Share

Bab 9

Penulis: Mblee Duos
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-31 23:18:47

Berkali kali kulirik jam  dipergelangan tanganku. Huuh, waktu terasa begitu lambat

"Bu Aina, apa ada saran yang ingin disampaikan sebelum rapat ini di akhiri?" Teguran Pak Daniel selaku pemimpin rapat sedikit mengejutkanku. Untung aku masih bisa mendengarnya dengan baik, meski pikiranku sedikit kurang konsen.

"Eh,tidak! Tidak ada, Pak!" Aku mendongak  menatap sang moderator dengan ekspresi yakin. Tentu saja untuk menutupi keterkejutanku saat namaku tiba tiba disebut. Lalu selanjutnya sedikit ku edarkan pandangan pada para peserta rapat lainnya.

Seeeeett! Sekilas mataku bersitatap dengan seseorang yang sepertinya melihatku dengan begitu serius. 

"Dion!" pekikku dalam hati.

Ia nampak sedikit gelagapan  begitu menyadari tatapan kami bertemu. Sebelum detik selanjutnya aku lebih memilih membuang pandanganku ke arah lain. Tapi aku merasa seperti ada yang janggal. "Oh ya, Nita. Dimana Nita? Bukankah harusnya hari ini dia masih mengikuti rapat bersama Dion mewakili perusahaannya ?"

"Ah sudahlah, ngapain juga aku mikirin mereka ?" Aku menghalau pikiranku sendiri.

"Oke..karna sudah tidak ada pertanyaan dan saran yang diajukan lagi, maka rapat hari ini kami nyatakan selesai." Suara Pak Daniel kembali terdengar menutup agenda rapat.

Pak Edwin selaku Presiden Direktur perusahaan adalah yang pertama kali meninggalkan ruangan. Pria paruh baya itu berjalan tegap dengan kawalan beberapa orang staf kepercayaannya. Setelahnya, baru disusul para karyawan berjalan keluar ruangan.

"Aina!"

"Aina!" 

Aku memutar badan memastikan siapa yang tengah berseru memanggil namaku. Mataku menangkap bayangan seorang pria dengan wajah sedikit bule sedang berlari kecil ke arahku.

"Ya, ada yang bisa saya bantu, Pak Daniel?"

"Ooh, nggak!"

"Serius Pak?" tanyaku tak yakin.

"Hahaha!" Pria itu justru tertawa. Orang aneh.

"Sebenarnya saya hanya ingin mengajak makan siang bersama nanti." ungkapnya berterus terang akhirnya.

Lagi!

Entah ini tawaran yang sama ke berapa kali darinya. Setelah sebelum sebelumnya aku selalu menolak semua tawaran itu. Sepertinya ia tak pernah menyerah.

"Emmm, maaf sekali Pak. Saya..." Aku menggigit bibir bawahku. Ragu meneruskan kata kataku.

"Tapi saya sudah ijin pulang lebih awal sekarang, ada urusan penting yang harus saya selesaikan." kilahku mengelak dari ajakannya. 

"Ooh!" Pak Daniel mengendikkan kedua bahunya. Mungkin memang sudah menebak jawabanku sebelumnya. Hehe

"Oke. Mungkin lain kali." Pak Daniel kembali tersenyum atas penolakanku.

"Yup!" Aku membalas senyumnya  sekilas sebelum berlalu meninggalkannya.

Ya, beginilah aku! Seorang wanita yang rasanya sudah tak ada selera menanggapi setiap pendekatan dari para laki laki. Tak ayal sebagian dari mereka kemudian menyebutku dengan "Si Nona Salju".

💖💖💖

Ditmpat parkir.

"Aina!"

"Aina!"

Huff! Aku  memutar bola malas. Siapa lagi yang berteriak teriak memanggilku. Apa mereka tidak tahu kalau aku sedang sangat tergesa.

Demi apa? Terpaksa aku membalikkan badan. Tak baik juga mengabaikan orang yang sudah berulangkali memanggil kita, kan? 

"Dion?"pekikku.

"Apa kamu akan ada acara keluar hari ini ?" Dion berjalan mendekat seraya tangannya mengulurkan remot mobil sebelum membuka pintunya.

Duh, udah negatif thinking aja aku, aku pikir dia sengaja membuntutiku. Ternyata mobilnya memang terparkir persis disebelah mobilku.

"Oh, iya." Aku hanya mengangguk lalu segera masuk kedalam mobil.

"Maaf Dion, aku buru buru!" 

"Bagaimana kabar anakmu, Aina?"

Deg! Pertanyaan Dion barusan membuat detak jantungku sesaat seperti terhenti.

 "Baik. Alhamdulillah baik," jawabku pada akhirnya. Kupaksakan sebuah senyuman menutupi kecanggunganku. Bagaimanapun ini adalah pertama kalinya aku bicara dengan orang yang pernah mengisi hatiku setelah sekian lama tak bertemu.

"Kamu sendiri gimana, apa kamu dan Nita sudah punya anak?" Ya Tuhan, terasa begitu sesak dadaku menanyakan hal ini padanya.

Dion menghela napas berat beberapa saat. Disusul ekspresi wajahnya yang berubah pias dan datar. Ekspresi yang sulit kuartikan.

"Kami sudah enam tahun ini menikah dan menantikan kelahiran seorang anak. Tapi rupanya, Tuhan belum mempercayakannya pada  kami." Dion berucap lesu.

"Aina., aku dan Nita sampai kini belum mempunyai anak !"

"Ma - maaf!" Aku merasa sedikit menyesal.

"Tak apa!" Dion tersenyum smirk. Aah, senyuman itu, senyum yang dulu pernah membuatku jatuh hati.

"A - Aina! Kamu ternyata masih seperti yang dulu!"

"Hmm?" Aku mengernyitkan kedua alisku. Tak mengerti maksud ucapan lelaki di depanku.

"Selalu banyak laki laki yang mengejarmu, meski kau sedingin salju bagi mereka, Miss Snow?" Dion mengucapkan kata kata itu dengan sedikit penekanan di ujung kalimat.

Hah? Aku melongo. Apa dia melihat saat tadi Pak Daniel mencoba mengajakku makan bersama? Jujur, ada sedikit debar di jantungku saat mendengar ucapannya barusan.

"Dion, bukankah hati yang dingin ini dulu pernah luluh karnamu? Sebelum takdir berkata lain untuk kisah kita hingga akhirnya menjadi seperti ini. Kehangatanmu yang sanggup meluluhkan salju di hatiku, kini sudah menjadi milik sahabatku sendiri," batinku berkecamuk mengingat lagi akan semuanya.

"Maaf Dion, aku harus segera pergi. Sampai jumpa!" Kututup pintu mobil dan segera menginjak pedal gas, meninggalkan Dion yang masih terus menatapku hingga mobilku makin menjauh dan hilang dari penglihatannya.

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • MAMA MUDA VS MAS POLISI   Bab 52

    Sekilas kulirik lelaki di sampingku. Dalam hati berkata, "Kenapa Fattan gak bilang kalau Mamanya dan Aiswa sudah saling mengenal?"Tapi di saat yang sama, ekor mataku menangkap Fattan yang tengah terbengong menatap dua orang yang masih saling berpelukan di depan kami. Mulut lelaki itu sedikit menganga, kedua matanya pun melebar. Dari ekspresinya, sepertinya ia juga sama terkejutnya denganku.Tunggu!Kalau begitu, itu berarti Fattan juga tidak tahu kalau keduanya memang telah saling kenal sebelumnya?"Fattan, Aina, Ayo masuk! Malah bengong kalian berdua!" titah Mama Fattan yang sedikit mengejutkan kami. "Fattan, kamu kenapa sih melongo begitu. Jelek, tahu?""Haa...?" secara hampir bersamaan aku dan Fattan menjawab. "Ma, Mama kok ga bilang kalau udah kenal sama Aiswa?" sembur Fattan langsung begitu memasuki rumah. Pertanyaan yang juga mewakili rasa penasaranku."Lah, Mama sendiri juga ga tahu kalau ternyata Aiswa ini adalah anak dari Aina," Mama Fattan melihat ke arahku.Aku tertunduk.

  • MAMA MUDA VS MAS POLISI   Bab 51

    "Loyo banget keliatannya kamu, Na!" Wina mendekatiku, menoel lenganku. Lalu dengan suara berbisik dia kembali berkata, "Begadang ya? Mikirin ayang Polisi ya?" Pletaakk!Aku menjitak jidatnya. "Duuh...! Semena mena banget sih, Na!" katanya cemberut sambil mengusap usap jidatnya. Bibirnya mengerucut. Hingga gemas aku rasanya, ingin mengikatnya dengan karet.Aku terkekeh. "Salah sendiri jahil. Punya temen satu, mulutnya suka suka rada blong remnya," ujarku."Nah, situ ngelamun aja kerjaannya. Ntar kesambet setan jomblo, baru tahu rasa loh. Minta dikawin dia! Ha ha...""Yeee... Pantesnya tuh ya, tuh Setan ama kamu. Klop sama sama jahil, sama sama jomblo juga!""Enak aja ngatain jomblo! Gue punya Pak Daniel, tahu?" dan Wina langsung membekap mulutnya kemudian. "Alamak, keceplosan!lMataku membola, menatap Wina serius. Tapi tatapanku itu hanya dibalas nyengir kuda tak jelas olehnya."Oh, akhirnya, bebas sudah satu pria gak akan mengejarku lagi!" aku menarik napas panjang dan menghembuskan

  • MAMA MUDA VS MAS POLISI   Bab 50

    "Kamu sudah siap?" Fattan bertanya ke sekian kalinya dengan pertanyaan yang sama, sejak dari ia menjemputku di rumah, hingga perjalanan menuju rumahnya.Dan aku sendiri hanya mengangguk tiap kali ia bertanya demikian.Sebenarnya aku sendiri tidak terlalu yakin dengan kesiapanku. Sebentar lagi aku akan bertemu dengan wanita yang paling penting di hidup Fattan selama ini. Mamanya. Jujur saja, aku sangat nervous. Berkali kali kumenghela napas panjang untuk mengurangi kegugupan. Tapi sepertinya sama sekali tak berhasil.Ciiittt...!Rem mobil berdecit pelan saat mobil memasuki sebuah garasi yang sangat luas. "Keluar!" titah Fattan disertai senyum manisnya. Ia juga mencubit gemas pipiku. "Tenang saja, Ibuku adalah wanita teranggun di dunia. Dia bukan singa yang akan menerkammu. Ha ha..."Fattan terkekeh memamerkan deretan gigi putihnya yang rapi. Aku segera keluar dari mobil setelah pintu mobil terbuka secara otomatis. Pemandangan yang tak biasa kini tersuguh di depan mataku. Bagaimana ti

  • MAMA MUDA VS MAS POLISI   Bab 49

    "Gimana, bagus kan, Ma? Surprize dari kita?" Aiswa bertanya masih dengan senyum lebar di bibirnya. Alih alih menjawab pertanyaannya, diriku yang masih mematung karna shock, hanya mampu melongo tanpa seucap kata pun."Bagaimana Aiswa bisa berada di sini sekarang? Bahkan mungkin tiba lebih dulu dariku! Bukankah tadi kata Ibu, Aiswa sudah tidur lebih awal? Dan undangan makan malam itu, palsu?Seribu pertanyaan itu kini saling berjejal di pikiranku.Kupandang Fattan juga Aiswa bergantian. Rona ceria di wajah mereka mungkin sangat kontras dengan wajahku yang pucat pasi saat ini.Fattan melepaskan gandengan tangannya dari Aiswa. Ia kemudian berjalan menuju sebuah meja. Menuang segelas air putih dari sebuah dispenser. Lalu kembali berbalik kepada kami. "Minumlah!" titahnya, menyodorkan gelas kepadaku. Sepertinya ia mulai paham tentangku yang belum juga pulih dari keterkejutan.Tanpa menjawab lagi aku pun meraih gelas tersebut, dan menenggak isinya hingga tandas. Perlahan napasku yang tadinya

  • MAMA MUDA VS MAS POLISI   Bab 48

    "Na, mau makan siang bareng?" tanya Winda yang kini telah berdiri di samping mejaku."Aduh, kayaknya ga deh Win! Kerjaan aku masih numpuk banget soalnya," tolakku halus seraya menggelengkan kepala. "Tapi nitip aja kali, ya?""Emm... gimana ya?" Winda menyipitkan mata sambil mengerucutkan bibirnya. Pura pura berpikir. Menggodaku!Spontan saja kucubit pinggangnya. Membuatnya memekik geli, "Auu..., iya - iya, aku beliin! Ha ha ha...""Ehm... ehm...!" Mendengar suara deheman, aku dan Winda refleks menghentikan candaan kami. Hampir bersamaan kami menoleh. Sesosok pria dengan langkahnya yang tegap berjalan menghampiri kami."Eh, Pak Daniel!" sapa Winda pertama kali. Sementara aku hanya tersenyum dan menganggkukkan kepala melihat kehadirannya. "Kayaknya ada yang bakal diajak makan siang bareng, nih!" celetuk Winda melirik lirik ke arahku. Hmm, lagi bersiap siap usil dia rupanya!Aku melotot, dengan maksud supaya Winda berhenti berceloteh dan menggodaku. Karna memang dirinya sudah hapal di

  • MAMA MUDA VS MAS POLISI   Bab 47

    "Bengong! Gimana, diterima tidak?" dia kembali bertanya."Aaah...?" aku makin tergagap. Ya ampun! Orang ini benar benar ga ada basa basinya menanyakan hal seperti ini, ya? To the point saja maunya. Melamarku dengan cara seperti ini. Sungguh nggak ada romantis romantisnya sama sekali!Eiiits...! Apa? Romantis? Lah, malah pikiranku kemana mana ini jadinya! Aku menepuk jidat frustasi."Aina!" kudengar Ibu memanggil. Kemudian setelahnya, ia sudah berdiri di ambang pintu. Raut mukanya kulihat seketika berubah canggung saat menatap ke dalam ruangan. Ah, iya! Jarak aku dan Fattan berdiri rupanya begitu dekat. "Maaf, mengganggu!" ucap Ibu sedikit kikuk."Nggak kok, Bu! Ada apa?" tanyaku. Dan di saat yang bersamaan, Fattan pun memutar badan ke arah Ibu berdiri. Ia lalu tersenyum dan menyapa, "Oh, Ibu?""Emm... Aina, ada tamu untukmu!" Ibu berkata mengungkapkan maksudnya menghampiri kami. Ekspresinya nampak ragu ketika mengatakannya."Tamu?" ulangku, sedikit mengernyit. Perasaan tidak ada tema

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status