Share

Bab 8

POV. Author

Nita tak pernah menyangka jika setelah hampir  6 tahun tak ada kabar sama sekali akhirnya bertemu dengan Aina secara kebetulan.

Terakhir kali Nita dan Dion pergi ke rumah Aina, rumah itu telah kosong. Kata tetangga disitu, Aina dan Ibunya sudah 2 bulan pindah. Hanya memang tak ada yang tahu persis mereka pindah kemana.

Sedangkan sebelum sebelumnya Nita tak pernah bertemu dengan Aina tiap kali berkunjung ke rumahnya. Ia hanya ditemani Ibunya mengobrol di sofa ruang tamu.

"Maafkan Aina ya nak Nita, Aina memang sedang tidak ingin bertemu siapapun!" 

"Iya Bu. Nita ngerti kok. Nita turut prihatin dengan keadaan Aina sekarang." Nita mengusap lembut bahu ibu dari sahabatnya tersebut.

"Aina benar benar terpukul dengan apa yang menimpanya. Saat ini Ibu hanya bisa lebih menjaganya." Mata Bu Marni nampak berkaca kaca mengingat keadaan putrinya.

"Ibu yang sabar, ya!"

Bu Marni semakin terisak saat meceritakan bagaimana depresi Aina yang membuatnya selalu mengurung diri di rumah. Bahkan beberapa kali Aina pingsan setelah berteriak teriak histeris.

"Dua kali Ibu mendapati obat penggugur kandungan di laci meja kamarnya. Ibu tidak tahu  dari mana ia mendapatkannya ."

"Tapi Bu, Darimana Ibu tahu bahwa itu adalah obat...."

"Ibu diam diam mengambil obat itu, dan menanyakannya kepada bidan yang biasa Ibu undang kemari untuk memeriksa Aina."

Bu Marni menarik napas dalam. Diwajahnya terlukis jelas gurat kesedihan akibat apa yang menimpa putrinya kini.

"Ibu sudah pernah kehilangan anak sebelumnya. Kakak Aina dulu meninggal saat usianya masih terlalu dini. Bahkan sebelum Aina lahir." Mata Bu Marni menerawang jauh, seolah melihat gambaran peristiwa masa lalu disana.

"Itulah sebabnya Ibu begitu takut kehilangan Aina. Ibu tahu obat obatan itu sangat berbahaya bagi keselamatan Aina."

Nita sedikit terperangah mendengar semua cerita Bu Marni. Diam diam disudut hatinya kini terselip perasaan bersalah pada sahabatnya. Karna kini, Dion dan dirinya telah menjalin hubungan serius. Tepatnya hanya selang beberapa saat setelah Dion putus dari Aina.

Diakui atau tidak, putusnya hubungan Aina dengan Dion membawa keberuntungan bagi Nita. Bagaimana tidak? Kedekatan mulai terjalin saat Dion  sering berkeluh kesah padanya. Sejak itu, Nita terus memberi perhatian lebih untuk Dion. Hingga hati laki laki yang dulu seolah selalu menolaknya itu pun akhirnya luluh dan menerima cinta Nita.

💖💖💖

Telah lama Nita menyukai Dion. Meski Kenyataannya Dion lebih memilih Aina dibanding dirinya. Pun semakin ia tekan perasaannya untuk Dion karna memandang persahabatannya dengan Aina, semakin ia  merasa tersiksa dengan perasaannya. 

Hingga satu sore, dirinya mengundang Dion ke sebuah taman. Bahkan secara terang terangan menyatakan cintanya untuk Dion. 

"Aku menyukaimu Dion sangat menyukaimu. Tak bisakah kamu membuka sedikit hatimu untukku Dion?"

Dion terlonjak kaget mendengar penuturan Nita. Jantungnya rasa tertembus peluru. Bagaimana bisa? Nita, sahabat kekasihnya tengah menembaknya. "Nita menyukai dirinya".

Lelaki tinggi berkulit putih dengan kacamata yang membingkai mata elangnya itu sempat terdiam beberapa saat. Ia berusaha tetap tenang. Berpikir bagaimana menolak Nita dengan tidak menyakiti perasaannya.

Aah, ironi sekali! Sehalus apapun kata kata Dion, penolakan cinta tetap saja satu hal yang menyakitkan! 

"Terimakasih untuk rasa yang kamu punya untukku, Nita. Tapi maaf, aku sudah memilih Aina. Bahkan kami sudah bertunangan." Dion memperlihatkan cincin di jari manisnya.

Mata Nita terbelalak saat itu juga. Pasalnya ia tak pernah tahu pertunangan itu. Hatinya begitu perih saat ia tahu hubungan Aina dan Dion ternyata sudah dalam tahap yang serius. Aina tidak pernah menceritakan hal itu padanya. 

Mungkin Aina memang sangat merahasiakannya, bagaimanapun mereka masih berstatus siswa sekolah. Yang bagi banyak orang masih hal yang tabu. Karena mereka pasti akan berpikrir dan mencap " Kecil kecil sudah kebelet kawin."

Dion sendiri adalah lelaki yang sudah mapan dan bekerja di sebuah perusahaan dengan gaji yang lumayan. Usianya sudah 23 tahun, beda 5 tahun dengan Aina juga Nita yang masih sepantaran. 

"Aku sangat mencintai Aina, dan bersedia menunggunya 5 tahun kedepan. Memberinya kesempatan mengejar cita citanya." 

Sungguh sebuah kalimat yang manis dari seorang pria kepada wanitanya. Semanis senyum lelaki itu saat mengucapkannya. Tapi sayang seribu sayang, wanita beruntung itu bukanlah dirinya, Nita.

"Dion!" panggil Nita lagi pada lelaki bermata leo itu. "Apakah kamu juga akan menolak jika aku menawarkan sebuah hubungan rahasia?"

Dion mengernyit, tak mengerti ucapan perempuan didepannya itu. "Maksudmu, Nita?

"Jadikan aku yang kedua Dion. Pacar rahasiamu. Aku mohon!" Nita dengan sangat gamblang mengatakannya.

Nita tak lagi peduli bila Dion memandang rendah dirinya. Cinta telah membutakannya. Ia rela mengorbankan harga diri juga persahabatannya asal Dion mau menerima cintanya.

Dion berjalan mendekat pada Nita. Menatap intens kedua manik sahabat dari kekasihnya itu. Kedua tangannya kemudian menangkup kedua bahu Nita." Sekali lagi maaf, Nita. Aku hanya mencintai Aina!"

Deeeeghhh! Jantung Nita seperti ditusuk ribuan pedang. Sakit tak berdarah atas penolakan cintanya!

"Apa kurangnya aku dibanding Aina, Dion? Aku bahkan mungkin mencintaimu lebih dari Aina!" Nita melangkah mundur beberapa langkah dengan tangis yang mulai pecah.

"Nita! A - a - aku...,"

"Kenapa? Kenapa Dion?" Nita histeris disela isakannya. Menatap Dion penuh amarah  sebelum akhirnya ia berlari pergi.

Tinggalah Dion melongo ditempat melihat kepergian Nita. Beberapa orang ditaman yang melihatnya  tengah saling berbisik. Dion mengusap kasar rambutnya, risih menjadi pusat perhatian.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status