Share

Bab. 6

Author: Mblee Duos
last update Last Updated: 2022-07-07 23:09:06

Ku tekan tombol lantai 10 ketika aku memasuki lift. Aku akan ke ruangan Pak Jatmiko atasan kami untuk menyerahkan semua laporan yang telah selesai ku kerjakan. Aku menarik napas lega, sebab seluruh laporan selesai tepat waktu. Itu artinya rencanaku mengajak Aiswa dan Ibu jalan jalan ke puncak bisa terealisasi.

"Tiiiit!" Pintu lift terbuka. Seorang pria berpostur tinggi dengan kaca mata hitam masuk ke dalam lift. Awalnya aku begitu cuek dengan kehadiran lelaki itu. Tapi selanjutnya, aku benar benar terper angah begitu menyadari siapa pria tersebut.

Fattan lagi ?

Huuh...bagaimana bisa aku bertemu pria arogan ini lagi sih?

"Apa jangan jangan dia mengikutiku?" Pikiranku mulai berprasangka.

"Tiiiit!" Pintu lift kembali terbuka. Empat orang karyawan wanita dengan busana yang elegan dan riasan sedikit menor pun masuk. Mereka adalah Siska, Melani, Wina dan seorang karyawan baru yang belum ku kenal. Mereka terkenal aktif di grup lambe turah.

Ruangan di dalam lift terasa sangat sumpek sekarang. Bukan karna masuknya ke empat wanita itu tadi. Tapi, lebih tepatnya karna empat wanita tadi saling berebut untuk bisa berdiri didekat si pria arogan itu. Hingga menggeser posisiku menjadi tersudut di pojokan lift.

Fiuuuh, mereka tanpa malu malu seolah mencari perhatian pria arogan itu. Ada yang mengibas ngibaskan rambut panjangnya, ada yang menatap Fattan sambil senyum senyum, dan yang lebih gila, seorang dari mereka juga ada yang sengaja berdiri sangat dekat dan hampir menempelkan bagian tubuhnya pada Fattan.

Ciiih! Aku merasa sangat risih dengan pemandangan tersebut. Rasanya ingin sekali melempar mereka semua keluar dari hadapanku. Tapi sebelum ku lakukan itu semua, untung ke empat wanita itu sudah terlebih dulu keluar.

Aku menarik napas lega, setidaknya oksigen di dalam lift kini kembali normal. Apalagi harus menyaksikan polah menjijikkan para wanita tadi.

Kulirik pria itu sekilas. Rasa jengkel kembali hinggap di pikiranku. Apalagi melihatnya tadi yang seakan akan menikmati dirinya dihimpit beberapa wanita. Boro boro menggeser sedikit tubuhnya dari kerumunan mereka. Sekedar menegur mereka pun juga tidak ia lakukan. Buaya!

" Gubraaak!" Guncangan tiba tiba terasa di dalam lift sebelum akhirnya berhenti melaju. Membuat tubuhku hilang keseimbangan sehingga terhuyung dan menubruk benda di depanku.

Oh tidak!

Liftnya macet ! 

Sontak membuat pikiranku panik. Jujur saja, terjebak didalam lift seperti ini adalah pengalaman pertama seumur hidupku. Apalagi bersama seorang pria asing seperti ini. Ya Tuhan, rasanya aku ingin sekali punya ilmu menghilang sekarang!

Pikiranku semakin kacau. Ku pejamkan mata sambil terus memeluk erat benda yang tadi ku tabrak. Sementara mulutku komat kamit merapalkan doa.

Tapi tunggu! 

Kenapa benda yang ku tubruk tadi terasa hangat dan empuk? Aromanya juga sangat wangi, tapi tidak membuat enek. Rasanya sangat nyaman memeluknya.

"Buka matamu dan lepaskan kedua tanganmu! Napasku jadi semakin sesak."

"Ap - ap - apaaa? Benda itu bisa ngomong? Bahkan suaranya sangat maskulin!" 

Dengan cepat kubuka kedua mataku, dan serta merta kulepaskan pelukan.

Aku terkesiap. Berkali kali kukerjapkan kelopak mataku, tak percaya apa yang kulihat. Kututup mulutku yang kini melongo karna menyadari sesuatu.

Oh my God! 

Berarti..., berarti benda yang dari tadi ku peluk itu adalah..."Pria arogan"!

"Mesum!" Tangannya mengibas ngibaskan jasnya dari bekas pelukanku tadi. Sok bersih banget ! Siapa juga yang mau sengaja nubruk dia?

"Siapa mesum? Kamu tuh mesum! Sengaja kan ngikutin aku dari tadi?" Aku tak mau kalah, enak aja ngatain aku mesum.

"Apa pentingnya kamu untukku, sampai aku harus ngikutin kamu, " ujarnya tak terima tuduhanku. Satu sudut bibirnya terangkat ke atas tersenyum miring.

Aku mendengus kesal. Kutangkup kedua tanganku di depan dada. Aku memasang wajah angkuh.

"Kemarin bertemu kamu, aku sial karna harus kena tilang. Dan sekarang ada kamu disini, lift mati!" kataku judes.

Lelaki itu diam beberapa saat. Perlahan memutar tubuhnya ke arahku seraya melepas kacamatanya. Lalu berjalan beberapa langkah maju. Membuat diriku pun reflek mundur ke belakang.

"Oke, anggap saja aku mengikutimu. Dan aku mesum!" Dia terus melangkah maju dengan ekspresi dingin menatapku. Menggiringku mundur hingga punggungku menabrak dinding. 

"Kau? Kau mau apa?" Aku mulai panik. Kedua tangannya kini telah mengepal pada dinding, mengunci tubuhku.

"Disini hanya ada kita berdua. Bagaimana kalau kita?" Mata elangnya menatapku tajam dengan senyum menyeringai. Membuatku semakin takut.

"Menjauuuh!" Aku berusaha mendorong tubuhnya.

Keringat dingin bercucuran membasahi tubuhku. Napasku terasa sangat sesak dan tersengal. Bayangan perlakuan kasar lelaki yang telah menodaiku dulu, kini kembali muncul. Aku benar benar ketakutan sekarang.

Suasana kurasa semakin mencekam karna pria itu tak sedikitpun bergeming. Bahkan semakin mendekatkan wajahnya ke wajahku. Aku bergidik ngeri, dan semakin kuat memejamkan mataku. 

"Tuhan, selamatkan aku !" Aku hampir menangis.

"Bagaimana kalau kita...." Bisiknya pelan di telingaku. Hembusan napasnya sangat terasa menyapu pipiku.

"Bagaimana kalau kita bersihkan wajahmu dari sisa nasi makan siangmu ?" Kurasakan sebuah sentuhan kecil di sudut bibirku.

Apaaa? 

Ku buka pelan pelan kedua kelopak mataku, namun tak berani membukanya secara penuh. Aku masih shock!

Awalnya hanya samar samar terlihat bayangan wajahnya. Lama lama semakin jelas, kulihat wajahnya dengan senyum yang sangat aneh menurutku. Senyumnya sangat jelek! Bagaimana tidak, dia tersenyum mengejek sambil memutar mutar jari telunjuknya di depanku.

Mataku melotot melihat benda putih di atas jarinya. Benar ternyata, seperti katanya tadi. Sebutir nasi!

"Gubraaak!" Sebuah guncangan kembali terjadi membuat tubuhku lagi lagi terdorong ke depan. Untung seseorang menangkap tubuhku, sehingga aku tak sampai jatuh terjungkir.

Lift mulai berjalan normal. Aku menjadi sangat lega.

"Sudah puas belum peluknya?"

Haaah? 

Lagi lagi aku terperangah. Sadar apa yang telah terjadi, aku buru buru mendorong tubuhnya. 

Sial! Dia malah menahan tubuhku tetap dalam pelukannya. Aku mendongak, melotot marah padanya. 

"Kenapa lagi lagi aku sampai memeluknya sih?" dengus hatiku kesal.

Sekejap kemudian lift pun berhenti. Cepat ia lepaskan pelukan sebelum pintu mulai terbuka.

 

"Percayalah, kamu bukan tipeku!" ujatnya angkuh. Sebal! Apalagi masih dengan gayanya yang arogan dia kembali memakai kaca mata hitamnya dan melenggang keluar begitu saja.

Hatiku bertambah dongkol mendengar cuitannya. "Awas saja kau, pria mesum!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MAMA MUDA VS MAS POLISI   Bab 52

    Sekilas kulirik lelaki di sampingku. Dalam hati berkata, "Kenapa Fattan gak bilang kalau Mamanya dan Aiswa sudah saling mengenal?"Tapi di saat yang sama, ekor mataku menangkap Fattan yang tengah terbengong menatap dua orang yang masih saling berpelukan di depan kami. Mulut lelaki itu sedikit menganga, kedua matanya pun melebar. Dari ekspresinya, sepertinya ia juga sama terkejutnya denganku.Tunggu!Kalau begitu, itu berarti Fattan juga tidak tahu kalau keduanya memang telah saling kenal sebelumnya?"Fattan, Aina, Ayo masuk! Malah bengong kalian berdua!" titah Mama Fattan yang sedikit mengejutkan kami. "Fattan, kamu kenapa sih melongo begitu. Jelek, tahu?""Haa...?" secara hampir bersamaan aku dan Fattan menjawab. "Ma, Mama kok ga bilang kalau udah kenal sama Aiswa?" sembur Fattan langsung begitu memasuki rumah. Pertanyaan yang juga mewakili rasa penasaranku."Lah, Mama sendiri juga ga tahu kalau ternyata Aiswa ini adalah anak dari Aina," Mama Fattan melihat ke arahku.Aku tertunduk.

  • MAMA MUDA VS MAS POLISI   Bab 51

    "Loyo banget keliatannya kamu, Na!" Wina mendekatiku, menoel lenganku. Lalu dengan suara berbisik dia kembali berkata, "Begadang ya? Mikirin ayang Polisi ya?" Pletaakk!Aku menjitak jidatnya. "Duuh...! Semena mena banget sih, Na!" katanya cemberut sambil mengusap usap jidatnya. Bibirnya mengerucut. Hingga gemas aku rasanya, ingin mengikatnya dengan karet.Aku terkekeh. "Salah sendiri jahil. Punya temen satu, mulutnya suka suka rada blong remnya," ujarku."Nah, situ ngelamun aja kerjaannya. Ntar kesambet setan jomblo, baru tahu rasa loh. Minta dikawin dia! Ha ha...""Yeee... Pantesnya tuh ya, tuh Setan ama kamu. Klop sama sama jahil, sama sama jomblo juga!""Enak aja ngatain jomblo! Gue punya Pak Daniel, tahu?" dan Wina langsung membekap mulutnya kemudian. "Alamak, keceplosan!lMataku membola, menatap Wina serius. Tapi tatapanku itu hanya dibalas nyengir kuda tak jelas olehnya."Oh, akhirnya, bebas sudah satu pria gak akan mengejarku lagi!" aku menarik napas panjang dan menghembuskan

  • MAMA MUDA VS MAS POLISI   Bab 50

    "Kamu sudah siap?" Fattan bertanya ke sekian kalinya dengan pertanyaan yang sama, sejak dari ia menjemputku di rumah, hingga perjalanan menuju rumahnya.Dan aku sendiri hanya mengangguk tiap kali ia bertanya demikian.Sebenarnya aku sendiri tidak terlalu yakin dengan kesiapanku. Sebentar lagi aku akan bertemu dengan wanita yang paling penting di hidup Fattan selama ini. Mamanya. Jujur saja, aku sangat nervous. Berkali kali kumenghela napas panjang untuk mengurangi kegugupan. Tapi sepertinya sama sekali tak berhasil.Ciiittt...!Rem mobil berdecit pelan saat mobil memasuki sebuah garasi yang sangat luas. "Keluar!" titah Fattan disertai senyum manisnya. Ia juga mencubit gemas pipiku. "Tenang saja, Ibuku adalah wanita teranggun di dunia. Dia bukan singa yang akan menerkammu. Ha ha..."Fattan terkekeh memamerkan deretan gigi putihnya yang rapi. Aku segera keluar dari mobil setelah pintu mobil terbuka secara otomatis. Pemandangan yang tak biasa kini tersuguh di depan mataku. Bagaimana ti

  • MAMA MUDA VS MAS POLISI   Bab 49

    "Gimana, bagus kan, Ma? Surprize dari kita?" Aiswa bertanya masih dengan senyum lebar di bibirnya. Alih alih menjawab pertanyaannya, diriku yang masih mematung karna shock, hanya mampu melongo tanpa seucap kata pun."Bagaimana Aiswa bisa berada di sini sekarang? Bahkan mungkin tiba lebih dulu dariku! Bukankah tadi kata Ibu, Aiswa sudah tidur lebih awal? Dan undangan makan malam itu, palsu?Seribu pertanyaan itu kini saling berjejal di pikiranku.Kupandang Fattan juga Aiswa bergantian. Rona ceria di wajah mereka mungkin sangat kontras dengan wajahku yang pucat pasi saat ini.Fattan melepaskan gandengan tangannya dari Aiswa. Ia kemudian berjalan menuju sebuah meja. Menuang segelas air putih dari sebuah dispenser. Lalu kembali berbalik kepada kami. "Minumlah!" titahnya, menyodorkan gelas kepadaku. Sepertinya ia mulai paham tentangku yang belum juga pulih dari keterkejutan.Tanpa menjawab lagi aku pun meraih gelas tersebut, dan menenggak isinya hingga tandas. Perlahan napasku yang tadinya

  • MAMA MUDA VS MAS POLISI   Bab 48

    "Na, mau makan siang bareng?" tanya Winda yang kini telah berdiri di samping mejaku."Aduh, kayaknya ga deh Win! Kerjaan aku masih numpuk banget soalnya," tolakku halus seraya menggelengkan kepala. "Tapi nitip aja kali, ya?""Emm... gimana ya?" Winda menyipitkan mata sambil mengerucutkan bibirnya. Pura pura berpikir. Menggodaku!Spontan saja kucubit pinggangnya. Membuatnya memekik geli, "Auu..., iya - iya, aku beliin! Ha ha ha...""Ehm... ehm...!" Mendengar suara deheman, aku dan Winda refleks menghentikan candaan kami. Hampir bersamaan kami menoleh. Sesosok pria dengan langkahnya yang tegap berjalan menghampiri kami."Eh, Pak Daniel!" sapa Winda pertama kali. Sementara aku hanya tersenyum dan menganggkukkan kepala melihat kehadirannya. "Kayaknya ada yang bakal diajak makan siang bareng, nih!" celetuk Winda melirik lirik ke arahku. Hmm, lagi bersiap siap usil dia rupanya!Aku melotot, dengan maksud supaya Winda berhenti berceloteh dan menggodaku. Karna memang dirinya sudah hapal di

  • MAMA MUDA VS MAS POLISI   Bab 47

    "Bengong! Gimana, diterima tidak?" dia kembali bertanya."Aaah...?" aku makin tergagap. Ya ampun! Orang ini benar benar ga ada basa basinya menanyakan hal seperti ini, ya? To the point saja maunya. Melamarku dengan cara seperti ini. Sungguh nggak ada romantis romantisnya sama sekali!Eiiits...! Apa? Romantis? Lah, malah pikiranku kemana mana ini jadinya! Aku menepuk jidat frustasi."Aina!" kudengar Ibu memanggil. Kemudian setelahnya, ia sudah berdiri di ambang pintu. Raut mukanya kulihat seketika berubah canggung saat menatap ke dalam ruangan. Ah, iya! Jarak aku dan Fattan berdiri rupanya begitu dekat. "Maaf, mengganggu!" ucap Ibu sedikit kikuk."Nggak kok, Bu! Ada apa?" tanyaku. Dan di saat yang bersamaan, Fattan pun memutar badan ke arah Ibu berdiri. Ia lalu tersenyum dan menyapa, "Oh, Ibu?""Emm... Aina, ada tamu untukmu!" Ibu berkata mengungkapkan maksudnya menghampiri kami. Ekspresinya nampak ragu ketika mengatakannya."Tamu?" ulangku, sedikit mengernyit. Perasaan tidak ada tema

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status