Share

PART 2

Kaget bercampur kecewa membuat Alea bahkan tak sempat menitikkan air mata. Dengan getir dia pun melangkah kembali turun, melupakan niat awalnya mengambil kacamata yang tertinggal di dalam kelas.

"Ketemu nggak bu kacamatanya? Lhoh ... lhoh ... bu Lea kok wajahnya pucat gitu, kenapa Bu?" Bu Lukman langsung menghujaninya dengan pertanyaan melihat wanita itu menuruni tangga dengan lesu.

Alea tahu dia tidak mungkin menceritakan kejadian yang dilihatnya di lantai atas tadi pada temen-temannya itu. Apa jadinya jika mereka tahu? Pernikahan yang baru seumur jagung itu pastilah akan hancur dalam sekejap. Terlebih aib yang akan ditanggungnya setelah semua orang mengetahui hal itu.

"Eh iya bu, ketemu kok," bohong Alea. "Oh ya Bu Rika, suami saya kayaknya ada kerjaan lemburan mendadak dari pak kepala sekolah. Saya boleh nebeng sampai rumah nggak?"

"Oo ya tentu boleh dong. Ayo deh kita pulang sekarang. Udah mau sore juga ini, bu ibu."

Bu Rika pun segera menggandeng lengan Alea menuju ke motornya. Lalu menyerahkan salah satu helm yang kebetulan selalu dibawanya dengan motor maticnya itu. Bu Rika memang terkenal baik hati dan suka sekali memberikan tumpangan pada teman-teman atau siswanya yang kebetulan pulang searah dengannya.

Dalam perjalanan, Alea lebih banyak diam, padahal dalam hatinya menangis tanpa henti. Segala pikiran berkecamuk di kepalanya.

Bagaimana nanti dia menghadapi suaminya saat berada di rumah bahkan belum terbersit sedikitpun dalam benaknya. Seandainya dia bisa pulang saja saat ini ke rumah orangtuanya. Tapi rasanya itu tidak mungkin dilakukannya. Pulang sendiri tanpa suaminya tentu akan menjadi tanda besar bagi ayah dan ibunya.

.

.

.

Sesampainya di rumah, Alea segera menumpahkan air mata sejadinya. Dia benar-benar tidak menyangka akan melihat kejadian seperti tadi. Suami yang baru dinikahinya sebulan lalu itu berpelukan dengan wanita lain. Dan yang lebih menyakitkan, wanita itu adalah anak didiknya sendiri.

Rasanya tak ada kata yang lebih tepat untuk menggambarkan perasaan Alea saat ini selain "hancur". Dia bahkan tidak punya bayangan apa yang akan terjadi pada hidupnya setelah ini. Melanjutkan hidup dengan Genta dan berpura-pura tidak terjadi sesuatu jelas takkan sanggup dilakukan oleh wanita itu.

.

.

.

"Bisa kamu jelaskan padaku apa artinya ini, Mas?" Alea menyodorkan ponselnya pada Genta yang sedari pulang tadi mencoba untuk membujuknya untuk tersenyum dan bicara.

Menyadari bahwa istrinya pulang lebih dulu tanpa mencarinya rupanya tak membuat lelaki itu peka bahwa sesuatu telah terjadi pada wanita yang sedang sangat berbahagia telah dipersuntingnya itu.

Genta bahkan belum menyadari kemarahan Alea sebelum ponsel wanita itu akhirnya berada di tangannya.

Mata lelaki itu sontak membelalak melihat video yang sedang di putar di layar. Bagaimana mungkin dia bisa tidak tahu bahwa ada orang yang melihatnya bersama dengan Olivia tadi saat berada di lantai atas?

Matanya memejam dengan hati perih. Bayangan gelap tiba-tiba menyelimuti kepalanya. Bagaimana cara menjelaskan semua ini pada istrinya itu?

"Kamu dapat dari mana itu, Al?" Bukannya menjawab pertanyaan Alea, Genta justru balik bertanya untuk menutupi raut wajahnya yang mendadak menebal.

"Menurutmu aku dapat dari mana, Mas? Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri apa yang kalian lakukan tadi." Alea dengan tenang menjawab. Sangat kontras dengan hatinya yang sebenarnya sangat sedih dan marah luar biasa.

"Kamu salah paham, Al. Bukan begitu kejadian yang sebenarnya," ujar lelaki itu membela diri.

"Haruskah aku percaya? Apa kamu mau bilang bahwa kalian berdua hanya berteman saja? Begitu, Mas?" ujar Alea dengan nada sinis. Genta hanya menggelengkan kepalanya. Jelas sekali terlihat kebingungan dan kepanikan membayang di wajahnya.

"A-ku dan Olivia itu ...." Tak sanggup dia melanjutkan kalimatnya.

"Apa kamu yang menghamili anak itu, Mas?" cetus Alea tiba-tiba. Mendadak Alea teringat gosip yang tadi sempat dibicarakan oleh teman-temannya tentang anak didiknya itu. Lagi-lagi mata Genta membelalak.

"Ka-mu sudah tahu kalau Olivia hamil?"

"Kenapa kaget, Mas? Bukannya gosip itu sudah tersebar di sekolah? Kamu tau, Mas? Ini lebih menyakitkan daripada jika kamu menyelingkuhiku dengan wanita lain. Dia itu muridku, Mas. Muridmu, anak didik kita. Bisa kamu bayangkan bagaimana perasaanku?" Nada bicara Alea mulai meninggi.

"De-mi Allah, Al, aku tidak selingkuh. Dengar-kan dulu penjelasanku," jelas Genta dengan kalimat tersendat. Alea pun hanya tersenyum kecut mendengar ucapan lelaki itu.

"Apa yang mau kamu jelaskan, Mas? Video ini saja sudah cukup membuktikan itu. Aku tak butuh penjelasanmu, apalagi percaya dengan apa yang kamu katakan, kecuali kamu bisa mengembalikanku ke waktu dimana kita belum menikah." Air mata mulai jatuh tak terbendung setelah Alea mengakhiri kalimatnya.

Memang benar. Seandainya waktu bisa diputar, ingin rasanya Alea tidak pernah menikah dengan Genta, lelaki paling tampan di sekolah itu dan digilai banyak siswanya. Jika tahu semuanya akan menjadi seperti ini, Alea lebih baik masih menyandang status lajangnya di usianya yang sudah menginjak 27 tahun itu. Lebih baik baginya mendengar omongan "perawan tak laku" dari orang-orang dibanding merasakan perihnya pengkhianatan seperti itu.

"A-ku berhubungan dengan Olivia se-belum kita menikah, Al. Aku tidak pernah menyelingkuhimu, aku bersumpah," kata lelaki itu dengan wajah penuh sesal.

Kini mata Alea yang ganti membelalak. Apa maksud suaminya itu? Apa ini hanya sebuah penyangkalan karena perselingkuhannya telah terbongkar?

"Apa maksud kamu, Mas? Anak itu sedang hamil kan?" tanya Alea masih dengan tersedu-sedu, meski begitu dia tetap mencoba mencari tahu. Genta pun mengangguk.

"Itu anakmu kan, Mas?" tuduh Alea.

"Aku tidak tahu, Al." Genta menggeleng, bingung.

Di tengah tangisannya, Alea pun merasa kebingungan dengan sikap suaminya.

"Bagaimana mungkin kamu tidak tahu? Jangan menyangkal, Mas! Jangan mencoba untuk mengelak dari kesalahanmu."

"Aku tidak menyangkal, Al. Tapi aku memang tidak tahu. Ka-mi memang pernah melakukan hubungan suami istri, tapi itu hanya sekali. Dan itupun, sudah beberapa bulan lalu saat aku dan Olivia masih pacaran."

"Apa? Jadi kalian berdua pernah pacaran?" Kembali mata Alea membelalak tak percaya.

Namun kemudian wanita itu segera memaksakan bibirnya untuk tersenyum, kecut. Kenyataan lain yang membuatnya bertambah shock bahwa suaminya ternyata pernah berhubungan dan melakukan hal terlarang dengan anak didik mereka. Bagaimana mungkin ada seorang pendidik yang berperilaku bejat seperti itu?

"Kamu benar-benar tidak waras, Mas. Kamu gila!"

Alea menjerit sekuatnya meluapkan kekecewaan yang sedari tadi coba untuk ditahannya.

Baru satu bulan pernikahan mereka, dan hari ini sesuatu mengerikan telah terjadi. Alea bangkit setelah memutuskan untuk tidak lagi mau disentuh oleh suaminya. Dan malam itu Alea tidur dengan pintu kamar terkunci, membiarkan suaminya yang meratap di luar kamar untuk dibukakan pintu dan berharap untuk dimaafkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status