Share

5. Rasa Ingin Tahu

Sienna menaruh ponselnya ke dalam tasnya setelah panggilan telpon dari Megan berakhir. Gadis itu menoleh saat seseorang memasukkan lima botol yogurt ke dalam keranjangnya. Jantung Sienna berdegup dengan kencang saat melihat pria tampan dengan setelan jas tersenyum kepadanya.

"Sial!" umpatnya.

Pria itu terkekeh mendengar umpatan gadis di sampingnya. Tangannya terulur mengambil keranjang yang terlihat sangat berat karena belanjaan gadis itu.

Sienna mendengus. "Kok bisa tahu aku di sini sih?" tanyanya.

"Percuma bayar mahal kalau gak bisa melacak keberadaan kamu."

Sienna menghentakkan kakinya. Berjalan menuju deretan kulkas yang berisi minuman-minuman. Dia membuka kulkas itu mengambil susu dan minuman dingin lainnya.

Pria itu terkekeh melihat wajah memberenggut Sienna. Sienna terlihat tidak senang bertemu dengannya. Tidak sepertinya yang lega mendapati Sienna baik-baik saja.

Sienna berjalan menuju kasir masih dengan pria berjas mengikutinya. Kasir itu sesekali mencuri pandang kepada pria berjas.

"Mba titip sebentar ya."

Setelah mendapat jawaban dari kasir Sienna menarik tangan pria berjas menuju tumpukan keranjang. Sienna memberikan dua keranjang kepada pria berjas.

Dengan menyeringai Sienna memberikan isyarat kepada pria berjas untuk mengikutinya. Sienna kembali ke tempat snack dan minuman dingin yang tertata rapi. Tanpa memikirkan berapa uang yang akan dia habiskan. Sienna memasukkan snack dan minuman-minuman dingin ke dalam keranjang.

"Kamu gila?" tanya pria berjas menahan bobot keranjang yang cukup berat.

"Iya." Setelah itu Sienna berjalan kembali menuju kasir.

"Bayarin."

Pria itu terkekeh mendengar nada bicara Sienna yang masih ketus kepadanya. Sienna menyuruhnya untuk membayar belanjaannya yang sangat banyak tapi dia tidak memintanya dengan baik. Benar-benar Sienna mode marah. Dia akan menyuruh sesuka hatinya.

"Terima kasih Mbak."

Sienna berjalan lebih dulu keluar Mini Market. Pria itu membawa belanjaan Sienna yang cukup banyak untuk ukuran perempuan yang tinggal seorang diri.

"Abang pulang aja. Aku balik ke kostan aku sendiri."

Savero, kakak laki-laki Sienna berjalan menuju mobilnya yang terparkir rapi di depan mini market. Tidak memperdulikan perkataan adiknya.

"Abang dengerin aku dulu issshh!!" Sienna menghentakkan kakinya berjalan menyusul Savero.

"Why Sweetheart? Abang gak denger kamu ngomong apa," kata Savero, menutup bagasi mobilnya.

"Abang pulang aja, jangan ikutin aku lagi. Bilang sama mami dan papi kalau aku gak mau dijodohin."

Savero membuka pintu di samping kemudi. Mendorong dengan perlahan Sienna agar masuk ke dalam mobil. Savero terkekeh saat mendengar teriakan Sienna karena dia menutup pintunya saat Sienna berbicara.

"Abang dengerin aku gak sih dari ta—"

"Sienna diam dulu, Setelah ini ikuti semua perkataan Abang," potong Savero. Membuat Sienna diam.

Savero memasangkan safe belt ke tubuh Sienna. Menurut Savero, adiknya itu orang yang aneh, dia tidak mau memakai safe belt jika sedang marah kepadanya.

Sienna akan berbuat sesuka dia jika sedang marah. Menjadi gadis urakan adalah gayanya jika sedang marah kepada seseorang. Dan orang yang sering merasakan itu adalah Savero.

"Belok atau lurus nih?" tanya Savero saat melihat pertigaan.

"Lurus aja terus, sampai capek," jawab Sienna.

"Lucu banget kamu Dek." Savero mengusap kepala Sienna dengan sayang.

Sienna membuang pandangannya ke luar jendela. Menikmati pemandangan pinggir jalan. Baginya pandangan di luar lebih menyenangkan daripada pemandangan di dalam mobil.

Savero memarkirkan mobilnya di depan kost putri dimana Sienna tinggal beberapa bulan ini. Masih seperti saat di Mini Market, Savero membawa belanjaan Sienna, mengikuti Sienna masuk ke area kost putri.

Savero terus berjalan. Mengabaikan tatapan penghuni kost lain. Beberapa dari mereka bahkan menghentikan kegiatan mereka demi melihat ketampanan Savero.

Wangi khas parfum kesukaan Sienna menyambut indra penciuman Savero. Savero masuk ke dalam kamar Sienna masih dengan sepatu melekat di kakinya.

"Abang sepatunya!!" teriak Sienna memukul punggung Savero.

Savero meletakkan belanjaan Sienna kemudian kembali ke luar untuk melepas sepatunya. Beberapa penghuni kost terkekeh mendengar teriakan Sienna.

"Kotor 'kan kamar aku," keluh Sienna. Menyapu bekas sepatu Savero di dalam kamarnya.

"Sorry, Abang gak tau kalau sepatu harus di lepas." Savero berjalan menuju kamar mandi Sienna. Melihat bagaimana bentuk kamar mandi di kamar yang kecil.

"Kecil banget kamar mandinya."

Sienna memutar matanya. "Abang pikir ini hotel yang kamar mandinya sebagus kamar mandi di rumah."

Savero mengabaikan perkataan Sienna. Dia kembali memperhatikan kamar adiknya. Kamar kecil itu terlihat cukup nyaman karena Sienna mendekor kamar itu dengan sangat rapi.

Di samping tempat tidur terdapat meja belajar. Di atas meja belajar terdapat foto-foto Sienna bersama keluarga, sahabat, dan idolanya.

Di samping meja belajar terdapat kulkas kecil berwarna hitam. Kulkas itu tidak akan pernah dibiarkan kosong oleh Sienna. Dia akan dengan segera membeli minuman untuk mengisi kulkas kosong itu.

"Bersih dan rapi, kamu yang dekor ini Dek?" tanya Savero dengan tidak yakin kalau Sienna yang merapikan kamarnya.

"Aku sama temen aku. Lihat di internet tutorialnya, terus aku beli barang-barangnya." Sienna merebahkan tubuhnya di kasur dengan nyaman.

"Pantes, Abang gak percaya sih kalau kamu yang kerjain semua ini."

Savero tahu betul adiknya. Di rumah, dia tidak pernah membersihkan kamarnya. Dia selalu meninggalkan kamarnya dalam ke adaan berantakan. Asisten rumah tangga yang akan membereskan kamarnya.

"Di sini apa-apa harus sendiri, gak bisa ngandelin orang lain. Mati kali kalau aku terlalu ngandelin orang lain."

Savero merebahkan tubuhnya di samping Sienna. Melihat kasur Sienna yang rapi, membuat Savero mengantuk. Kasur itu seperti memanggilnya untuk menidurinya.

"Bagus juga pemikiran kamu setelah pergi dari rumah. Jadi mandiri dan dewasa."

"Abang awas, sempit tau." Sienna berusaha mendorong tubuh besar Savero.

"Abang ngantuk pengen tidur, Sweetheart." Savero memeluk tubuh Sienna membuat Sienna kesal dengan tingkah kakaknya.

"Lepas dulu itu jasnya. Gak nyaman tidur pakai jas."

Savero melepas jasnya memberikan kepada Sienna. Dengan kesal Sienna beranjak meletakkan jas Savero di kepala kursi. Melihat mata panda kakaknya membuat Sienna tidak tega kembali mengusir kakaknya.

Savero terlihat sangat lelah. Dia terlihat kurang tidur. Mungkin kerjaannya terlalu banyak sehingga membuatnya kurang tidur. Sienna tidak tahu karena sudah beberapa minggu tidak bertemu dengan Savero.

Tok!

Tok!

"Kak Ara!"

"Sebentar!"

Sienna mencari plastik berisi pesanan Megan dan beberapa snack yang tadi dia beli. Setelah mendapatkan apa yang dia cari, Sienna membuka pintu dengan perlahan.

"Astaga Megan!" pekik Sienna saat melihat kening Megan yang menonjol dengan sedikit berwarna merah.

"Sakit tau Kak," keluhnya.

"Ayok ke dapur Kakak obatin."

Sienna menarik Megan menuju dapur. Dijalan tadi, Hana mengingatkan Sienna untuk masak siang karena mereka berdua yang piket memasak siang ini.

Piket memasak ini bukan untuk semua penghuni kost, piket ini hanya untuk Sienna, dan ketiga teman Megan. Mereka memiliki kost khusus mereka, dimana membahas semua hal random.

Sesampainya di dapur, ketiga teman Megan menatap Sienna dengan penuh selidik. Matanya menyiratkan banyak pertanyaan yang siap mereka keluarkan untuknya.

"Kak, cowok lo itu yang di kamar?"

Bersambung...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status