Share

4

Penulis: Echa Moira
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-20 20:18:18

Tiga wiper dikerahkan untuk membersihkan area kos Sera.

Penghuni lantai atas ada yang lupa menutup kran, membuat airnya tumpah-tumpah sampai ke lantai 1.

Beruntung kamar Sera tidak ikut banjir, karena berada paling ujung.

"Kalau airnya masuk kamarku, aku nangis bu" ucap Sera pada Ibu Kos yang sedang mengangkut sisa-sisa kertas yang melempem, terbawa air.

"Jelas, Ra. Kasurmu kan tidak pakai dipan, harus mengungsi kalau sempat kebanjiran" ucap Rima, tetangga kos Sera yang ikut menarik wiper di sampingnya, menguras sisa air dari lantai teras mereka.

Ibu Kos meletakkan kembali keranjang sampah di area lantai yang sudah kering.

"Sudah berapa kali ibu peringatkan di grup, kalau tower lagi kosong, ingat tutup kran" omel Ibu Kos, melampiaskan unek-uneknya.

Rima yang terlebih dahulu selesai, menyandarkan wiper di dinding. Gadis itu mendekat ke arah Ibu Kos.

"Emang di lantai atas banyak yang bebal, nggak mikir pake otak" kesalnya. Kamar Rima juga terdampak karena banjir kiriman sore itu. Beruntung, barang-barangnya masih bisa terselamatkan.

Dua ekor kucing milik Ibu Kos mencakar-cakar sisa kertas di area halaman. Tanah jadi semakin becek, bercampur bubur-bubur kertas.

"Yang ikut bersih-bersih, nanti makan malam di rumah" ucap Ibu Kos, memberi apresiasi bagi tiga orang anak kos yang sudah lelah membersihkan banjir lantai satu.

Sera memekik senang, rejeki nomplok di malam selasa. Dia tak perlu repot memikirkan lauk malam ini.

Mereka pamit untuk membersihkan diri masing-masing, sudah keringatan karena menguras air dari dua kamar yang terdampak.

Sehabis mandi, Sera duduk santai di atas ranjangnya. Menunggu panggilan Ibu Kos untuk makan malam.

Begitu membuka ponsel, Sera melihat pesan dari nomor baru.

+628xxxx

~ Malam Sera, maaf mengganggu waktunya, saya Gana Abimanyu. Kalian sudah dapat pointer untuk besok?

Jantung Sera berdegup kencang. Dia menahan ge-er, menekan jari telunjuk dengan kuku jempolnya.

"Dapet nomorku dari mana nih, mas-mas wangi" gumamnya, salah tingkah.

Setelah menenangkan diri, pikiran Sera akhirnya jernih kembali.

"Bjir, dari grup lah, Sera!" rutuknya pelan. Nama lengkapnya terpampang di W******p, jelas saja bisa dihubungi dengan mudah. Mereka punya grup khusus untuk persiapan bersama para dosen.

Me

~ Kami pinjam dari jurusan kimia

Sera mulai heran. Gana dan timnya kan dari jurusan kimia, di ruang jurusan mereka ada banyak sekali pointer.

Berbeda dengan jurusan Sera, tidak ada pointer jurusan, hanya beberapa dosen yang menyediakan pointer masing-masing untuk mengajar.

Bahkan, Sera bisa tahu di jurusan kimia ada pointer karena dosennya menyuruh pinjam ke sana.

+628xxxx

~ Boleh kami ikut pakai besok?

Dahi Sera berkerut, tapi jemarinya tetap membalas dengan sopan.

Me

~ Boleh aja

Gana membalas dengan ucapan terima kasih, lalu obrolan mereka berakhir.

"Sera" panggilan Ibu Kos terdengar dari teras kos.

Sera bergegas ke rumah Ibu Kos, tak lupa dia membawa botol minum sendiri. Dia tak terbiasa meminum air galon yang tidak dimasak, seperti di rumah Ibu Kos.

Pernah dia mencoba, namun berakhir perutnya terasa tak nyaman.

"Kunci serep sudah ibu taruh di rak samping tv. Besok-besok kalau ada yang lupa tutup kran, kalian buka saja pintu kamarnya" ucap Ibu Kos, menyajikan sayur bening bayam yang baru matang.

"Takut lah bu, masa buka kamar orang sembarangan" protes Rima, tidak berani.

"Ibu yang tanggung jawab. Nanti izin di grup kalau mau buka, supaya yang punya kamar juga tahu" ucap Ibu Kos, menarik kursi dan ikut bergabung makan malam.

*

Sudah jam setengah satu dini hari, Sera memberanikan diri membuka pintu kosnya untuk menjemur handuk di teras. Dia lupa karena bergegas ke rumah Ibu Kos tadi. Dia benci menjemur kain basah di dalam kamar.

Sera bersiap untuk tidur, matanya sudah sangat mengantuk. Dia baru selesai mencari jurnal, request dadakan Andra dua jam yang lalu.

Tapi baru saja menarik selimut, printer di meja berbunyi. Ah sial, bikin takut saja.

Pagi harinya, Sera sampai duluan di ruang conference 3. Ruangan belum dibuka karena masih setengah jam lagi jadwal ruangan dibuka.

Sera duduk di kursi besi yang tersusun dari 3 kursi yang saling menempel. Dia menelungkupkan wajah di lututnya yang diangkat ke atas kursi.

Sera masih sangat mengantuk, tadi dia bangun jam 5 karena tim mereka harus latihan sekali lagi via Zoom, matanya tersiksa.

Sera betul-betul bangun terkejut. Dia sempat ketiduran dan ketika membuka mata, ada wajah lain di sampingnya. Gana.

Pria itu sama terkejutnya dengan suara Sera yang tiba-tiba memekik seperti anak tikus kejepit. Sangat tidak merdu.

"Maaf" ucap Gana, padahal dia tidak bersalah.

Sejak bunyi horor tadi malam, memang Sera jadi agak was-was dengan sekitar.

Sera mengabaikan ucapan Gana, sedikit salah tingkah dan menyembunyikan semburat di pipinya.

"Udah jam 7 lewat, ruangannya kenapa belum dibuka?" tanya Sera, basa-basi.

"Tadi petugasnya sudah datang, tapi kunci ketinggalan di rumahnya" betulan Gana jawab, padahal Sera cuma asal nyeletuk.

Cukup lama keduanya berdiam diri. Dalam hening, Sera sempat berpikir kenapa Gana duduk mepet di sampingnya, kan masih ada kursi satu lagi di ujung. Tapi pikiran itu segera ditepis, malu.

Ruangan dibuka, bersamaan dengan rekan tim Sera juga datang dengan nafas ngos-ngosan. Meski ruangan mereka ada di lantai 4, tidak ada lift, hanya ada tangga.

Sera ikut bangkit menuju ruangan, matanya sempat menangkap kursi di ujung tadi, ada bagian dudukan besi yang mencuat ke atas, tampak agak tajam. Pantas saja Gana duduk di kursi tengah tadi.

Usai presentasi, Sera berlari ke fakultas mereka yang tidak terlalu jauh. Bahkan ia tidak menunggu rekan-rekannya yang lain.

Sudah pukul sepuluh. Biasanya tiap pagi Sera harus setoran dulu, tapi tadi pagi tidak bisa, karena perutnya tidak selera, terlalu sibuk memikirkan presentasi.

Hari ini setorannya agak terlambat, sudah sulit ditahan. Di gedung tadi ada kamar mandi, tapi Sera susah kalau setoran besar bukan di tempat yang familiar baginya. Entahlah, saluran pencernaannya manja sekali.

Dia sudah hampir tiba di kamar mandi khusus laboratorium mereka di lantai 2. Tapi suara di belakangnya terdengar menyebalkan.

"Ser" panggil suara itu lagi, membuat Sera mendelik menatapnya. Ayolah, perut Sera sangat tidak nyaman, ditambah panggilannya yang menyebalkan itu.

Ternyata Gana yang sedikit berlari menyusul Sera, menyerahkan pointer di tangannya. Walau pun mas crush yang panggil, Sera tetap tidak suka.

Dia agak ketus mengambil benda itu, berlalu tanpa membalas apa pun.

Gana heran, bertanya-tanya apakah dirinya berbuat salah.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • MAS BUCIN, MILIKKU   8

    Hingga jadwal presentasi berikutnya, Sera tak pernah lagi bertemu Gana. Hanya beberapa kali melihat story pria itu di WhatsApp sejak ia menyimpan kontaknya. Sera juga tidak berani pura-pura melintas di area lab itu, yang belakangan ini diketahui Sera sebagai basecamp Gana dan kawan-kawan. Dari loby ada tangga yang langsung mengarahkan ke lantai 2, jalur yang biasa digunakan oleh Sera. Jadi, kalau bukan mau ke kantin atau ruang jurusan, Sera memang jarang turun ke lantai 1. Beberapa hari itu Sera agak uring-uringan, tidak terlalu bersemangat karena tidak bertemu pujaan hati. Sera juga tidak banyak diskusi dengan tim karena persiapan mereka sambil begadang itu sudah lebih dari cukup. Hanya sore ini mereka berkumpul sebentar, memantapkan latihan sebelum besok dicecar lagi. Sebelum diskusi, Sera harus meminjam pointer lagi. Tidak terlalu berharap ketemu Gana, karena story pria itu sedang menunjukkan lokasi di luar kota. Tapi yang namanya jodoh pasti ketemu, eh?"Sera" panggil Gana a

  • MAS BUCIN, MILIKKU   7

    Ibu Kantin datang lagi, kali ini membawa soto. Aromanya membuat Sera melirik, barulah saat itu dia sadar akan keberadaan Gana. Dia tidak sampai tersedak, tapi tiba-tiba kerongkongannya seret. Kerongkongan loh ya, bukan tenggorokan. Jalur makanan itu kerongkongan. Kalau tenggorokan itu jalur nafas, bermuara ke paru-paru, bukan lambung. Sera sedikit meringis menatap Gana. Sebenarnya dia ingat tentang modus nyender tadi, tapi sudah tidak ada muka untuk mengaku, jadi biarlah pura-pura tidak tahu. Karena ekspresi Sera seperti ingin ikut menikmati soto di mangkok Gana, pria itu menawarkan. Entah serius atau sekedar basa-basi, tapi diangguki oleh Sera. Gana mulai menyendokkan kuahnya ke piring Sera, hampir memindahkan isi soto juga, tapi dicegah oleh Sera. "Kuahnya aja" jawab Sera sambil nyengir. Setelah dirasa cukup, Sera menghentikan aksi Gana. Tak lupa Sera menyerahkan satu gorengan tempe favoritnya ke mangkok Gana. Barter ceritanya. Gana menahan senyum geli, namun tetap m

  • MAS BUCIN, MILIKKU   6

    Masih dua hari lagi sebelum jadwal latihan presentasi yang ketiga. Hari ini Sera masih bisa sedikit bersantai, besok dia baru tertekan lagi. Siang ini, Sera makan di kantin langganan bersama teman-teman. Masakannya memang tidak seenak kantin sebelah, tapi di sini porsinya jumbo banget, free air minum juga. Kalau sedang tidak punya bahan masakan, Sera memang tidak bawa bekal ke kampus, seperti hari ini.Saat menunggu pesanannya, Sera dan teman-teman duduk di kursi paling pojok. Hanya itu tempat kosong, itu pun mereka membersihkan sendiri bekas makanan orang yang duduk disana sebelumnya. Kantin sedang ramai, pesanan mereka pasti yang terakhir dilayani. Mereka sudah bestie dengan Ibu Kantin, mereka juga sudah konfirmasi kalau masih santai, tidak terburu-buru, tidak ada jadwal kelas atau praktikum siang ini.Ibu Kantin tentu senang, bisa mendahulukan anak-anak lain yang berburu waktu untuk sekedar makan siang. Nanti Sera dan kawan-kawan pasti dikasih gorengan gratis sebagai apresiasi

  • MAS BUCIN, MILIKKU   5

    Setelah selesai dengan setorannya, Sera kembali bergegas mengambil baju lab dan bergabung dalam praktikum. Sera memeriksa buku respon. Keningnya mengernyit sesekali saat melihat jawaban ngawur dari praktikannya. Ting. Ponsel Sera lupa dibisukan. Ia terkekeh malu, mengucap maaf dan segera mengambil ponsel itu untuk dicekik agar tidak bersuara. Tapi notifikasi di layar lebih dulu menarik perhatian Sera. Ada pesan baru. Berisi permintaan maaf. Dari doi. Sera menggigit bibirnya menahan senyum salah tingkah. Ia merosot ke kolong meja agar ekspresinya tidak jadi tontonan adik-adik yang sedang fokus mendengar penjelasan asisten lain tentang praktikum yang akan mereka laksanakan. Hatinya membuncah, perutnya geli-geli seperti ada kecoa yang merayap. Bukan kupu-kupu, karena sangat jarang ada kupu-kupu mau merayap di perut. +628xxxx ~ Maaf Cuma satu kata, empat huruf, tapi mampu mengguncang kewarasan Sera. Rasanya seperti mendapat permintaan maaf dari pacar. Sera bertingkah malu-maluin, b

  • MAS BUCIN, MILIKKU   4

    Tiga wiper dikerahkan untuk membersihkan area kos Sera. Penghuni lantai atas ada yang lupa menutup kran, membuat airnya tumpah-tumpah sampai ke lantai 1. Beruntung kamar Sera tidak ikut banjir, karena berada paling ujung. "Kalau airnya masuk kamarku, aku nangis bu" ucap Sera pada Ibu Kos yang sedang mengangkut sisa-sisa kertas yang melempem, terbawa air. "Jelas, Ra. Kasurmu kan tidak pakai dipan, harus mengungsi kalau sempat kebanjiran" ucap Rima, tetangga kos Sera yang ikut menarik wiper di sampingnya, menguras sisa air dari lantai teras mereka. Ibu Kos meletakkan kembali keranjang sampah di area lantai yang sudah kering. "Sudah berapa kali ibu peringatkan di grup, kalau tower lagi kosong, ingat tutup kran" omel Ibu Kos, melampiaskan unek-uneknya. Rima yang terlebih dahulu selesai, menyandarkan wiper di dinding. Gadis itu mendekat ke arah Ibu Kos. "Emang di lantai atas banyak yang bebal, nggak mikir pake otak" kesalnya. Kamar Rima juga terdampak karena banjir kiriman sore itu

  • MAS BUCIN, MILIKKU   3

    Hanya ada 2 tim dari kampus Sera yang lolos hingga tahap Pekan Ilmiah Nasional. Persiapan demi persiapan kerap dimaksimalkan untuk ambisi menyabet medali emas, terlebih oleh Andra si perfeksionis. Setelah hampir sebulan berkutat secara mandiri, akhirnya kampus memfasilitasi langsung persiapan mereka. Masing-masing tim digembleng agar tampil prima membawakan presentasi dan poster ilmiah. Pelatihan kedua tim itu cukup intensif dilakukan, mengingat jadwal presentasi yang tak lama lagi. Mereka dilatih langsung oleh dosen-dosen yang mumpuni di bidangnya, termasuk beberapa profesor yang juga turut sebagai juri pada lomba tingkat nasional itu. Disanalah, Sera bertemu seseorang yang tanpa permisi menarik atensinya. Ketua tim sebelah. Gana Abimanyu namanya. Entahlah, Sera tak bisa mendeskripsikannya. Dia cuma ingin mengikuti ritme yang ada, belum berani menunjukkan ketertarikannya. Tapi semua itu tak akan bertahan lama, Sera bukan tipe gadis yang bisa menyembunyikan sesuatu, ekspresi wa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status