Share

4. Orang Aneh

Angga berjalan menuju kelas. Koridor nampak ramai karena jam istirahat sedang berlangsung. Banyak siswa duduk di sepanjang koridor, entah bergosip, berjoget, dan bernyanyi bersama dengan diiringi gitar.

Angga menatapnya dengan tatapan kasihan dan mencemooh. Karena mamanya yang berselingkuh.

Kedua orangtuanya tidak memberitahu permasalahan keduanya. Mamanya hanya berkata kalau papanya sedang sibuk oleh karena itu dia tidak bisa pulang. Angga pria yang sudah cukup mengerti dengan keanehan di dalam keluarganya.

Mamanya membawa teman laki-lakinya ke rumah, jika papanya tidak ada. Apakah itu belum cukup bukti jika ada permasalahan diantara keduanya? Ditambah dengan berita-berita diluar sana.

Thalia dan Lendra menganggap kedua anaknya masih kecil sehingga tidak mungkin mengerti dengan permasalahan yang pelik di dalam rumah tangga mereka. Tapi ternyata salah, Angga sudah cukup mengerti dengan perceraian.

Yang Angga tahu papa dan mamanya tidak akan pernah bisa bersama karena perselingkuhan yang dilakukan mamanya. Dan Angga baru saja mengetahui fakta kalau mamanya sudah sejak lama berselingkuh.

Jangan tanya Angga tahu darimana, karena semua orang membicarakan perselingkuhan artis fenomenal seperti mamanya. Setiap hari selalu ada berita tentang mamanya.

Angga menelungkupkan wajahnya di meja. Tanpa dia sadari air matanya menetes. Ini kali pertama Angga menangis karena permasalahan kedua orangtuanya.

"Ngapain gue nangis," decaknya.

Angga membereskan tasnya. Memasukkan semua buku-bukunya ke dalam tasnya. Setelah yakin kalau tidak ada barang yang tertinggal Angga keluar dari kelas.

Angga berlari menuju gerbang belakang. Gerbang yang tidak pernah dijaga dan dikunci dengan gembok yang mudah dihancurkan dengan batu. Ini kali pertama Angga kabur, semoga nasib baik berpihak kepadanya.

Gerbang belakang nampak sepi. Tapi nasib baik tidak berpihak kepada Angga. Pria itu berdecak kesal saat melihat gerbang belakang di gembok. Dengan terpaksa laki-laki itu mengambil kursi, menaiki tembok pembatas.

Angga menoleh saat mendengar suara kamera ponsel seseorang. Tak jauh dari posisi Angga saat ini, dia melihat seorang siswi dengan rambut pendek tersenyum miring kepadanya.

"Lo!"

"Udah lanjutin aja kaburnya."

Angga menatap kepergian siswi berambut pendek itu dengan kesal. Tapi kemudian dia tidak peduli jika gadis berambut pendek itu akan memberitahu wali kelasnya perihal masalah ini.

"Haah..." Angga menghembuskan nafasnya saat berhasil melewati tembok.

Angga tidak tahu kemana tujuannya saat ini. Dia hanya terus mengikuti kemana kakinya melangkah.

Pikirannya kembali berputar tentang permasalahan kedua orangtuanya. Angga merasa dunianya hancur. Dia tidak tahu bagaimana dia menjalani hidup tanpa keduanya bersama-sama lagi.

"Masa mati sih, kan gak lucu. Ara sama siapa nanti kalau gue mati. Papa pasti nanti nikah dan punya keluarga baru, emang bisa istri barunya terima gue sama Ara," celoteh Angga.

Angga mengabaikan tatapan orang-orang yang berpas-pasan dengannya. Mereka menatap Angga dengan tatapan kasihan. Angga seperti orang gila yang berbicara seorang diri.

"Pusing!!!"

Pletak!!

"Aduuuh kening gue."

Angga melotot saat tanpa sengaja batu yang dia tendang mengenai seorang wanita. Wanita dengan baju batik dan celana bahan itu melotot menatap Angga.

Angga berlari mendekati wanita itu. "Maaf Kak, saya gak sengaja."

Wanita itu menelusuri penampilan Angga. Membuat Angga risih tapi itu tidak penting, yang penting dia harus mendapatkan maaf dari wanita itu.

"Iya, besok lagi jangan nendang-nendang krikil. Nendang batu bangunan aja, biar kaki kamu yang sakit, bukan orang lain."

Angga meringis mendengar perkataan wanita dewasa yang dia yakini seorang mahasiswa. Dilihat dari cara berpakaian dan wajah wanita itu yang terlihat masih muda.

"Iya maaf Kak."

"Iya saya maafin. Udah sana pergi."

Angga membungkuk setelah itu pergi meninggalkan wanita itu. Samar-samar Angga mendengar suara wanita lain menanyakan apa yang terjadi dengan wanita itu.

"Untung baik, coba kalau jahat. Kena getok kali ya kepala gue pake sepatu heels kakak itu."

***

Sienna keluar kelas sedikit terlambat karena ada sedikit masalah. Sekolah sudah mulai sepi karena bell pulang sekolah sudah berbunyi lima belas menit yang lalu. Sienna sedikit mempercepat langkahnya. Hari ini dia akan pergi ke mini market, membeli kebutuhannya yang sudah hampir habis.

Ojek online sudah menunggu Sienna di depan gerbang sekolah. Sienna duduk dengan perlahan. Sudah beberapa bulan menaiki ojek online tapi masih membuat Sienna takut menaiki kendaraan beroda dua itu.

Seperti biasa Sienna meminta sang pengendara untuk berhati-hati. Tidak butuh waktu lama untuk Sienna sampai di tempat tujuan. Gadis itu turun setelah mengucapkan terimakasih.

"Pak, sudah pakai gopay ya," kata Sienna membenarkan tasnya.

"Oh iya Neng. Terima kasih Neng."

"Sama-sama Pak."

Sienna masuk ke dalam mini market. Suara kasir menyambut Sienna yang pertama kali dia dengar saat pintu berhasil dia buka. Mini market nampak sepi, hanya ada dua pengunjung. Sienna mengambil keranjang terlebih dahulu. Setelah itu berjalan menuju rak yang berisi peralatan mandi.

"Selamat datang!"

Suara kasir kembali terdengar setelah Sienna selesai memasukkan sikat gigi, sabun, sampo dan pasta gigi ke dalam keranjang. Sienna menuju dimana makan-makanan ringan berada. Dia hampir melupakan teman menontonnya.

Snack yang biasa menemaninya menonton sudah habis. Dia harus membelinya kembali. Begitu juga kulkas kecil yang berisi roti, susu dan aneka minuman. Kulkas kecil yang dia beli hasil dari tabungannya dikhususkan untuk minuman dingin. Kulkas itu kosong sejak tiga hari yang lalu, dia tidak bisa membiarkan kulkas itu tidak terisi penuh.

Ditengah kesibukannya, Sienna kembali mendengar kasir mini market itu menyambut pembeli yang baru saja datang. Dari sudut matanya, Sienna bisa melihat seseorang memperhatikannya.

Risih dengan tatapan orang itu, Sienna membalas tatapan orang yang entah sejak kapan memperhatikannya itu dengan alis yang bertaut.

"Aneh," bisik Sienna saat pria itu segera membuang pandangannya darinya.

Ponsel Sienna berdering saat dia berniat memperhatikan dengan seksama siapa sebenarnya pria itu. Suara tangisan di sebrang sana membuat Sienna bingung. Apa yang terjadi dengan si penelpon?

"Ada apa Megan?" tanya Sienna.

"Kakak, udah mau pulang 'kan? nitip obat merah ya?" pinta seseorang disebrang sana.

"Lo kenapa? sakit?" tanya Sienna khawatir.

Megan dan beberapa temannya adalah mahasiswa yang tinggal di kost putri seperti Sienna. Gadis yang sedang menelpon itu adalah satu dari beberapa penghuni kost yang dekat dengan Sienna.

Sienna sudah menganggap Megan dan teman-temannya seperti adiknya. Bukan tanpa alasan Sienna menganggap Megan dan teman-temannya adik. Megan merupakan penghuni kost yang pengertian kepadanya saat dia sakit.

Megan dan teman-temannya merawat Sienna dengan sangat baik, sehingga Sienna sayang dengan mereka. Jauh dari keluarga membuat Sienna bersyukur Tuhan memberikan teman satu kost yang baik kepadanya.

"Iyaa Kak, ada bocah nendang batu kena kepala gue."

Setelah itu, Sienna kembali mendengar Megan menangis dengan tersedu-sedu. Samar-samar Sienna mendengar suara teman Megan yang menyuruhnya untuk berhenti menangis.

"Diem Megan! Tadi lo sok kuat, sekarang nangis."

Bersambung..

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status