Share

Cincin Warisan

Penulis: DityaR
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-11 10:00:01
୨ৎ K H A L I S A જ⁀➴

"Aaaarrrggg .... Sial!" omelku pagi-pagi di kamar mandi, melihat celana dalamku berdarah. Harusnya aku sudah curiga waktu tadi malam terbangun gara-gara kram yang aku rasakan seperti familiar banget.

"Ada apa?" Suara Alzian dari luar pintu. "Kamu baik-baik aja?"

"Ya, aku cuma lagi dapet, semalam kram juga."

"Ini cara kamu bilang biar aku ke toko beliin pembalut?"

Aku tersenyum karena tahu dia cuma bercanda. "Harusnya aku udah nggak dapet lagi. Sejak pasang IUD, cuma pernah flek doang di awal."

Dia coba buka pintu, tapi sudah aku kunci. "Ini serius ya? Aku batalin ke kantor, deh."

Aku selesai di kamar Mandi, mengganjal tisu ke celana dalam, soalnya benar-benar enggak punya stok sama sekali. Sepertinya Alzian juga enggak menyediakan barang seperti ini buat penyewanya.

Saat aku keluar, dia duduk di pinggir ranjang, mukanya pucat.

"Ada apa?" tanyaku.

"Aku enggak suka ini. Kayaknya kamu harus ke dokter, dan aku bakal ijin, deh."

"Aku fine, kok. Ent
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • MANTAN WITH BENEFIT   Gwenchana

    Aku bilang ke Connie sama Shaenette kalau aku baik-baik saja, cuma sakit perut doang. Di jalan pulang, suaraku agak tinggi saat harus menjelaskan soal IUD.Yang Connie bilang cuma, “Benda itu ditinggal di dalem ya?”Mereka antar aku pulang, terus aku kirim pesan ke Alzian kalau kita bakal bicara saat dia sampai rumah.Aku enggak apa-apa, kok. "Gwenchana".Kayaknya “Gwenchana” harus jadi slogan baruku. Bikin kaus saja yang tulisannya “Gwenchana”, jadi kalau ada yang tanya tinggal aku tunjukkan.Aku keluar ke teras, terus telepon Mama. Dia angkat di dering kelima. Itu artinya dia sebenarnya enggak mau angkat, tapi penasaran.“Khalisa,” katanya.“Mama tahu kenapa Khalisa ninggalin Alzian, kan? Mama tahu, kan? Mama sengaja nutupin dari Khalisa?”“Khalisa .…” jawabnya dengan nada yang sama seperti saat Mama lagi menyembunyikan sesuatu dari aku.“Jawab, dong!” teriakku. “Aku punya hak buat tahu. Mama tahu itu

  • MANTAN WITH BENEFIT   Klinik Dr. Rennata II

    “Aku enggak lihat IUD kamu. Kemungkinan besar udah copot.” “Gara-gara seks?” Dia tertawa. “Kayaknya, sih enggak. Bisa aja emang udah mulai kegeser dari awal, dan seks cuma jadi pemicu terakhirnya. Tapi kebanyakan kasus, sih enggak ada penyebab jelas. Aku mau pastiin itu enggak nyangkut di rahim kamu, jadi kita ke ruang USG, ya? Nanti kalau kamu udah kelar, aku bakal cek rekam medis kamu, terus kita ngobrol soal langkah selanjutnya.” Dia sempat bersandar di meja. “Kalau kamu mau, kita bisa pasang IUD lagi, atau kalau kamu ngerasa bisa ingat jadwal minum pil, kita bisa ganti metode. Tapi bentar dulu ya, aku siapin alat USG-nya. Tenang ... kita atur semuanya.” Saat dia mau keluar, dia balik badan. “Aku enggak bakal bilang apa-apa ke Connie, jadi kamu aja yang mutusin mau kasih tahu dia atau enggak.” Dia berkedip, mengerti banget soal kondisi aku. Begitu dia keluar, aku langsung ambil HP, nge-chat Alzian buat kasih kabar kalau IUD aku hilang dan mereka mau USG. Dia bilang bakal nung

  • MANTAN WITH BENEFIT   Klinik Dr. Rennata I

    "Ini keren banget, sih!" kata Connie sambil melihat sekeliling. "Rennata sama teman-temannya emang top deh."Shaenette tersenyum bangga. "Iya dong. Lihat, tuh lukisan di area anak-anak? Itu anakku yang bikin.""Bakat banget dia.""Jadi, Rennata ini nikah sama siapa, sih?" Aku maju sedikit ke arah Shaenette."Oh, dia belum nikah. Tahun depan baru nikahnya. Sama Kaye, cucu aku yang paling bontot.""Yang jadi pemadam kebakaran itu?" tanyaku.Dia mengangguk lagi, senyum lebar sampai wajahnya cerah banget. "Cerita cinta mereka tuh so sweeeet." Dia menyikut Connie dan mengedipkan mata. "Cinta lama bersemi kembali, tuh."Aku yakin kalau dua nenek ini merasa mereka yang bikin aku sama Alzian balik lagi. Tapi menurut aku, sih memang kita sudah ditakdirkan bersama saja.Terus ada cewek keluar dari dalam dan memanggil, "Khalisa Sunya?""Aku duluan, ya," kataku sambil berdiri."Eh, kita ikut, lah," kata Shaenette, juga ikutan berdiri."Aku bisa sendiri kok. Nanti aku suruh Rennata keluar." Mereka

  • MANTAN WITH BENEFIT   Popok Bayi

    "Maaf banget, Khalisa, aku harus anterin Mamanya Tedy," kata Daniar. "Maunya sih iya, tapi penginapan lagi ramai banget sekarang," jawab Donna saat kutelepon. Aku hubungi semua saudara perempuan Alzian, bahkan Hapsari pun lagi sibuk. Belum sempat memutuskan mau minta tolong pada siapa lagi atau pesan Grab, HP-ku tiba-tiba saja berbunyi. "Halo?" tanyaku. "Dengar-dengar kamu nyari tebengan?" Suara Connie. Nomornya belum sempat aku simpan karena enggak tau dia punya HP atau enggak. "Oh iya, aku belum dapat jadwal ketemu dokter sih, tapi aku bisa pesen Grab, kok." "Ah, ngaco. Aku bentar lagi berangkat ke kota cari barang. Aku udah bikin janji buat kamu ketemu cucunya Shaenette juga." "Eh, maaf? Cucunya siapa?" "Rennata. Dia mau bantuin kamu. Kita bakal sampai sana dalam dua puluh menit." Terus Connie menutup telepon. Aku ingat Shaenette pernah bilang kalau cucunya adalah dokter keluarga, jadi aku coba cari dokter kandunganku yang dulu dan menelepon kliniknya buat biki

  • MANTAN WITH BENEFIT   Cincin Warisan

    ୨ৎ K H A L I S A જ⁀➴ "Aaaarrrggg .... Sial!" omelku pagi-pagi di kamar mandi, melihat celana dalamku berdarah. Harusnya aku sudah curiga waktu tadi malam terbangun gara-gara kram yang aku rasakan seperti familiar banget. "Ada apa?" Suara Alzian dari luar pintu. "Kamu baik-baik aja?" "Ya, aku cuma lagi dapet, semalam kram juga." "Ini cara kamu bilang biar aku ke toko beliin pembalut?" Aku tersenyum karena tahu dia cuma bercanda. "Harusnya aku udah nggak dapet lagi. Sejak pasang IUD, cuma pernah flek doang di awal." Dia coba buka pintu, tapi sudah aku kunci. "Ini serius ya? Aku batalin ke kantor, deh." Aku selesai di kamar Mandi, mengganjal tisu ke celana dalam, soalnya benar-benar enggak punya stok sama sekali. Sepertinya Alzian juga enggak menyediakan barang seperti ini buat penyewanya. Saat aku keluar, dia duduk di pinggir ranjang, mukanya pucat. "Ada apa?" tanyaku. "Aku enggak suka ini. Kayaknya kamu harus ke dokter, dan aku bakal ijin, deh." "Aku fine, kok. Ent

  • MANTAN WITH BENEFIT   Ranjang Kita II 🔥

    ”Eh, Khal, ambilin air dong!” pintaku.”Haus, ya?” Dia menoleh sambil mengulurkan sebotol air mineral dari meja sebelah ranjang kami.Aku mengangguk dan tersenyum. Ketika Khalisa kembali ke posisi semula, kubelai kakinya yang indah. Aku geser salah satu kakinya agar dia mengangkang. Khalisa enggak peduli.Aku perosotkan celana dalamnya sebatas lutut. Kubuka botol air mineral, dan ternyata airnya menjadi dingin. Sesuai dugaanku, AC di kamar ini dalam posisi maksimal. Aku pun tersenyum.”Dingin, yah? Menurutmu gimana?” tanyaku.”Iya, dingin banget,” jawabnya.Aku minum air mineral itu tetapi enggak langsung kutelan. Seluruh mulutku menjadi dingin.Setelah agak lama, baru kutelan airnya. ”Eh? Gimana?” tanyaku lagi”Dingin Alzian,” jawabnya singkat”Apa?” tanyaku pura-pura bego. Sebelum Khalisa sempat menjawab, dengan gerakan secepat kilat, aku jilat pintu rahimnya”Dingiiiinn!!” jeritnya ketika ia

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status