Share

MARNI
MARNI
Penulis: Dian Kzubi

Bab 1

______🖤______

"Tidak Mas Yudha, jangan!" 

Gadis berumur 19 tahun itu perlahan t e r b u a i dengan rayuan m a u t lelaki tampan yang datang dari kota untuk traveling ke desa di mana Nyai Asih tinggal. Perkenalan singkat, membuat Nyai Asih terpesona pada lelaki yang bernama Yudha. Meski awalnya menolak ajakan tidak senonoh itu, Nyai Asih bisa apa. Tentu di pikirannya hanya Yudha-lah pemilik hati sepenuhnya.

"Nyai? Nanti jika Mas ke Jawa tengah, Nyai ikut ya."

"Tapi Nyai takut, Mas. Sama sekali Nyai tidak pernah pergi keluar kota, apalagi sudah lewat batas provinsi."

"Kan ada Mas, yang jagain kamu, Nyi!"

Yudha adalah lelaki pertama yang membuat Nyai jatuh cinta. Selain baik, Yudha sangat sopan padanya. Ya, meski sedikit kecewa, Yudha berhasil merenggut k e p e r a w a n a n Nyai. Akan tetapi, kecewa itu berubah ikhlas ketika mereka melakukannya atas dasar suka sama suka.

"Nyai, betah tinggal disini?" 

Kopi yang mengepul dalam cangkir seng bermotif cendol itu, sedikit demi sedikit dikecap oleh Yudha. Sudah langganan, berasa ada yang kurang barang sehari saja tak singgah di gubuk Nyai Asih.

Nyai menanggapi dengan seyum manis. "Saya betah tinggal disini, Mas. Ini tanah kelahiran saya, meski hanya tinggal bersama nenek," ucap Nyai dengan menyuguhkan sepiring ubi rebus, yang dia masak dengan kayu bakar.

"Kalau Mas meminangmu, kamu harus ikut dengan Mas ke Jawa sana, bagaimana?" Yudha membenarkan posisi duduk lesehannya menghadap ke Nyai Asih, hingga lantai kayu rumah panggung itu berderit.

Nyai tersipu malu, dia tak menyangka Yudha sebegitu seriusnya untuk segera meminang. Selama ini tak pernah terbayangkan dia akan mendapatkan lelaki segagah Mas Yudha. Bukan apa, rasanya sudah jenuh hidup di desa dengan rata-rata penduduknya mayoritas petani kelas bawah, dia pikir jodohnya adalah anak juragan empang yang suka semena-mena pada penduduk desa.

"Asalkan Mas Yudha minta izin dulu pada nenek, saya siap untuk ikut kemana saja," ucap Nyai lagi dengan perasaan gembiranya.

Kicau burung, yang sempat hinggap, terdengar mengepak sayap kecilnya, meninggalkan gubuk cilik milik Nyai Asih yang terbuat dari anyaman bambu. Suasana asri tanpa keramaian itu, neneknya bisa mengetahui bahwa cucunya mungkin telah mendapatkan tambatan hatinya.

______

"Wah enak ya, jadi kamu. Bisa dapatin Nyai Asih yang cantik itu. Udah cantik, bohay lagi. Jangan-jangan kalian udah pernah lagi." Bondan menimpali, saat mereka bertiga tengah mandi di sebuah air pancuran.

"Ya, bagi-bagi dong intinya," ucap Erik dengan gelak tawa, kedua teman sepermainan Yudha itu tertawa puas sambil berendam.

"Kalian mau? Ambil aja! Lagian seleraku bukan gadis desa seperti dia, aku cuma memanfaaatkan dia saja."

Ni Erat- neneknya Nyai Asih begitu kecewa dan murka, setelah mendapati ketiga pemuda itu membicarakan cucu perempuannya. Ia tidak menyangka Yudha yang selugu itu mengkhianati cinta cucu perempuannya, bahkan lebih k e j i nya, membuang secara kotor setelah apa yang ia dapatkan sebelum waktunya.

"Keterlaluan kalian, b i a d a p kalian! Kalian menyakiti cucuku. Akan aku temui dia, untuk tak bertemu dengan kalian lagi. Cuih, i b l i s kalian!"

Dengan tergesa Ni Erat menapaki jalan yang sedikit naik, Yudha dan teman-teman tidak terima, mendengarkan kemarahan Ni Erat. Merasa mereka paling benar, dengan berat hati, mata sadar pun tertutup kabut hitam. Ketiganya tega m e n e ng g e l a m kan Ni Erat ke sungai yang airnya mengalir deras. Sudah di pastikan Ni Erat itu pun m a t i, apalagi Yudha lebih dulu mem b e n t u r kan kepalanya pada sebuah batu besar.

Tiga bulan berlalu, Nyai Asih dinyatakan hamil. Dia pun tidak pernah tahu, kemana neneknya pergi. Semua penjuru sudah di cari oleh penduduk desa, nihil, Ni Erat tak juga di temukan.

"Cepat, katakan apa maumu?"

"Kenapa semenjak nenek hilang, Mas tak lagi berkunjung ke rumah?"

"Untuk apa?" jawabnya ketus, seolah kehadirannya begitu tidak di inginkan.

"Mas, saya hamil anakmu," tutur lembut Nyai dengan sedikit terbata.

"Lantas, aku harus apa?" Pernyataan Yudha yang seperti itu membuat hati Nyai merasa nyeri, tetapi semua itu di kesampingkan demi buah hati yang di kandungannya.

"Mas janji mau menikahi aku? Nenek sudah tidak ada, bawa aku pergi dari sini, Mas!"

"Tidak bisa!!! Asal kau tahu aku sudah punya anak dan istri. Aku tidak mungkin menikahimu!" Suara itu lantang tanpa cacat, membuat sendi-sendi di tubuh Nyai seakan lumpuh begitu saja. 

"Lalu, janji Mas yang kemarin, dusta?"

"B o d o h! Gadis kampung yang b o d o h!" umpat lekaki yang amat Nyai cintai, pikirannya terlalu berharap dengan semua yang terbilang cukup manis, justru menendangnya ke sisi jurang.

"Mas tolong, bawa aku ikut Mas! Bukankah kita saling cinta?" Nyai bersujud di kaki Yudha, kecintaannya membuat dia tak ingin kehilangan lelaki yang menjadi ayah dari anak yang di kandungnya.

Plak!!

"Lepas! Aku j i j i k padamu! Kesal, kamu dan nenekmu itu sama menyebalkan, membuat semuanya runyam.

Pergi! Atau kau bernasib sama seperti nenekmu itu," ancam Yudha.

Dua orang temannya menyeringai, Yudha tahu apa yang mereka maksud, me n i k m a t i tubuh Nyai yang b o h a y. Sedangkan Nyai, ia terganga begitu tidak percaya, setelah mengerti maksud dari ucapan Yudha. Dia menyadari bahwa dia juga berada dalam bahaya, sama seperti neneknya yang ternyata Yudha yang mem b u n u h nya.

Mata yang penuh tangisan permohonan, kini berubah menjadi mata penuh kebencian. Apalagi kedua teman Yudha, secara k a s a r merenggut ketidak p e r a w a nan Nyai yang lebih dulu di nikmati Yudha. Dengan paksa mereka meng a n i a y a Nyai hingga akhirnya Nyai m e n i n g g a l. Tubuhnya di s e r e t sampai jauh kearah hutan, hingga menyebabkan banyak l u k a di sekujur tubuhnya.

Ketiganya, membuang m a y a t Nyai di sebuah gua dan meninggalkannya begitu saja tanpa di k u b u r.

________

Tok, tok, tok, tok ... Tok!

Tok, tok, tok, tok ... Tok!

Bunyi kentongan bersahutan. Penduduk desa di gemparkan dengan penemuan sesosok m a y a t yang setengah bagian tubuhnya menjadi teng k o r a k. Salah satu warga menemukannya saat sedang mencari kayu bakar.

Gadis kecil yang sedang bermain sendiri merasa penasaran dengan berita itu. Tanpa takut dia menghampiri seonggok m a y a t yang tinggal separuh bertubuh lengkap itu.

"Dia Nyai Asih! Baru kemarin sore aku berpapasan dengannya di jalan," ucap Marni pada orang-orang dewasa yang sedang berkerumun.

"Marni? Rene'o, ojo nyedak'i nduk!" 

**"Marni, kesini. Jangan mendekat!"

Wanita yang memanggil itu adalah Ningsih ibunya. Dia begitu takut anaknya dekat-dekat dengan m a y a t yang di temukan tidak wajar itu, sekalipun Marni-anaknya dekat dengan Nyai Asih.

"Marni? Marni? Temani Nyai, nduk!"

Suara nyaring itu seperti dekat di rasakan oleh Marni, gadis kecil itu beringsut mundur menjauhi m a y a t Nyai, kemudian berniat menghampiri ibunya yang sejak tadi memanggil.

"Ibu? Di sampingmu, Bu?"

Brugh!

Marni pingsan seketika. Entah apa yang Marni lihat ...

_________🖤_________

Bersambung ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status