Sienna menaruh ponselnya ke dalam tasnya setelah panggilan telpon dari Megan berakhir. Gadis itu menoleh saat seseorang memasukkan lima botol yogurt ke dalam keranjangnya. Jantung Sienna berdegup dengan kencang saat melihat pria tampan dengan setelan jas tersenyum kepadanya.
"Sial!" umpatnya.Pria itu terkekeh mendengar umpatan gadis di sampingnya. Tangannya terulur mengambil keranjang yang terlihat sangat berat karena belanjaan gadis itu.Sienna mendengus. "Kok bisa tahu aku di sini sih?" tanyanya."Percuma bayar mahal kalau gak bisa melacak keberadaan kamu."Sienna menghentakkan kakinya. Berjalan menuju deretan kulkas yang berisi minuman-minuman. Dia membuka kulkas itu mengambil susu dan minuman dingin lainnya.Pria itu terkekeh melihat wajah memberenggut Sienna. Sienna terlihat tidak senang bertemu dengannya. Tidak sepertinya yang lega mendapati Sienna baik-baik saja.Sienna berjalan menuju kasir masih dengan pria berjas mengikutinya. Kasir itu sesekali mencuri pandang kepada pria berjas."Mba titip sebentar ya."Setelah mendapat jawaban dari kasir Sienna menarik tangan pria berjas menuju tumpukan keranjang. Sienna memberikan dua keranjang kepada pria berjas.Dengan menyeringai Sienna memberikan isyarat kepada pria berjas untuk mengikutinya. Sienna kembali ke tempat snack dan minuman dingin yang tertata rapi. Tanpa memikirkan berapa uang yang akan dia habiskan. Sienna memasukkan snack dan minuman-minuman dingin ke dalam keranjang."Kamu gila?" tanya pria berjas menahan bobot keranjang yang cukup berat."Iya." Setelah itu Sienna berjalan kembali menuju kasir."Bayarin."Pria itu terkekeh mendengar nada bicara Sienna yang masih ketus kepadanya. Sienna menyuruhnya untuk membayar belanjaannya yang sangat banyak tapi dia tidak memintanya dengan baik. Benar-benar Sienna mode marah. Dia akan menyuruh sesuka hatinya."Terima kasih Mbak."Sienna berjalan lebih dulu keluar Mini Market. Pria itu membawa belanjaan Sienna yang cukup banyak untuk ukuran perempuan yang tinggal seorang diri."Abang pulang aja. Aku balik ke kostan aku sendiri."Savero, kakak laki-laki Sienna berjalan menuju mobilnya yang terparkir rapi di depan mini market. Tidak memperdulikan perkataan adiknya."Abang dengerin aku dulu issshh!!" Sienna menghentakkan kakinya berjalan menyusul Savero."Why Sweetheart? Abang gak denger kamu ngomong apa," kata Savero, menutup bagasi mobilnya."Abang pulang aja, jangan ikutin aku lagi. Bilang sama mami dan papi kalau aku gak mau dijodohin."Savero membuka pintu di samping kemudi. Mendorong dengan perlahan Sienna agar masuk ke dalam mobil. Savero terkekeh saat mendengar teriakan Sienna karena dia menutup pintunya saat Sienna berbicara."Abang dengerin aku gak sih dari ta—""Sienna diam dulu, Setelah ini ikuti semua perkataan Abang," potong Savero. Membuat Sienna diam.Savero memasangkan safe belt ke tubuh Sienna. Menurut Savero, adiknya itu orang yang aneh, dia tidak mau memakai safe belt jika sedang marah kepadanya.Sienna akan berbuat sesuka dia jika sedang marah. Menjadi gadis urakan adalah gayanya jika sedang marah kepada seseorang. Dan orang yang sering merasakan itu adalah Savero."Belok atau lurus nih?" tanya Savero saat melihat pertigaan."Lurus aja terus, sampai capek," jawab Sienna."Lucu banget kamu Dek." Savero mengusap kepala Sienna dengan sayang.Sienna membuang pandangannya ke luar jendela. Menikmati pemandangan pinggir jalan. Baginya pandangan di luar lebih menyenangkan daripada pemandangan di dalam mobil.Savero memarkirkan mobilnya di depan kost putri dimana Sienna tinggal beberapa bulan ini. Masih seperti saat di Mini Market, Savero membawa belanjaan Sienna, mengikuti Sienna masuk ke area kost putri.Savero terus berjalan. Mengabaikan tatapan penghuni kost lain. Beberapa dari mereka bahkan menghentikan kegiatan mereka demi melihat ketampanan Savero.Wangi khas parfum kesukaan Sienna menyambut indra penciuman Savero. Savero masuk ke dalam kamar Sienna masih dengan sepatu melekat di kakinya."Abang sepatunya!!" teriak Sienna memukul punggung Savero.Savero meletakkan belanjaan Sienna kemudian kembali ke luar untuk melepas sepatunya. Beberapa penghuni kost terkekeh mendengar teriakan Sienna."Kotor 'kan kamar aku," keluh Sienna. Menyapu bekas sepatu Savero di dalam kamarnya."Sorry, Abang gak tau kalau sepatu harus di lepas." Savero berjalan menuju kamar mandi Sienna. Melihat bagaimana bentuk kamar mandi di kamar yang kecil."Kecil banget kamar mandinya."Sienna memutar matanya. "Abang pikir ini hotel yang kamar mandinya sebagus kamar mandi di rumah."Savero mengabaikan perkataan Sienna. Dia kembali memperhatikan kamar adiknya. Kamar kecil itu terlihat cukup nyaman karena Sienna mendekor kamar itu dengan sangat rapi.Di samping tempat tidur terdapat meja belajar. Di atas meja belajar terdapat foto-foto Sienna bersama keluarga, sahabat, dan idolanya.Di samping meja belajar terdapat kulkas kecil berwarna hitam. Kulkas itu tidak akan pernah dibiarkan kosong oleh Sienna. Dia akan dengan segera membeli minuman untuk mengisi kulkas kosong itu."Bersih dan rapi, kamu yang dekor ini Dek?" tanya Savero dengan tidak yakin kalau Sienna yang merapikan kamarnya."Aku sama temen aku. Lihat di internet tutorialnya, terus aku beli barang-barangnya." Sienna merebahkan tubuhnya di kasur dengan nyaman."Pantes, Abang gak percaya sih kalau kamu yang kerjain semua ini."Savero tahu betul adiknya. Di rumah, dia tidak pernah membersihkan kamarnya. Dia selalu meninggalkan kamarnya dalam ke adaan berantakan. Asisten rumah tangga yang akan membereskan kamarnya."Di sini apa-apa harus sendiri, gak bisa ngandelin orang lain. Mati kali kalau aku terlalu ngandelin orang lain."Savero merebahkan tubuhnya di samping Sienna. Melihat kasur Sienna yang rapi, membuat Savero mengantuk. Kasur itu seperti memanggilnya untuk menidurinya."Bagus juga pemikiran kamu setelah pergi dari rumah. Jadi mandiri dan dewasa.""Abang awas, sempit tau." Sienna berusaha mendorong tubuh besar Savero."Abang ngantuk pengen tidur, Sweetheart." Savero memeluk tubuh Sienna membuat Sienna kesal dengan tingkah kakaknya."Lepas dulu itu jasnya. Gak nyaman tidur pakai jas."Savero melepas jasnya memberikan kepada Sienna. Dengan kesal Sienna beranjak meletakkan jas Savero di kepala kursi. Melihat mata panda kakaknya membuat Sienna tidak tega kembali mengusir kakaknya.Savero terlihat sangat lelah. Dia terlihat kurang tidur. Mungkin kerjaannya terlalu banyak sehingga membuatnya kurang tidur. Sienna tidak tahu karena sudah beberapa minggu tidak bertemu dengan Savero.Tok!Tok!"Kak Ara!""Sebentar!"Sienna mencari plastik berisi pesanan Megan dan beberapa snack yang tadi dia beli. Setelah mendapatkan apa yang dia cari, Sienna membuka pintu dengan perlahan."Astaga Megan!" pekik Sienna saat melihat kening Megan yang menonjol dengan sedikit berwarna merah."Sakit tau Kak," keluhnya."Ayok ke dapur Kakak obatin."Sienna menarik Megan menuju dapur. Dijalan tadi, Hana mengingatkan Sienna untuk masak siang karena mereka berdua yang piket memasak siang ini.Piket memasak ini bukan untuk semua penghuni kost, piket ini hanya untuk Sienna, dan ketiga teman Megan. Mereka memiliki kost khusus mereka, dimana membahas semua hal random.Sesampainya di dapur, ketiga teman Megan menatap Sienna dengan penuh selidik. Matanya menyiratkan banyak pertanyaan yang siap mereka keluarkan untuknya."Kak, cowok lo itu yang di kamar?"Bersambung...Sienna keluar dari kamar setelah memastikan Lendra tidur. Dia ingin mengisi air minum, air minum di kamarnya habis. Rumah sudah sepi karena anak-anaknya sudah tertidur. Langkah Sienna terhenti saat mendengar pintu rumah terbuka, tidak lama Angga masuk dengan sempoyongan."Bang, kamu mabuk?" tanya Sienna berjalan mendekati Angga."Enggak," jawabnya dengan cengengesan.Sienna menutup hidung saat mencium bau alkohol dan rokok saat berdiri dekat dengan Angga. "Kamu kenapa Bang? Kamu pusing karena thesis kamu? Bilang sama Bunda dan ayah. Bunda kan udah pernah bilang, jangan sentuh alkohol dan rokok, gak baik buat kesehatan kamu Bang.""Jangan ngatur terus lah, Angga udah besar. Mama aja gak pernah ngatur Angga," racaunya.Angga berjalan menaiki tangga, mengabaikan Sienna yang membeku mendengar perkataan Angga. Sejak menikah dengan Lendra, ini kali pertama Sienna merasa sakit hati dengan perkataan Angga."Bunda ngelakuin ini karena sayang sama kamu Bang."Setelah memastikan Angga berhasil
10 tahun kemudianSuasana di studio itu terlihat ramai. Terlihat dua anak laki-laki berbeda umur sedang berpose di depan kamera. Keduanya merupakan sepupu, Elzio dan Azka. Elzio merupakan anak kedua dari pasangan Lendra dan Sienna. Sedangkan Azka adalah putra pertama Savero dan Belva.Elzio terlihat tidak bersemangat karena teriakan para staf yang membicarkan kalau Elzio lucu dan menggemaskan. Anak laki-laki berumur enam tahun yang mewarisi ketampanan Lendra itu tidak suka dipuji lucu. Daripada dipuji lucu, Elzio lebih suka dipuji ganteng atau tampan.“El lucu, liat sini!"“Azka ganteng tangannya masukin ke kantong ya.”Meskipun wajahnya terlihat bete. Elzio berhasil menyelesaikan pemotretan pagi ini. Berbicara tentang pemotretan, ini kali pertama Elzio diminta oleh Megan untuk menjadi model pakaian anak-anak. Sedangkan Azka, ini tahun kedua dia menjadi model untuk produk Megan. Setelah kuliah dan memutuskan untuk menikah, Megan memilih bekerja sendiri tanpa terikat oleh orang lain. T
Sienna menatap kota New York dari balkon kamarnya. Kalau boleh jujur Sienna lebih menyukai negaranya daripada negara adidaya dimana dia tinggal saat ini. Tapi mau bagaimana lagi, dia harus menemani Lendra.Bukan karena dia tidak percaya Lendra, tapi dia yang tidak bisa jauh dengan suaminya. Kehamilannya membuatnya ingin terus dekat dengan Lendra. Sehingga daripada tersiksa, Sienna lebih memilih pindah.Sienna tersenyum saat merasakan seseorang menyelimuti tubuhnya, kemudian disusul oleh pelukan hangat. Wangi parfum suaminya menusuk indra penciumnya, membuat Sienna merasa tenang."Dingin Sayang, ngapain di luar?" tanya Lendra."Seneng aja liat kota New York dari sini."Hening. Keduanya diam, menikmati hangat dari pelukan mereka dan menikmati kerlap-kerlip lampu kota. Lendra menunduk, meletakkan dagunya di pundak sang istri. Menghirup aroma Sienna yang memabukkan."Savero jadi bulan madu di sini?" tanya Lendra."Enggak, Belva mau ke Swiss. Katanya New York terlalu biasa." Sienna terkeke
Sienna menunggu Lendra di sebrang perusahaan dimana suaminya itu bekerja. Sienna menunggu di sebuah kafe yang mana waktu itu Joshua juga menunggu Lendra. Semalam suaminya itu mengatakan kalau akan mengajak Sienna ke toko kue yang mana pemiliknya adalah adik dari bosnya.Mendengar makanan yang akan mereka, Sienna tentu saja setuju. Semua tentang makanan membuatnya excited. Keduanya sempat sedikit berdebat terkait waktunya.Lendra ingin setelah pulang kerja saja dan bersama-sama dari apartemennya menuju toko tersebut, tapi Sienna tidak setuju. Dia memilih mereka bertemu di kafe yang berada di sebrang perusahaan dimana Lendra bekerja.Bukan tanpa alasan Sienna memutuskan seperti itu, wanita itu tidak mau membuat suaminya lelah karena harus bolak-balik. Lagipula Sienna merasa baik-baik saja harus berjalan menuju tempat kerja Lendra.Selagi menunggu Lendra, Sienna memesan strawberry latte dan potato wedges. Syukurlah kafe sedang tidak ramai sehingga pesanan Sienna cepat dikerjakan.Tidak be
Lendra merenggangkan otot-ototnya yang terasa menegang karena duduk di depan komputer terlalu lama. Dia baru saja menyelesaikan pekerjaannya yang membuatnya terpaksa tinggal jauh dari anak-anaknya.Lendra melihat jam tangan yang melingkar di pergelangannya. Sekarang sudah waktunya pulang. Dia mulai mematikan komputer dan laptopnya, juga membereskan mejanya."Pak pulang duluan ya!"Lendra mengiyakan saat anggota timnya satu demi satu berpamitan kepadanya. Setelah mejanya terlihat rapi seperti biasa, ia beranjak dari duduknya membawa ponsel dan tas kerjanya meninggalkan ruangannya.Ponsel Lendra berdering pertanda ada pesan masuk. Dia menaiki lift terlebih dahulu sebelum memutuskan membaca pesan.[Pak Lendra toko roti saya akan buka mulai besok terima kasih atas design logonya. saya ada kupon khusus untuk bapak berlaku mulai besok sampai waktu yang tertera. Saya tunggu kunjungannya pak.]Lendra tersenyum tipis melihat pesan yang dikirim oleh Jane beserta foto toko kue milik wanita itu.
Sienna mengerjapkan matanya beberapa kali. Dia merasa asing dengan tempat ini, langit-langit ini bukanlah kamarnya di rumah orangtuanya ataupun kamarnya bersama Lendra.Kekehan terbit saat sadar kalau dia bukan di negaranya. Tapi di apartemen Lendra yang berada di luar negeri. Sienna membalikkan tubuhnya agar menghadap suaminya yang memeluknya dari belakang.Tangan Sienna terulur, menyentuh hidung Lendra yang terlihat tinggi, Sienna menurunkan jarinya hingga menyentuh bibir tipis Lendra yang entah sudah berapa kali dia cicipi."Mas.."Sienna menyentuh tenggorokannya saat merasakan tenggorokannya kering. Dengan terpaksa Sienna menyudahi aktivitasnya mengagumi ketampanan Lendra yang sedang tertidur.Sienna menatap tampilannya yang berantakan. Dia hanya mengenakan dalamannya, tadi saat sudah hampir terlelap, dia merasa sangat gerah sehingga dia membuang bajunya begitu saja. "Kok mas Lendra gak pake baju juga?" tanyanya saat melihat kemeja Lendra berada di bawah tempat tidurnya.Dengan s