"Dendam yang kau pelihara hanya akan mengerogoti akal sehatmu untuk tetap berpikir waras."
__________________________________________________________________________Wei Fangying menatap wajah wanita paruh baya didepannya. Wajah yang masih tetap cantik di usianya yang menginjak 48 tahun. Dia adalah Tong Yuan, ibu kandung dari Wei Fangying. Tong Yuan adalah putri satu-satunya dari seorang Taipan yang sangat terkenal di Ghuangzhou dengan banyaknya proyek hunian yang ditanganinya. Tong Mian Zhu adalah ayah atau kakek Wei Fang ying.
Tatapan pemuda itu menyiratkan kekecewaan juga kesedihan yang teramat dalam. Setelah mendengarkan hasil akhir investigasi atas kecelakaan mobil yang dialami ayahnya. Wei Fangying meminta izin pada kakeknya untuk menemui ibu dan pamannya untuk mengklarifikasi semua yang dia dengar.
"Kenapa mama memiliki pemikiran buruk seperti itu?Apakah cinta dihati mama tak bisa mengalahkan kebencian?"
Tong Yuan menatap wajah putranya dengan tatapan sendu penuh penyesalan dan berkata dengan suaranya yang lembut,"Bukan kebencian yang menggerakkan hati mama, tapi rasa kecewa dan tersakiti yang membuat rasa cinta itu menguap entah kemana."
"Lalu apa sebenarnya yang dilakukan papa hingga mama berharap akan kematiannya."
"Xiao Fang ... masalah ini tak sesederhana apa yang terlihat dipermukaan. Bukan saja masalah prselingkuhan, sakit hati dan dendam. Tapi lebih dari itu."
"Bisakah, kau bercerita tentang itu semua. Agar aku bisa berkata pada hatiku untuk tidak terlalu menyalahkan dan membencimu." Pinta Wei Fangying penuh harap.
Dia sangat ingin mendengar langsung dari mulut mamanya atas semua kejadian yang baginya seperti mimpi.
Flashback on
Tong Yuan hanya menatap sendu kearah pria dan wanita yang sedang bercumbu di kamar tidur mereka. Wanita itu hanya bisa berdiri diam tanpa berniat menghentikan pergumulan dua manusia yang sudah tak memiliki rasa malu.
Dari balik pintu yang terbuka sedikit, mata bulat Tong Yuan dipaksa untuk menyaksikan bagaimana suami yang dia cintai dengan seluruh hidupnya berbagi kehangatan dan peluh di malam yang basah karena hujan dengan wanita lain.
Wanita bernama Jesika Wang, yang diketahui adalah sekretaris suaminya dikantor. Awalnya mereka sembunyi-sembunyi untuk menikmati hubungan cinta yang mereka jalin. Namun makin lama sikap mereka semakin berani. Bahkan beberapa kali Tong Yuan mendapat laporan dari pekerja di kantor suaminya kalau boss mereka kerab bercinta di ruang kerjanya bersama sekretaris cantik dan seksi bernama Jesika Wang. Walau kerab kali ditegur Wei Qio Yue tetap acuh dan semakin jadi dengan membawa pulang kekasihnya an bermain peran layaknya pasangan suami istri.
Suara desahan dan teriakan kenikmatan terdengar dari balik pintu itu diserta rengekan manja suara wanita yang membuat mual.
Tong Yuan akhirnya memilih untuk pergi kekamar putranya Wei Fangying untuk sekedar menumpahkan tangisnya.
Bila tidak memikirkan nasib putranya yang masih berusia satu lima tahun, mungkin Tong Yuan akan dengan berani meminta cerai dari suami yang tak menatapnya lagi sebagai wanita yang dicintainya.
"Kau jangan pernah menyuruhku untuk melepaskan nona Wang. Karena dibanding denganmu , nona Wang lebih baik darimu."
Kalimat itu selalu diucapkan Wei Qio Yue setiap kali Tong Yuan meminta penjelasan tentang status dirinya juga kekasih suaminya.
"Jika kamu berani meminta cerai. Maka seluruh hak waris milikmu juga Xiao Fang tak akan aku berikan." Ancaman itulah yang membuat Tong Yuan harus menerima nasibnya. Demi putra semata wayangnya, wanita itu bertahan diantara serpihan hatinya yang hancur berantakan.
Tak hanya ancaman yang diberikan pria itu, tetapi juga pukulan ditubuh ringkih Tong Yuan tiap kali wanita itu menolak melayani hasrat suaminya. Atau saat wanita itu tak mau melakukan apa yang diperintahkan suami kejamnya itu.
Dan ketika para pemegang saham menemukan kejanggalan laporang keuangan yang dibuat oleh Wei Qio Yue beserta orang-orangnya, menarik kemarahan panatua Wei. Wei Jun selaku pemilik bisnis Wei Jun Grup memerintahkan untuk mencabut jabatan Qio Yue selaku direktur utama dan menyerahkannya pada Wei Qio Lin yang tak lain adik dari Wei Qio Yue.
Wei Qio Yue yang tak terima atas pemecatan pada dirinya berupaya melakukan perusakan atas nama baik Wei Jun dengan bekerja sama dengan ayah kekasihnya yang merupakan ketua kelompok hitam yang merupakan musuh Wei Jun saat terlibat kasus perebutan pabrik uranium yang dimenangkan oleh Wei Jun.
Disaat Wei Jun Grup diambang kehancuran, Wei Qio Lin berupaya keras bersama orangnya untuk bisa menaikkan kembali kepercayaan para investor dan membuat kaki Wei Jun kembali kuat.
Wei Qio Lin yang merasa iba tiap kali melihat kakak iparnya menangis, akhirnya tak bisa menolak akan rasa suka yang datang dihatinya. Dengan upayanya yang lembut Wie Qio Lin berhasil memalingkkan tatapan penuh cinta Tong Yuan dari Wei Qio Yue suaminya ke Wei Qio Lin yang merupakan adik kandung suaminya.
Dan karena rasa tersakiti yang terlalu dalam membuat Tong Yuan menyerahkan dirinya kepelukan adik ipar hingga akhirnya dia mengandung benih dari pria yang sudah membuatnya tersenyum dan merasa nyaman.
Flashback off
Wei Fangying tertunduk dikursinya, kedua tangannya mengepal menahan marah yang tersimpan selama 17 tahun lamanya.
"Lalu mama begitu saja meminta paman Lin untuk mencelakai papa?"
"Tidak, mama tidak pernah meminta Tuhan menurunkan karmanya ke papamu. Tapi orang-orang yang disakiti papamulah yang mengirim karma itu. Papamu terlalu banyak menyakiti orang lain." Tong Yuan tampak menghapus tangannya yang basah. Sejak dua tahun ini , wanita cantik itu harus menjalani perawatan atas jantungnya yang mulai lemah.
"Termasuk dirimu, saat kejadian itu. Qio Yue tidak sedang membawamu untuk pergi mengunjungi kakek Wei. Tapi papamu berencana mengantarmu ke sebuah biara di Italia dan meninggalkanmu disana, agar bisa memperolah hak waris atas namamu dari kakek Wei. Karena kakek pikir, Qio Yue berniat menyekolahkanmu di sekolah anak ternama di Beijing."
"Hingga paman Lin merancang kecelakaan itu?"
"Awalnya tidak, tapi karena kesalahan informasi yang didapat. Anak buah paman Lin melakukan pengerusakan mobil hingga menyebabkan kecelakaan itu. Paman Lin sempat berupaya meminta tuan Mo Xiwen untuk menahanmu tidak ikut dengan Qio Yue, tapi pria tak mendengar perintah dari pamanmu."
Wei Fangying menghempaskan nafas marahnya begitu saja. Pria muda itu masih berusaha menahan emosi untuk tidak berteriak didepan mamanya.
"Xiao Fang. Masih bisakah mama meminta maafmu?"
Wei Fangying hanya diam, dirinya tak memiliki jawaban atas pertanyaan sang ibu. Sampai dirinya keluar dari rumah itu, Wei Fangying tetap tak memiliki jawaban atas permohonan sang ibu.
Pemuda itu memilih untuk melangkah keluar, dia tak punya tujuan, dia tak punya mimpi yang akan dia perjuangkan. Masa depannya terlihat suram sesuram perjalanan hidup kedua orangtuanya juga sesuram hari itu yang basah dan berkabut tebal karena hujan ditengah musim panas.
Hingga akhirnya Wei Fangying memutuskan untuk keluar dari rumah besar keluarga Wei . Bertekad mencari hidupnya sendiri tanpa bayang-bayang nama besar Wei Jun. Tanpa membawa haknya sebagai pewaris Wei Jun. Dia hanya membawa ijazah dan sedikit uang untuk bekal dan seorang perawatnya yang setia mengikuti kemana pun langkahnya menuju.
"Sakit dalam perjuangan itu hanya sementara. Bisa jadi kamu rasakan semenit, sejam, sehari , atau setahun . Namun jika menyerah, rasa sakit itu akan terasa selamanya." Lance Amstrong.____________________________________________________________________________Wei Fangying menatap negara Tiongkok yang semakin kecil dari ketinggian, airmata pun menetes di ujung matanya saat bayangan akan kenangan masa kecil bermain di pelupuk matanya. Masih sangat jelas dalam ingatannya, bagaimana kakek Wei menghapus diam-diam airmata yang jatuh di pipi tuanya saat dirinya meminta restu untuk hidup sendiri.Masih didengarnya suara tangis adik perempuannya Nuan Nuan yang tak rela ditinggalkan. Begitu juga tatapan sedih dan kecewa di mata adik lelakinya Wei Ju Long yangsempat berbisik akan mencari dan menyusul dirinya dimana pun berada. Tangis kehilangan dari mama, yang sepanjang usiannya lebih banyak menangis untuknya. Dan tatapan bersalah yang ditunjukkan paman Lin yang seakan ingi
"Teman yang baik bisa menjadi pintu rezeki namun teman yang buruk dia akan menutup rezeki."********Dengan menumpang kapal Wei Fengying bersama Jacky Lee menuju ke Kota Batam untuk mengambil uang sewa kapal milik ayahnya Jacky , Youpan Lee.Fengying mengedarkan pandangannya kesekeliling dermaga Batam yang cukup ramai."Biasanya apa yang dilakukan orang-orang di demaga ini ,Jack ?"Jacky pemuda berusia 20 tahun seorang programer di perusahaan IT ternama di Singapura, itu menoleh ."Kalau orang Singapura yang menyeberang ke Batam itu karena bisnis , seperti kita saat ini. Tapi kalau orang Indonesia ke Singapura sekedar jalan-jalan dan belanja saja."Fangying mengangguk mendengar penjelasan Jacky.Mereka lalu berjalan keluar Pelabuhan Batam Center setelah selesai dari pos imigrasi untuk melakukan pemeriksaan kartu pass keluar masuk baik dari Batam ke Singapura atau sebaliknya.
"Timah akan seperti tanah, kalau berada di tempatnya. Kayu cendana pun hanya akan seperti kayu bakar, bila menetap di tanah." *********** MerantaulahOrang berilmu dan beradab tidak tinggal beristirahat di kampung halaman. Tinggalkan negerimu dan hidup asing di negeri orang. MerantaulahKau akan mendapatkan pengganti dari orang-orang yang ditinggalkan ( kerabat dan kawan )Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang. Aku melihat udara menjadi rusak karena diam terputus Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, akan menggenang menjadi keruh. Singa jika tak keluar dari sarang , tak akan mendapat mangsa.Anak panah jika tak ditinggalkan busur, ta
"Kesuksesan merupakan mengembangkan kekuatan kita, sedangkan kegagalan adalah akumulasi dari kelemahan kita,"****Dalam kehidupan manusia tida ada rasa kepahitan, tidak ada kesakitan yang abadi, tidak ada lubang yang tidak dapat dilangkahi, dan tidak ada kesulitan yang tidak bisa di lewati."Ingat yang perlu di ingat, lupa dengan apa yang harus dilupakan, mengubah apa yang bisa di ubah dan menerima apa yang tidak dapat diubah." Gu Wei Gong berkata denganekspresi wajahnya yang hangat. Gu wei Gong ini adalah seorang pujangga yang kini memilih menjadi seorang biksu. Dia adalah guru spiritual Yupan yang kerab datang ke kedai untuk sekedar mengobrol dan memahami makna dari sebuat arti kehidupan."Apa yang bisa di ubah itu, guru Gu?" Wei Fangying sangat tertarik dengan kiasan yang disampaikan oleh pria bijak ini. Guru Gu tersenyum dan mengangguk."Yang bisa di ubah dalam kehidupan adalah nasib dan yang tak bisa di ubah dalam kehidupan itu adalah takdir.
"Semua mimpimu akan menjadi kenyataan jika kamu punya keberanian untuk mengejarnya."***Jika kamu ingin mengalahkan rasa takut, Jangan duduk di rumah dan berpikir tentang rasa takut itu. Pergilah keluar dan sibukkan dirimu agar rasa takut itu tak lagi bersemayam di pikiranmu.Hari ini Wei Fangying menyibukkan diri dengan menganilisa wilayah. Pemuda itu mulai pukul 6 pagi sudah berkeliling sekitar rumah Tan Sabran Zahirulloh, sahabat guru Gu yang tinggal di Kelana Jaya. Pakcik Tan bekerja sebagai guru besar di salah satu Universitas di Johor Bahru sementara istrinya memiliki balai latihan kecerdasan bagi perempuan. Pakcik Tan memiliki tiga orang anak, mereka sudah menikah dan tinggal di Kuala Lumpur juga di Inggris dan Jepang.Selama tinggal di rumah guru besar itu, Wei Fangying tak ubahnya sedang menjalankan peran sebagai mahasiswa. Karena saat sore hari Pakcik Tan akan membahas hal-hal krusial yang terjadi terutama masalah pertumbuhan ekonomi.
"Keberhasilan tidak akan mendatangimu, tetapi kamu sendiri yang harus mendatanginya."*****Karena terkendala bahasa terkadang membuat Fangying dan Wong Li Yue merasakan kesulitan. Karena tidak semua orang yang bertemu dengan mereka bisa dan paham berbahasa Inggris atau Mandarin. Apalagi buat Wong Li Yue yang bahasa Inggrisnya masih tidak beraturan, sesuka dia menyebutnya saja.Dan hari ini mereka berencana menghabiskan sabtu sore di Kuala Lumpur, karena hari ini Buntario sedang banyak uang. Upah kerjanya di Kilang di terimanya siang tadi.Mereka naik LRT sama seperti saat tiba sebulan yang lalu. Tujuan mereka kali ini adalah jalan Alor yaitu tempat wisata kuliner Kuala Lumpur yang sangat cocok untuk menyuka kuliner seperti Wong Li Yue. Tapi sebelumnya mereka mengunjungi Batu Caves, Kuil Hindu tempat yang akan dipenuhi banyak orang saat diadakan festifal Thaipusam. Tapi di hari biasa pun pengunjung tak pernah surut untuk berphoto dengan latar belakang pat
"Masalah yang kamu hadapi di masa lalu akan membantumu sukses di masa depan."***Wei Fangying membungkuk hormat di hadapan seorang pria yang sama-sam membungkukkan badannya. Dia adalah paman Chen, orang kepercayaan paman Lin yang juga ayah tirinya."Kenapa paman ada disini? dan bagaimana paman bisa tahu kalau saya terkurung di sini." tatapan curiga jelas diberikan Fangying pada pria yang berprofesi sebagai pengacara keluarga Wei itu."Ini semua adalah tugas dari Tuan besar Wei Jun dan tuan Wei Qio Lin, untuk menjaga tuan muda Wei dari jauh."Tuan Chen buru-buru menambah pernyataannya sebelum Fangying melayangkan protes. "Jangan berprasangka buruk pada kakek juga ayahmu, tuan muda. Mereka menugaskan saya untuk menjaga tuan muda tidak terlibat masalah hukum di negara lain. Status tuan muda di sini adalah warga negara asing yang kedudukannya sangat rentan. Oleh karena itu tuan besar memberi saya perintah untuk mendampingi uisi
"Segala kemungkinan kerab kali datang menghampiri. Dan segala kebetulan pun akan ikut menyertai."*****Ketiga pria itu pun melanjutkan perjalanan mereka, kali ini mereka akan berkeliling di sekitar Kelana Jaya atau lebih dikenal dengan nama Petaling Jaya salah satu kota modern di Selangor, yang memiliki fasilitas dan akomodasi yang lengkap. Di Petaling ini terdapat pusat perbelanjaan modern dan berbagai restoran, hingga kuil-kuil tradisional yang ikut memberikan warna pada kota satelit ini.Mereka akan menghabiskan libur selama dua hari hanya untuk bersenang-senang karena pada hari senin mereka akan mulai aktifitas mereka.Tiba-tiba dari arah berlawanan tampak seorang wanita berlari dengan wajah ketakutan. Wanita itu bersembunyi di belakang Wei Fangying dan kedua temannya duduk.Terdengar suara wanita itu mengiba meminta perlindungan,"Tolonglah pakcik, jangan sebar tahukan soal saya disini dengan laki-laki yang berlari di