tak ada respon. Safira menelungkupkan wajahnya di ranjang pasien. Kepalanya terasa berdenyut. Entah kenapa pernikahan yang ia impikan justru menjadi seperti ini. Bukankah seharusnya peng
Part 27Bagai bintang di surgaDan seluruh warnaDan kasih yang setiaDan cahaya nyataOh bintang di surgaBerikan ceritaDan kasih yang setiaDan cahaya nyataLagu : Bintang di Surga. Voc : Noah***Abiyya menyanyi dengan sepenuh hatinya. Semangatnya benar-benar kembali. Kini ia sudah tinggal berdua dengan sang istri meskipun hanya tinggal di rumah kontrakan yang kecil. Tapi ia sangat berharap kalau nanti dia bisa membelikan Safira rumah dari hasil kerja kerasnya. "Bi, ini honormu malam ini. Penampilanmu sangat bagus. Kemarin lima hari gak ada kamu, cafe jadi sepi," ujar Nabila.Abiyya tersenyum. "Makasih ya, Mbak.""Gimana kabar Safira? Apa dia baik-baik saja?" tanya Nabila penasaran."Iya Mbak, alhamdulilah kami sudah pindah ke rumah kontrakan.""Wow, asyik dong bisa leluasa," sahutnya sembari tersenyum meledek."Leluasa apanya?""Leluasa ehem-ehemnya. Hahaha." Nabila tergelak dalam tawa.Sementara Abiyya hanya nyengir sambil mengusap tengkuknya, salah tingkah. "Ya udah gue pulang