LOGINSetelah selesai dengan setorannya, Sera kembali bergegas mengambil baju lab dan bergabung dalam praktikum. Sera memeriksa buku respon. Keningnya mengernyit sesekali saat melihat jawaban ngawur dari praktikannya.
Ting. Ponsel Sera lupa dibisukan. Ia terkekeh malu, mengucap maaf dan segera mengambil ponsel itu untuk dicekik agar tidak bersuara. Tapi notifikasi di layar lebih dulu menarik perhatian Sera. Ada pesan baru. Berisi permintaan maaf. Dari doi. Sera menggigit bibirnya menahan senyum salah tingkah. Ia merosot ke kolong meja agar ekspresinya tidak jadi tontonan adik-adik yang sedang fokus mendengar penjelasan asisten lain tentang praktikum yang akan mereka laksanakan. Hatinya membuncah, perutnya geli-geli seperti ada kecoa yang merayap. Bukan kupu-kupu, karena sangat jarang ada kupu-kupu mau merayap di perut. +628xxxx ~ Maaf Cuma satu kata, empat huruf, tapi mampu mengguncang kewarasan Sera. Rasanya seperti mendapat permintaan maaf dari pacar. Sera bertingkah malu-maluin, belum juga apa-apa sudah halu tidak jelas. Me ~ kenapa? Aslinya Sera ingin mencecar banyak pertanyaan, tapi cuma itu yang sanggup dia kirimkan. +628xxxx ~ Tadi sepertinya kamu kesal saat saya kembalikan pointer. Maaf terlambat mengembalikan. "Ututuu, peka banget" gumam Sera. Padahal tidak terlambat mengembalikan, Sera juga tidak kesal karena hal itu. Sera tidak suka dipanggil Ser dengan nada itu, rasanya seperti pelafalan Sir. Lebih baik dia dipanggil Ser dengan agak menebalkan huruf e, atau panggil Sera sekalian, nambah 1 huruf tidak bikin capek. Jadi pria itu sejatinya tidak salah, dia kan tidak tahu kalau Sera kesal dipanggil seperti itu. Me ~ tidak apa-apa, tadi lagi kebelet banget, tidak bermaksud kesal seperti itu Sera sedikit menyesal mengirim pesan itu, khawatir Gana akan berpikiran aneh tentangnya, malu tapi sudah terlanjur. +628xxxx ~ Begitu ya. Saya pikir saya ada berbuat salah, kalau begitu terima kasih sudah dipinjamkan. Me ~ aman Tidak ada balasan lagi, tapi pesannya sudah dibaca. Sera simpan ponselnya dan melanjutkan memeriksa buku respon sebelum bergabung ke meja praktek. Aksi salah tingkah dan sembunyi-sembunyi tadi ternyata diperhatikan oleh teman-temannya yang jadi asisten juga. Alhasil, Sera dibombardir pertanyaan usai praktikum. Sera tentu saja tak mau jujur, lagian mau jujur apa coba, dekat juga belum. Sera hanya bilang senang mendapat tip dari anak sekolah yang joki tugas kemarin. Padahal mah joki apaan, sudah beberapa minggu ini dia sepi job. Dia tidak bisa terima job apa pun karena harus fokus dengan persiapan Golden Team, nama tim ambis milik Andra. Tapi tak apa, selain dapat ilmu dan pengalaman, makan siang (kadang juga malam) mereka ditanggung. Bahkan tadi pagi mereka dapat sarapan roti yang enak dan nasi kotak ayam bakar dari rumah makan elit yang masih Sera simpan di totebag. Rencana mau dimakan nanti sore agar malamnya tak perlu makan lagi, sekalian diet. * Rasanya terlalu banyak kebetulan, atau mungkin keberuntungan, yang Sera dapat hari ini. Sudah hampir jam pulang kantor saat Sera mengembalikan pointer ke ruang jurusan kimia. Keluar dari ruangan itu, sekelebat wangi yang Sera kenal menyeruak ke dalam hidung agak peseknya. Betul saja, ternyata ada Gana yang muncul dari gang kecil di samping ruangan itu, penghubung gedung utama dan gedung samping. Sera mau menyapa, tapi keburu salah tingkah. Hidungnya terlalu meresapi aroma itu. "Dari mana Ser?" Ealah, kebahagiaan Sera terampas tiba-tiba. Tapi tak apa, ini saat yang tepat untuk klarifikasi pada crush nya itu. "Jangan panggil begitu, kayak bicara sama bapak-bapak aja" ucap Sera. Gana tentu saja bingung. Sambil mereka berjalan, ia menatap Sera dengan alis sedikit menukik ke atas. "Panggil Ser boleh, tapi e nya diperjelas, jangan gantung, atau sekalian Sera aja. Kalo Ser kayak tadi itu berasa manggil Sir" jelas Sera. Gana mengangguk-angguk, sudah mengerti maksud Sera. "Jadi, darimana Sera?" ulang Gana. Perut Sera sempat geli, namanya dipanggil dengan nada lembut. "Ngembaliin pointer" eh apa ini, suaranya kayak tikus kejepit lagi. "Oh, udah beres?" tanya Gana lagi, lebih seperti basa basi busuk agar tidak diam saja menyusuri koridor yang agak panjang ini. Sera berdeham menjawab, ragu mengeluarkan kata, takut kayak tikus kejepit lagi. Sebentar lagi mereka juga berpisah, Sera akan naik tangga di depan, menuju ke lab jurusan mereka di lantai 2. Tiba di dalam lab, Sera bergegas makan nasi kotaknya tadi. Tidak akan ada lagi waktu luang untuk makan, sebentar lagi dia akan ke lab botani. Tim mereka akan mulai mengerjakan revisi sehabis presentasi tadi. Lab yang Sera tempati saat ini adalah lab tempatnya praktikum tadi pagi, memang disinilah basecamp Sera dan kawan-kawan. Di sela istirahat sebelum percobaan presentasi yang entah ke berapa, Sera mendengus kesal melihat ponselnya. Tumben sekali adiknya menghubungi duluan, biasanya cuek kayak bebek jutek. Kalo bukan Sera yang bertanya duluan, jangan harap adiknya itu mau berkabar. Tapi Sera sudah hafal dengan sifat yang satu ini. Tidak mungkin adiknya itu menghubungi kalau tidak punya maksud, tak mungkin juga hanya basa-basi bertanya kabar. Ndut Adekku ~ Selamat malam kakak cantik Hm, roman-romannya, kalau bukan minta duit, pasti nyuruh kerjain tugas. Sera terlalu malas menebak lebih lanjut antara dua opsi itu. Me ~ kenapa? Ndut Adekku ~ Udah makan kakak? Me ~ udah, kenapa? lagi di kampus ini Ndut Adekku ~ Ada nya uang kakak? Me ~ mau berapa? Ndut Adekku ~ Terserah kakak aja, udah habis uangku padahal besok ke kampus Me ~ cuma ada seratus Ndut Adekku ~ Nggak apa-apa kak Haduh, nggak apa-apa darimana, Sera saja menghemat luar biasa disini, awal bulan masih lama. Adiknya itu memang sudah memasuki awal perkuliahan, baru masuk semester 3. Jarak Sera dan adiknya cukup dekat, hanya terpaut 2 tahun. Orang tuanya mungkin dulu terlalu bucin, menghabiskan terlalu banyak stok cinta di awal pernikahan, jadilah setelah beberapa tahun kemudian banyak cekcoknya dari pada cintanya. Sera mengirimkan uang seratus ribu yang berharganya kepada adiknya. Adiknya itu gampang sakit, tidak pintar mengelola keuangannya juga, kiriman untuk adiknya itu jelas lebih banyak. Semua anggota keluarga sangat sayang pada bocah gendut itu. Di mata Sera, dia selalu tampak seperti bocah manja yang selalu merengek kalau keinginannya tidak terpenuhi. Tapi poin lebihnya, adiknya itu sangat rajin dan ulet mengerjakan pekerjaan rumah. No malas-malas club, tanpa disuruh pun tangannya sudah gatal melihat yang berantakan dan kotor. Adiknya itu juga jago memasak. Selain suka makan, dia juga suka bereksperimen dengan berbagai macam masakan, yang bahkan keluarga mereka tidak tahu sebelumnya.Hingga jadwal presentasi berikutnya, Sera tak pernah lagi bertemu Gana. Hanya beberapa kali melihat story pria itu di WhatsApp sejak ia menyimpan kontaknya. Sera juga tidak berani pura-pura melintas di area lab itu, yang belakangan ini diketahui Sera sebagai basecamp Gana dan kawan-kawan. Dari loby ada tangga yang langsung mengarahkan ke lantai 2, jalur yang biasa digunakan oleh Sera. Jadi, kalau bukan mau ke kantin atau ruang jurusan, Sera memang jarang turun ke lantai 1. Beberapa hari itu Sera agak uring-uringan, tidak terlalu bersemangat karena tidak bertemu pujaan hati. Sera juga tidak banyak diskusi dengan tim karena persiapan mereka sambil begadang itu sudah lebih dari cukup. Hanya sore ini mereka berkumpul sebentar, memantapkan latihan sebelum besok dicecar lagi. Sebelum diskusi, Sera harus meminjam pointer lagi. Tidak terlalu berharap ketemu Gana, karena story pria itu sedang menunjukkan lokasi di luar kota. Tapi yang namanya jodoh pasti ketemu, eh?"Sera" panggil Gana a
Ibu Kantin datang lagi, kali ini membawa soto. Aromanya membuat Sera melirik, barulah saat itu dia sadar akan keberadaan Gana. Dia tidak sampai tersedak, tapi tiba-tiba kerongkongannya seret. Kerongkongan loh ya, bukan tenggorokan. Jalur makanan itu kerongkongan. Kalau tenggorokan itu jalur nafas, bermuara ke paru-paru, bukan lambung. Sera sedikit meringis menatap Gana. Sebenarnya dia ingat tentang modus nyender tadi, tapi sudah tidak ada muka untuk mengaku, jadi biarlah pura-pura tidak tahu. Karena ekspresi Sera seperti ingin ikut menikmati soto di mangkok Gana, pria itu menawarkan. Entah serius atau sekedar basa-basi, tapi diangguki oleh Sera. Gana mulai menyendokkan kuahnya ke piring Sera, hampir memindahkan isi soto juga, tapi dicegah oleh Sera. "Kuahnya aja" jawab Sera sambil nyengir. Setelah dirasa cukup, Sera menghentikan aksi Gana. Tak lupa Sera menyerahkan satu gorengan tempe favoritnya ke mangkok Gana. Barter ceritanya. Gana menahan senyum geli, namun tetap m
Masih dua hari lagi sebelum jadwal latihan presentasi yang ketiga. Hari ini Sera masih bisa sedikit bersantai, besok dia baru tertekan lagi. Siang ini, Sera makan di kantin langganan bersama teman-teman. Masakannya memang tidak seenak kantin sebelah, tapi di sini porsinya jumbo banget, free air minum juga. Kalau sedang tidak punya bahan masakan, Sera memang tidak bawa bekal ke kampus, seperti hari ini.Saat menunggu pesanannya, Sera dan teman-teman duduk di kursi paling pojok. Hanya itu tempat kosong, itu pun mereka membersihkan sendiri bekas makanan orang yang duduk disana sebelumnya. Kantin sedang ramai, pesanan mereka pasti yang terakhir dilayani. Mereka sudah bestie dengan Ibu Kantin, mereka juga sudah konfirmasi kalau masih santai, tidak terburu-buru, tidak ada jadwal kelas atau praktikum siang ini.Ibu Kantin tentu senang, bisa mendahulukan anak-anak lain yang berburu waktu untuk sekedar makan siang. Nanti Sera dan kawan-kawan pasti dikasih gorengan gratis sebagai apresiasi
Setelah selesai dengan setorannya, Sera kembali bergegas mengambil baju lab dan bergabung dalam praktikum. Sera memeriksa buku respon. Keningnya mengernyit sesekali saat melihat jawaban ngawur dari praktikannya. Ting. Ponsel Sera lupa dibisukan. Ia terkekeh malu, mengucap maaf dan segera mengambil ponsel itu untuk dicekik agar tidak bersuara. Tapi notifikasi di layar lebih dulu menarik perhatian Sera. Ada pesan baru. Berisi permintaan maaf. Dari doi. Sera menggigit bibirnya menahan senyum salah tingkah. Ia merosot ke kolong meja agar ekspresinya tidak jadi tontonan adik-adik yang sedang fokus mendengar penjelasan asisten lain tentang praktikum yang akan mereka laksanakan. Hatinya membuncah, perutnya geli-geli seperti ada kecoa yang merayap. Bukan kupu-kupu, karena sangat jarang ada kupu-kupu mau merayap di perut. +628xxxx ~ Maaf Cuma satu kata, empat huruf, tapi mampu mengguncang kewarasan Sera. Rasanya seperti mendapat permintaan maaf dari pacar. Sera bertingkah malu-maluin, b
Tiga wiper dikerahkan untuk membersihkan area kos Sera. Penghuni lantai atas ada yang lupa menutup kran, membuat airnya tumpah-tumpah sampai ke lantai 1. Beruntung kamar Sera tidak ikut banjir, karena berada paling ujung. "Kalau airnya masuk kamarku, aku nangis bu" ucap Sera pada Ibu Kos yang sedang mengangkut sisa-sisa kertas yang melempem, terbawa air. "Jelas, Ra. Kasurmu kan tidak pakai dipan, harus mengungsi kalau sempat kebanjiran" ucap Rima, tetangga kos Sera yang ikut menarik wiper di sampingnya, menguras sisa air dari lantai teras mereka. Ibu Kos meletakkan kembali keranjang sampah di area lantai yang sudah kering. "Sudah berapa kali ibu peringatkan di grup, kalau tower lagi kosong, ingat tutup kran" omel Ibu Kos, melampiaskan unek-uneknya. Rima yang terlebih dahulu selesai, menyandarkan wiper di dinding. Gadis itu mendekat ke arah Ibu Kos. "Emang di lantai atas banyak yang bebal, nggak mikir pake otak" kesalnya. Kamar Rima juga terdampak karena banjir kiriman sore itu
Hanya ada 2 tim dari kampus Sera yang lolos hingga tahap Pekan Ilmiah Nasional. Persiapan demi persiapan kerap dimaksimalkan untuk ambisi menyabet medali emas, terlebih oleh Andra si perfeksionis. Setelah hampir sebulan berkutat secara mandiri, akhirnya kampus memfasilitasi langsung persiapan mereka. Masing-masing tim digembleng agar tampil prima membawakan presentasi dan poster ilmiah. Pelatihan kedua tim itu cukup intensif dilakukan, mengingat jadwal presentasi yang tak lama lagi. Mereka dilatih langsung oleh dosen-dosen yang mumpuni di bidangnya, termasuk beberapa profesor yang juga turut sebagai juri pada lomba tingkat nasional itu. Disanalah, Sera bertemu seseorang yang tanpa permisi menarik atensinya. Ketua tim sebelah. Gana Abimanyu namanya. Entahlah, Sera tak bisa mendeskripsikannya. Dia cuma ingin mengikuti ritme yang ada, belum berani menunjukkan ketertarikannya. Tapi semua itu tak akan bertahan lama, Sera bukan tipe gadis yang bisa menyembunyikan sesuatu, ekspresi wa







