/ Urban / MAS FAIMO BAKUL TEMPE / 05 . Awal Perjalanan

공유

05 . Awal Perjalanan

last update 최신 업데이트: 2021-08-15 00:18:32

"Sakit dalam perjuangan itu hanya sementara. Bisa jadi kamu rasakan semenit, sejam, sehari , atau setahun . Namun jika menyerah, rasa sakit itu akan terasa selamanya." Lance Amstrong.

____________________________________________________________________________

Wei Fangying menatap negara Tiongkok yang semakin kecil dari ketinggian, airmata pun menetes di ujung matanya saat bayangan akan kenangan masa kecil bermain di pelupuk matanya. Masih sangat jelas dalam ingatannya, bagaimana kakek Wei menghapus diam-diam airmata yang jatuh di pipi tuanya saat dirinya meminta restu untuk hidup sendiri.

Masih didengarnya suara tangis adik perempuannya Nuan Nuan yang tak rela ditinggalkan. Begitu juga tatapan sedih dan kecewa di mata adik lelakinya Wei Ju Long yangsempat berbisik akan mencari dan menyusul dirinya dimana pun berada. Tangis kehilangan dari mama, yang sepanjang usiannya lebih banyak menangis untuknya. Dan tatapan bersalah yang ditunjukkan paman Lin yang seakan ingin mengatakan kalau semua ini adalah kesalahannya.

Tidak paman, ini bukanlah kamu yang memulai tapi takdirlah yang mengatur ini semua. Takdir sudah menuliskan seperti inilah jalan cerita keluarga Wei. Paman Wei Qio Lin memang sangat berbeda dengan kakak lelakinya mendiang Wei Qio Yue yang arogan dan tak setia. Paman Lin type pria lembut berhati hangat yang sangat menyayanginya bukan sebagai keponakan tapi sebagai putra sulungnya.

Bahkan setiap bulan paman Lin tak pernah absen mengisi saldo tabungannya walau dirinya tak pernah memintanya. Dan secara perlahan paman Lin juga mengembalikan semua aset yang disiapkan oleh kakek untuknya, aset yang sempat direbut oleh mendiang ayahnya.

Bahkan paman Lin menugaskan salah satu pekerjanya untuk mendampingi dan memantau kehidupan Wei Fangying dari jauh. Agar putra pertamanya itu tidak merasa menderita sendirian di tanah yang jauh dari tanah leluhur.

Wei Fangying memejamkan kedua matanya, dia tak mengantuk seperti halnya paman Wong yang sudah tertidur nyenyak. Dia hanya memikirkan apa yang akan dia lakukan di Singapura nanti. Apakah dia hanya makan dan tidur dirumah sepupu jauhnya, atau bekerja dengan bermodalkan ijazah yang dia bawa. Wei Fangying sama sekali belum memiliki bayangan untuk itu.

Dia berjanji dalam hati, untuk tidak merepotkan kakek juga pamannya. Dia ingin buktikan kekuatannya sendiri dalam membentuk dua kaki yang kokoh dan dua lengan yang kuat untuk menopang ke hidupannya dimasa depan.

Suara merdu awak kabin membangunkannya akan mimpi makan bersama seluruh keluarga, saling bersenda gurau dengan menghadap aneka makanan lezat.

"Apa kita sudah sampai, tuan muda?" paman Wong yang juga terbangun mengedarkan pandangan ke sekeliling kabin ekonomi itu. Dirinya harus berhemat untuk uang yang dia bawa. Sebenarnya bisa saja dia memilih untuk duduk dikelas bisnis, tapi pikirnya itu hanya membuang uang saja. Sementara antara penumpang kelas bisnis dan ekonomi sampai ditujuan bersama-sama. Jadi apa istimewanya.

"Belum paman, pilot masih mencari jalur aman untuk turun ke landasan."

Paman Wong hanya mengangguk mendengar jawaban tuan mudanya ini. Lalu kembali menyandarkan punggungnya kekursi.

Tiga puluh menit kemudian suara pilot terdengar, mengabarkan kepada penumpang kalau pesawat sudah bersiap melakukan pendaratan di bandara internasional Changi, Singapura.

Wei Fangying segera memeriksa nomor telphone juga alamat milik kakak sepupunya itu agar tidak salah.

Hentakan roda dengan aspal landasan pacu menandakan kalau saat ini mereka sudah menginjak bumi, tidak lagi melayang diantara awan diatas ketinggian hampir 30 ribu kilometer. Dan akhirnya bangunan bandara Changi pun terlihat sempurna dengan segala kemewahannya

Fengying tetap berada di kursinya hingga semua penumpang turun, dia memang paling malas untuk berdesak-desakan.

Mereka langsung menuju ruang bahasi untuk mengambil tas yang tidak terlalu besar. Lalu melapor kepihak imigrasi bandara atas paspor yang mereka miliki.

Ternyata kakak sepupunya sudah menunggunya di depan pintu keluar gedung kedatangan. Pria bertubuh sedikit pendek darinya itu tersenyum lebar lalu memeluk saudaranya erat.

***

"Ayo kita langsung pulang saja, kakakmu Lin mei sudah menyiapkan makan siang istimewa untukmu." gege Youpan mengajak Wei Fangying juga paman Wong untuk masuk kedalam mobil milik kakak sepupunya itu.

****

Kehidupan yang baru bagi tuan muda Wei pun dimulai. Selama di Singapura yang merupakan kota modern di kawasan Asia Tenggara, Wei Fangying tinggal untuk sementara di salah satu flat di apartemen murah dikawasan yang tak jauh dari Marina Park, yang merupakan salah satu icon terkenal di Singapura dengan patung ikan berkepala manusia yang diberi nama Marlene.

Setiap pagi Fang Ying akan membantu kakak sepupunya membuak kedai Laksa makanan khas Singapura yang berupa mie dengan kuah pedas dengan rasa yang nikmat.

Bekerja dari pagi hingga menjelang sore, dan malamnya Fangying bekerja disebuah pusat keramaian bagi para penggemar kehidupan malam. Mencoba menjadi seorang bartender dengan percaya diri.

"Lusa, pergilah kau temani Jacky ke Batam. Dia kakak suruh menagih uang pembayaran sewa kapal."

Fangying mengangguk sembari tangannya membersihkan meja agar pelanggan yang datang merasa senang.

Batam, adalah salah satu kota penghubung antara Singapura dan Indonesia. Mengingat nama Indonesia, mendadak terbit senyum cerah penuh harapan di hati Fangying.

"Aku akan coba meletakkan garis start di Indonesia. Kakek, mohon restui aku."

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   26 . Rencana Jodoh Fai Mo

    Sejak lamarannya di tolak dan sejak dirinya memantapkan diri untuk mengadu nasib di Surabaya. Fai Mo tidak ada terlihat menjalin hubungan dengan seorang wanita. Waktunya di habiskan untuk mencari uang melalui tempe buatannya. Dia ingin memiliki bisnis sendiri tanpa bayang-bayang bisnis keluarga Wei Jun yang sudah membesarkannya selama ini. "Aku titipkan dia. Lanjutkan perjuanganku 'tuknyaBahagiakan dia, kau sayangi dia. Seperti ku menyayanginya." "Kan kuikhlaskan dia. Tak pantas ku bersanding dengannya 'Kan kuterima dengan lapang dada. Aku bukan jodohnya." Suara bariton milik Buntario terdengar di iringi petikan gitar pria itu. Sementara Fai Mo tampak tengah mengobrol melalui sambungan jarak jauh dengan adiknya Wu Nian dengan posisi rebahan di atas tikar dan hanya memakai celana pendek tanpa atasan, karena cuaca hari ini memang cukup terik.

  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   25 . Loss Doll

    "Hasil tidaklah membohongi atas usaha yang di keluarkan. Karena setiap usaha pasti mengharapkan hasil yang baik bukan sebaliknya."***Wei Fang Ying alias Fai Mo bertekad akan memajukan usahanya sendiri. Pria itu tak mengenal kata menyerah. Menempati rumah berlantai dua yang tidak terlalu besar, Fai Mo ditemani Buntario memulai hidupnya di kota Pahlawan Surabaya.Tetap membuat dan menjual tempe, Fai Mo memulai perjalanan hidupnya di kota besar ini. Memiliki tetangga yang sangat baik di kampung biluh membuat Fai Mo kerasan dan bisa membaur dengan mereka."Mas Fai Mo! besok saya pesan tempe yang bundar sepuluh ya!"pesan Bu Sulastri tetangga kampung sebelah yang menjadi pelanggan tetapnya."Wehh ...! lagi banyak pesanan kripik tempenya, ya Bu!"tanya Fai Mo seraya menurunkan tempe pesanan bu Sulastri yang memiliki usaha kripik tempe."Alhamdulillah! lancar, mas. Mereka suka kripik tempenya karena bahan bakunya sendiri juga sudah enak. Sampeyan p

  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   24 . Bercocok Tanam

    "Tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras dan tidak ada kesulitan tanpa adanya kemudahan. Karena Tuhan Maha Tahu akan apa yang terbaik untuk umatnya." ***** Wei Feng Ying alias Fai Mo semakin serius dengan usahanya untuk bisa menadiri dari bisnis di bidang kuliner yaitu membuat tempe. Jenis makanan yang sama sekali janggal ditelinga karena di negara asalnya, makanan ini tidak ada. Yang Fai Mo tahu hanya tauco, yaitu fermentasi kacang kedelai uang di gunakan untuk bahan campuran masakan. Dan Fai Mo yang merasa usianya semakin bertambah, dia pun berkeinginan untuk memiliki kekasih dan menikahinya satu hari nanti. Dan pilihannya jatuh pada Wulansari. Gadis berparas ayu dan berasal dari keluarga yang cukup berada. Pertemuan mereka bermula pada saat Fai Mo mengantar pesanan tempe di salah satu warung makan yang ternyata milik budenya Wulan. Dari hanya saling pandang, dan berkat bantuan Buntario yang ternyata teman sekelas Wulan sewaktu SMP. Fai Mo b

  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   23 . Khitan

    "Bila sudah cinta tak perlu kau bertanya lagi apa alasannya kenapa saling cinta, karena cinta tak butuh sebuah alasan tapi dia butuh sebuah tindakan."******Fai Mo juga Buntario saling berpandangan seolah saling meminta pendapat atas permasalahan teman mereka ini. Sementara Karsan lebih tertarik dengan obrolan bisnis jamur merang dengan salah satu tetangga Sherly dan Wong Li Yue yang sudah bergerilya mengabsen menu jamuan tasyakuran ini."Apa hal ini sudah kamu bicarakan dengan Ardian?""Belum sih, Fai. Aku masih ragu.""Ragu kenapa? Soal status pernikahanmu?"Sherly mengangguk dan kembali berkata dengan lirih,"Iya, itu rasanya kok mengganjal sekali.""Setahu Aku, yo Mbak! Bila seorang pria sudah mencintai seorang wanita, dia tidak perduli dengan status apapun wanita itu. Dan Aku yakin, Ardian sudah memikirkan hal tersebut. Ada baiknya kamu bicarakan ini sama dia, biar enak ke depannya.""Bener itu, Aku setuju dengan pendapat

  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   22 . Sherly

    "Teman sejati itu akan selalu ada di hati bukan saja selalu ada di sisi. Tak pernah pergi walau disuruh pergi, tetap memberi tanpa pernah harap kembali."*******Sabtu ini Fai Mo beserta ketiga temennya berencana mengunjungi Sherly di Sumber Manjing, Malang. Memenuhi undangan wanita itu dalam tasyakuran anaknya yang baru saja di khitan.Dengan meminjam mobil milik kang Tarno kakak iparnya Karsan mereka pun pergi ke Malang dan berencana akan menginap di rumah mas Andri, anak bapak pemilik warung makan di stasiun Kota Baru Malang."Mbak Sherly ini beneran janda, Mo?"tanya Karsan penuh rasa penasaran saat mendengar cerita tentang Sely dari Buntario dan Wong Lu Yue.Fai Mo jelas menggeleng menjawab pertanyaan Karsa sembari tetap fokus menyetir."Saya ndak tahu pastinya, tapi kalau dari ceritanya mbak Sherly sendiri sih statusnya janda anak satu.""Kira-kira, dia mau ndak ya sama saya?"Fai Mo mengangkat kedua bahu

  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   21 . Kedelai Bukan Keledai

    "Tidak ada satu usaha pun yang tak memiliki hasil. Hanya seorang pemalas saja yang mengatakan setiap usaha itu hanya sia-sia karena dia tak pernah mengerjakannya."*********Hidup sederhana di desa, dengan peralatan yang apa adanya dijalani Wei Fangying yang sekarang memiliki nama baru pemberian simbok angkatnya yaitu Fai Mo. Jauh memang dari nama aslinya, tapi Fai Mo sangat menyukai nama pemberian dari orang-orang yang menerimanya dengan tulus. Mereka tak ada yang menanyakan asal usul keluarganya, tak juga bertanya status sosialnya. Mereka menerima Fai Mo dengan mereka yang terbuka lebar.Mengawali kehidupan penuh perjuangan membuat Fai Mo semakin menyadari bahwa selama ini dirinya terlalu terlena dengan kehidupan serba ada ala keluarga Wei yang terkenal sebagai pengusaha sangat sukses.Dan dirinya sangat bersyukur memiliki seorang kakek Wei Jun yang sangat tegas dalam mendidiknya. Sejak kecil sang kakek kerab memintanya untuk men

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status