Chapter: Cinta & Omong KosongnyaRasa kecewa turun di perutku. Tapi Heksa selalu peka. Dia tarik aku lagi ke pelukannya. “Maaf, kamu tahu, kan aku nggak suka pamer mesra di depan umum. Tapi nanti, pas sudah di kamar, aku bakal jadi milik kamu sepenuhnya.” Dia senyum, dan aku cuma bisa ngangguk. “Iya, kamu benar. Maaf, aku cuma terlalu excited buat liburan ini,” jawabku sambil menunduk, biar rambut panjangku menutupi muka. Please, jangan lihat kekecewaan di mataku. Heksa dulu suka bilang mataku kayak bulu merpati yang terbang di langit. Dulu dia bisa puitis banget. Tapi aku sudah nggak mau puisi. Aku ingin, entahlah, aku bahkan nggak tahu aku ingin apa. Dia ketawa kecil. “Benar juga, kamu terlalu semangat.” Dia kedipkan alisnya, dan kita jalan bareng ke meja check-in. Cewek yang tadi menyorakiku, mengedipkan mata ke arahku, kasih jempol. Aku senyum tipis, menutupi malu karena ciumanku tadi nggak membangkitkan reaksi yang aku harapkan dari Heksa. Jadi, aku hanya mengikuti Heksa yang sudah sampai di boarding gate, k
Last Updated: 2025-05-03
Chapter: Kenangan Masa laluEnam tahun yang lalu ...“Mau bawa aku ke mana sih, Heksa?” pekikku cekikikan, saat cowok yang sudah dua tahun bersamaku ini senyum-senyum sok ganteng sambil menyambar koper dari tanganku. Kita baru saja melewati gate masuk stasiun, dan perutku mulai terasa aneh, campur aduk antara gugup dan excited.Seminggu yang lalu, Heksa bikin kejutan. Ajak aku makan malam romantis plus satu amplop misterius. Begitu kubuka dan menemukan dua tiket kereta yang nama tujuannya disensor pakai spidol hitam, aku langsung peluk dia. Pacarku yang manis dan sempurna, Heksa Antara, bakal bawa aku liburan ke tempat eksotis. Yang artinya bakal ada cuddle for fun. Dan jujur saja, aku butuh banget itu semua.Heksa itu nggak pernah pintar menyimpan rahasia. Serius, dia parah banget kalau lagi bohong, aku selalu bisa menebak dari matanya yang suka melirik ke atas kiri, plus kupingnya yang langsung merah merona. Tapi kali ini, entah kenapa dia benar-benar tutup mulut soal liburan misterius ini.Jadi sekarang, aku
Last Updated: 2025-05-03
Chapter: Siapa Sebenarnya Suamiku?Aku dan Alzian bercumbu?Tentu saja tidak. Sepertinya aku dan dia memang tak pernah ditakdirkan menyentuh puncak gairah. Selalu ada sesuatu, entah waktu, keadaan, atau takdir sendiri yang menggagalkan pendakian kami.Di malam-malam sebelumnya, Alzian selalu menyerah bahkan sebelum bertarung. Tapi kali ini berbeda. Setelah menerima telepon yang datang entah dari siapa, ekspresinya berubah dingin. Tajam.“Sebentar,” ucapnya cepat.Tanpa menungguku bicara, ia melangkah ke lemari, menarik setelan abu-abu gelap, setelan yang biasa dipakainya saat sesuatu yang serius harus ditangani. Ia kembali ke ranjang, menatapku sebentar, lalu menempelkan bibir tipisnya di keningku, “Sayang, aku harus pergi.”Begitu saja.Pintu kamar terbanting. Aku menarik napas panjang dan melangkah ke balkon. Dari sana, kulihat Alzian memasuki mobil hitam yang pintunya sudah terbuka, dikawal dua pria berbadan kekar.Dalam hati, "Huft, akhirnya."Aku bebas, walau mungkin hanya sementara, dari laki-laki yang kucurigai.
Last Updated: 2025-05-02
Chapter: Kontrak PernikahanKita sampai di sofa, dia menerjunkan tubuhku begitu saja, lalu duduk di hadapanku dengan wajah penuh kerutan. Wajah yang jarang kulihat dari seorang Alzian yang biasanya sok cool, sok tampan, dan sok tahu segalanya. “Khalisa, jelasin sekarang!” Aku menatapnya tajam, mencoba membaca kemarahan dari matanya. Tapi masih belum yakin. Kecewa yang kutahan sejak tadi rasanya jauh lebih mendesak keluar. “Kamu bohongin aku sejak awal, Mas. Kalau sekarang aja kamu bisa nyembunyiin masa lalu kamu sama Rennata, siapa yang jamin kamu nggak bakal nyembunyiin sesuatu lagi nanti?” “Aku berusaha jujur, Khal. Tapi aku takut kehilangan kamu.” Aku tertawa pendek, getir. “Ha ha ha. Kehilangan? Kehilangan aku, atau tanah lahan itu.” Dia hanya mematung. Tangannya mengepal di atas lutut, menahan sesuatu yang mungkin akan meledak dari dalam dirinya. Lalu tiba-tiba dia berjalan ke rak kecil di dekat televisi, dan mengambil sebuah map cokelat. Dia menyerahkannya padaku. "Apa ini?" tanyaku curiga, menerima
Last Updated: 2025-05-01
Chapter: Hanya PelampiasanLangkah kaki Alzian terdengar semakin dekat, tergesa-gesa menuruni anak tangga dengan suara "gedebuk-gedebuk" yang tak sopan bagi seorang pria bangsawan seperti dia. Rambutnya masih acak-acakan, entah karena terburu-buru atau memang gaya hidupnya yang kacau, seperti perasaanku pada malam ini."Iihh, apa, sih. Enggak, enggak, enggak! Awas ya, aku bakal lari kalau kamu berani nyentuh aku!" ancamku, menggenggam tali ayunan dan bersiap meluncur ke langit."Terlambat, kamu nggak bakal bisa kabur, Sayang!" sahutnya tanpa sempat memakai alas kaki. Napasnya tersenggal dan, ya, ampun, dia masih belum pakai celana.Aku melompat turun dari ayunan, mendarat dengan cara yang tidak anggun di hadapan pria berdarah biru ini. Lututku sedikit goyah, tapi mataku menatapnya tajam, “Mau kamu apa, sih, Mas?! Mau ngajak main Dokter-dokteran? Skenarionya kamu pasien, Rennata dokternya, gitu? Terus aku perawat magangnya yang cuma disuruh cuci ranjang?”“Khalisa, apaan,sih! Please, jangan bawa-bawa ranjang."
Last Updated: 2025-05-01
Chapter: Ayunan di Halaman BelakangAku buru-buru ambil pakaian dan kabur dari kamar Alzian, kamar di mana tempat kami memadu kasih lima belas menit yang lalu. Lagi-lagi kami gagal bercumbu, setelah dia merusak malam ini.Aku menepuk kepala berkali-kali sepanjang jalan, berharap bisa mencerna semua ini, "Apaan coba maksudnya dia kirim foto itu ke Dokter Rennata? Di depanku, istrinya sendiri. Alziaaaannn! Haargghh!!""Non, maaf. Kami nggak mengizinkan Non Khalisa keluar!” kata satpam yang menjaga pintu gerbang sambil menahanku dengan tongkat sikunya. Aku balas dengan tatapan harimau. Tapi dia tetap saja kekeh, "Maaf, Non. Tapi tuan besar yang minta!""Loh, kenapa? Apa hak mereka buat larang aku keluar rumah?" sahutku dengan lantang, sambil mengibaskan tangan, "Ahh, minggir! Ihhhh!"Satpam berhasil menarik mundur tubuhku setiap kali aku berusaha menerobos gerbang yang hanya tinggal sejengkal lagi. "Maaf, Non. Saya hanya menjalankan tugas."Bahkan setelah menikah, buat sekedar mencari angin di luar rumah saja rasanya susah
Last Updated: 2025-04-30