Share

Bab 2. Kebusukan Firly

MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA

Bab 2.

"Apa kamu nggak kasian sama sekali terhadap Bima? Lama-kelamaan dia juga pasti akan mengetahui bagaimana sebenarnya kamu, Fir," terang Ami dengan hati-hati. Karena dia tahu persis bagaimana sikap Firly. Firly adalah orang yang memiliki emosi tidak bisa dikendalikan.

Ami adalah sahabat Firly, mereka bertemu karena kuliah di tempat yang sam dan Universitas yang sama. Ami yang melihat tingkah Firly semakin menjadi-jadi, berusaha untuk menegur sahabatnya. Tapi, semua usahanya hanya lah sia-sia. Apa yang dikatakannya? Bahkan sama sekali tidak pernah didengarkan Firly sama sekali. Jangankan untuk perduli, mendengar pun layaknya seperti ban yang mendal.

"Tenang saja! Bima nggak bakalan tahu kalau diantara kalian tidak ada yang membuka mulut padanya. Selagi dia tidak mengetahui apapun, akan kupastikan kalian selalu mendapatkan fasilitas lengkap untuk kuliah dariku. Kalian jangan khawatir! Aku masih punya ATM berjalan yang selalu akan memberikan uang kapanpun aku butuhkan. Bahkan dia selalu saja percaya apapun yang kukatakan. Jadi tetap santai, aku pasti akan selalu banyak uang," kata Firly  bangga. Bahkan dengan santainya menunjuk ke arah tiga orang sahabatnya sambil tertawa puas.

Firly yang merasa percaya diri telah memperbudak Bima dengan bangganya mengucapkan kata-kata yang tak seharusnya ia keluarkan di depan umum. Karena bisa saja apa yang diucapkannya terdengar jelas oleh Bima. Bukan Firly namanya jika harus takut. Ia tetap merasa bangga atas apa yang dilakukannya di hadapan sahabatnya.

Bahkan Firly tidak ada sedikitpun rasa bersalah apalagi rasa takut terhadap Bima. Dengan bangga dan percaya diri, ia mengatakan Bima sebagai ATM berjalannya. Seperti tersayat sambilu hati Bima saat mendengar semua ucapan dari mulut kekasih yang selama ini sangat dicintai dan ia sayangi.

Firly yang tidak mengetahui keberadaan Bima saat ini, tertawa dengan sepuas-puasnya. Siapa sangka? Bima justru sudah mendengar jelas semuanya. Ia sangat merasa kecewa, benar-benar kecewa. Badannya pun terasa kaku setelah mendengar semua kenyataan pahit di depan matanya ini.

Namun, Bima sangat bersyukur karena Allah telah menunjukkan siapa Firly sebenarnya? Sebelum nantinya mereka menikah. Mungkin sakit saat ini tak terlalu sakit jika ia akan tetap melanjutkan hubungannya. Walau kenyataannya sakit, tapi ini jauh lebih baik daripada terus-menerus dibohongi wanita yang sangat dicintainya.

Akhirnya dengan berat hati, Bima pun berusaha menghampiri kekasihnya dan juga tiga sahabatnya itu. Dengan langkah tergopoh-gopoh dan juga hati terluka harus bisa melangkahkan kakinya menuju meja di mana tempat mereka duduk.

"Oohhh... jadi begini rupanya sifat asli kamu sebenarnya terhadapku?" Bima yang baru saja berjalan menghampiri tempat mereka duduk dengan lantang mengucapkan kata-katanya.

Terlihat jelas raut wajah Firly mulai memucat setelah melihat kedatangan Bima yang secara tiba-tiba. Bagaikan mayat hidup karena pucat di wajahnya. Yang tadinya begitu bangga, layaknya kerupuk tersiram air langsung layu.

Firly yang tiba-tiba melihat kedatangan Bima berusaha untuk menjelaskan. Kemudian mendekat ke arah pacar yang hanya dianggap ATM berjalan.

"Sayang! Kamu kok bisa di sini? kamu salah paham sayang. Aku hanya bercanda mengenai hal itu. Aku bisa jelaskan semuanya," rengek Firly yang berusaha menarik tangan Bima untuk menjelaskan.

Namun, semua usahanya bahkan tak diperdulikan Bima. Segera ditangkisnya tangan itu untuk bisa menjauh dari tangannya. Tidak sudi rasanya kalau harus disentuh dengan wanita berhati busuk seperti Firly. Cukup sudah kebodohan yang dilakukannya hanya karena cinta buta. Bima pun sadar sudah diperbudak oleh cinta, cinta palsu lebih tepatnya.

"Aku sudah cukup jelas mendengar semua ocehanmu bersama teman-temanmu. Ternyata aku hanya kamu anggap sebagai ATM berjalan untukmu. Bahkan dengan bangganya kamu tertawa ria. Kamu katakan aku hanya bisa kamu pinta uang kapanpun kamu mau," gertak Bima dengan lantang karena sudah menahan emosi yang mulai membludak.

Bima yang sudah mulai tersulut api emosi pun mengatakan "Cukup sampai di sini hubungan kita! Jangan pernah lagi kamu muncul di hadapanku apalagi hanya untuk mencariku." Bima pun berlalu meninggalkan mereka yang masih mematung melihat ke arahnya. 

Firly yang mendengar ucapan Bima tentu saja tidak bisa terima begitu saja. Enak saja kalau hubungannya berakhir begitu saja. Apalagi dirinya masih membutuhkan Bima untuk bisa memenuhi semua kebutuhannya.

"Sayang...! Tunggu sayang! Ini tidak seperti yang kamu dengarkan. Aku bisa jelaskan semuanya."

Firly terus saja mencoba mengejar Bima, lalu merengek terhadap pria yang masih dipanggilnya sayang. Tapi, semua usahanya tidak sedikitpun diperdulikan Bima.

Bima tetap saja melanjutkan langkahnya hingga menjauh dari mereka sambil mengucapkan kata-kata yang keluar dari mulutnya.

"Bodo amat," ejeknya.

"Nggak! Kamu nggak boleh ninggalin aku begitu saja. Aku sayang kamu." Firly menahan Bima. Merasa belum terima dengan keputusan yang dilakukan secara sepihak.

Firly masih tetap berusaha keras dengan usahanya. Berusaha menahan Bima untuk tidak meninggalkannya. Nasi sudah menjadi bubur. Kaca yang sudah retak tidak akan bisa dikembalikan ke bentuk semula. Begitu pula dengan Bima, ia tidak akan pernah bisa memaafkan Firly dengan begitu mudahnya.

"Bukan urusan aku," ucapnya yang bahkan tidak memperdulikan sedikit pun tentang Firly yang berusaha mengejarnya.

"Sayang.....! Jangan seperti ini, kumohon! Percayalah padaku. Aku sangat mencintai kamu. Aku tidak mau jika harus kehilangan kamu dengan cara seperti ini," teriaknya yang masih tetap mengejar Bima.

Bima pun menghentikan langkah kakinya. Dia sudah mulai muak dengan ucapan yang penuh kebohongan yang dilontarkan dari mulut manis Firly barusan saja.

"Sudah jelaskan yang baru saja aku katakan. Apa kamu kurang mendengar apa yang baru saja aku ucapkan? Aku ulang sekali lagi (hubungan kita sudah berakhir). Apa kata-kataku kurang jelas untuk kamu dengarkan lagi Nona Firly?" Tegas Bima dengan suara nyaring yang membuat mereka menjadi pusat perhatian orang sekeliling.

Tapi tidak sedikit pun dihiraukan Bima, ia pun membalikkan badannya untuk segera pergi meninggalkan manusia bermuka dua seperti Firly.

Bima tidak ingin terlihat lemah apalagi dihadapan Firly, walaupun sebenarnya Bima sangatlah terluka. Apa yang sudah dikorbankannya selama ini tidak ada artinya sama sekali dihadapan Firly. Betapa bodohnya Bima yang terlalu percaya kepada seorang wanita seperti Firly. Bahkan Bima tidak pernah mendengarkan sedikit pun yang Ibunya ucapkan padanya. Bima pun menyesal telah mengabaikan semua yang Ibunya ucapkan. Ternyata firasat seorang ibu itu tidak pernah meleset sama sekali. Bahkan berulang kali ibunya berkata untuk menjauhi Firly. Sampai akhirnya Ibunya mulai letih dan membiarkan Bima dengan keputusannya.

*****

Beberapa bulan pun berlalu begitu cepat setelah kejadian itu. Bima pun telah memblokir semua yang berhubungan dengan namanya Firly. Tentu saja Firly tetap berusaha untuk bisa  menemui Bima. Tapi semuanya hanya sia-sia, Firly bahkan tidak pernah bisa menjumpai Bima sama sekali.

Bima sudah berusaha untuk melupakan semua yang sudah Firly lakukan. Namun Bima belum juga bisa melupakan apa yang dialaminya karena Firly. Bima seperti mati hati terhadap seorang wanita. Dia sudah berusaha sekuat tenaga namun hasilnya pun nihil.

Sampai akhirnya, Bima pun memutuskan untuk pergi jauh agar bisa melupakan semua kejadian yang sudah menimpanya. Hitung-hitung untuk refresing.

Bima pun mengatakan semua keinginannya kepada kedua orang tuanya untuk pergi sementara, untuk menenangkan hati dan pikirannya. Apa yang sebenarnya terjadi terhadapnya? Bima pun menceritakan semuanya. Karena selama ini ia hanya memendam seorang diri tanpa ada yang mengetahuinya, karena Bima merasa malu dengan sikap bodohnya karena terlalu mencintai, Firly. Sampai akhirnya orang tuanya pun mengijinkannya untuk pergi.

"Semoga dengan menyendirinya kamu akan mendapatkan seseorang yang benar-benar tulus untukmu nantinya, Nak. Mama selalu mendoakan yang terbaik buat putra kesayangan Mama." Tutur Ibu Bima yang memeluknya dengan erat.

"Jadikan semuanya sebagai pengalaman hidupmu. Karena semua yang kita inginkan terkadang tidak sesuai dengan harapan kita. Semua yang kamu alami tidak lain agar kamu menjadi lebih baik kedepannya."

Mamanya pun mengucapkan kata-kata yang membuat sedikit kelegaan di hati Bima. Mama yang tahu bagaimana membuat anaknya selalu tenang. 

Akhirnya tukang ojek yang dipesannya pun sudah tiba. Bima pun berpamitan kepada orang tuanya dan segera mengambil tas yang hanya berisi beberapa pakaian saja.

Bima yang terlebih dahulu sudah menyuruh orang kepercayaan papanya untuk mencarikannya perkampungan yang terpencil untuk ia tempati. Bima pun memutuskan untuk pergi keperkampungan tersebut. Ya, Bima memang memilih perkampungan terpencil, agar jauh dari jangkauan. Supaya penyamarannya tidak ada yang mengetahuinya, bahwa sebenarnya dialah pewaris tunggal pemilik perusahaan yang Bima dapatkan dari Papanya. Bima berharap dengan pergi kekampung tersebut, ia bisa menghilangkan kepedihan dihatinya.

Bersambung...

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ela Nurlaela
koinnya jangan banyak banyak tor biar tetap berlangganan bacanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status