Beranda / Romansa / MAS, KAWIN YUK?! / [5] Mungkinkah Adnan Cemburu?!

Share

[5] Mungkinkah Adnan Cemburu?!

Penulis: qeynov
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-28 20:54:48

Bagaimana caranya agar Cinta mengerti bahwa hubungan mereka tidak dapat berkembang menjadi sebuah romansa?! Pemikiran itulah yang terus mendiami otak Adnan sejak dirinya menduduki kursi kerja di ruang kantornya.   

Adnan tak memikirkan mobil mahalnya yang harus memasuki tempat reparasi. Ia merasa bahwa kejadian nahas itu terjadi akibat kesalahannya yang rupanya masih belum sigap menghadapi sikap ajaib sekretarisnya.

“Cinta, bagaimana cara untuk menghentikan kamu?” monolog Adnan sembari mengetuk-ngetukkan punggung ruas jari tengah pada meja kerjanya.

Bibir pria itu terlipat ke dalam dengan wajah yang kental akan ekspresi berpikir keras.

“Hah!” hembus Adnan melalui kedua lubang hidungnya.

Sungguh, kasih sayang yang Cinta berikan untuknya sangatlah memberatkan. Dengan menolak Cinta bukan berarti dirinya ingin menyakiti hati gadis itu.

Tidak! Penolakan itu tak bermaksud demikian.

Adnan menolak karena ia memang tak lebih terhadap anak sahabat ibunya. Selain itu, ia juga harus menjaga hati kekasihnya sekalipun hubungan mereka ditentang dari berbagai arah. Adnan masih ingin mengusahakan hubungannya bersama sang kekasih hati agar mendapatkan doa restu keluarganya.

Walau sulit sulit, Adnan akan terus mencoba. Ia menjanjikan hal itu kepada Arabela dan pantang untuknya mengkhianati janji yang telah ia terlontar dari mulutnya.

“Cinta, Cinta.” Racau Adna, menggelengkan kepala.

“Yuhuuuu!! Cinta is comin Mas Adnan.”

Tak pelak Adnan pun tersentak. Tanpa sadar pria itu bahkan mendorong kursi kerjanya ke belakang.

“Cin-Cinta? Kok kamu bisa denger saya manggil kamu?” tanya Adnan yang terkaget-kaget dengan kehadiran sekretaris ajaibnya.

Cinta pun menyengir. “Iya dong. Kita kan sehati.” Jawabannya pun membuat jantung Adnan seperti tertembak oleh peluru tak kasat mata.

“Cinta, serius sedikit ya. Saya mau jantungan loh rasanya..”

“Aih!” Cinta melambaikan tangan tepat diwajahnya. “Nggak apa-apa.. Nanti Cinta obatin jantungnya biar sehat seperti sedia kala Mas.”

“Ehem..” Adnan berdehem. Pria itu membenarkan posisi duduk dan kancing kemejanya yang tidak bermasalah. “Why Cinta? Ada apa kok masuk ruangan saya?” tanya Adnan kembali demi untuk mengalihkan topik pembicaraan.

“Oh, itu. Di depan ada temen Mas Adnan. Tapi..”

“Ya?” Adnan menaikkan sebelah alisnya, menunggu kelanjutan kalimat Cinta yang tampaknya sengaja dijeda.

“Kalau dilihat dari mukanya, Cinta nggak yakin deh kalau itu temennya Mas Adnan.”

Eh! Mana bisa seperti itu! Memangnya kategori memilah teman hanya berdasarkan raut wajah kah?!— Sekretarisnya memang benar-benar unik kan?! Sampai memilih teman saja dia mempunyai standar uniknya tersendiri.

“Memang mukanya dia gimana, Cin?”

“Eum, ganteng sih, Mas. Kalau menurut Cinta, ya, agak gantengan dia dikit lah daripada Mas Adnan.”

Plak!!

Jika tadi senapan yang menembaknya, maka kali ini Adnan seperti tengah merasakan tamparan tak kasat mata yang dilayangkan jari-jari lentik Cinta pada pipinya.

‘Kok begitu? Kalau kamu suka bukannya harusnya saya jadi yang paling ganteng dimata kamu ya?! Wah, sukanya kamu kayaknya cuman tipu-tipu aja nih, Cin!’ dumel Adnan dalam hatinya.

Pria itu tak sadar saja jika dumelannya dapat diartikan sebagai sebuah kecemburuan terhadap gadis yang tak diingininya.

“Owh, begitu. Nam-Namanya.. Kamu tanya nama tamu yang ngaku sebagai teman saya kan?”

“Kim..”

“Kimberly?”

“Aish, cowok Mas Adnan! Kan Cinta tadi bilang kalau dia lebih ganteng dari Mas!” protes Cinta karena tampaknya Adnan tidak mendengarkan laporannya.

“Ah, iya, iya.. Kim siapa dong?”

Wait..”

Cinta membelai dagunya naik turun. “Kim..” gumamnya seraya mengingat kembali siapa tamu yang mencari atasannya.

“Kim.. Kim Nat..”

“Kim Nathan?!”

“Nah! Iya!” pekik Cinta, membenarkan. Gadis itu lantas mendekati kursi kerja Adnan dengan langkah cepatnya. “Mas Adnan, Mas!! Dia Oppa-Oppa Korea ya?” selidik Cinta, antusias.

“Masih muda dia, Cin. Masa kamu panggil Opa..”

Gemas dengan tanggapan Adnan yang ndeso, Cinta pun mencubit lengan pria itu. “OPPA Mas, bukan Opa! Beda keleus. Oppa tuh buat sebutan orang Korea!!” Perjelas Cinta agar Adnan mengerti maksud dari perkataannya.

“Iya, dia keturunan Korea tapi Mamanya orang Semarang.”

“Widih! Bisa nih buat cuci mata kalau Cinta bosen ngeliat Mas Adnan.”

Adnan membelalakkan matanya. Pernyataan Cinta saat ini begitu kontras dengan ungkapan rasa cinta yang setiap harinya selalu gadis itu gaungkan ditelinganya.

“Kamu udah nggak suka sama saya?”

“Masih kok, Mas. Mas nomor satu di hati Cinta. Tapi ya.. Gimana ya..”

Adnan mencondongkan punggungnya ke depan. “Gimana apanya, Cin?”

“Berhubung Mas Adnan lagi mendua sama Mbak Ara, bolehlah Cinta yang nunggu putusnya, nyari kasih sayang ke orang lain dulu.”

“Oalah, Mbak Cinta jomblo toh? Annyeong, Nan..”

Suara seorang laki-laki yang berdiri pada ambang pintu ruang kerja Adnan pun menyentak keduanya.

Cinta kontan terburu-buru untuk memutar tubuh. “Statusnya jomblo, Oppa. Tapi hatinya nyangkut ke pacar orang, hehehe..” Aku Cinta, terlewat jujur.

Adnan yang berada dibelakang tubuh Cinta tak kuasa untuk menepuk keningnya. “Hai, Bro. Masuk-masuk. Nggak usah didengerin sekretaris gue.  Anaknya agak unik emang.”

Nathan terbahak. “She is cute..” Puji pria itu dengan senyum ramahnya.

“Kalau Mbaknya mau mendua hati, saya kosong kok. Kebetulan saya pulang ke Indonesia untuk cari pasangan orang sini.”

Cinca?” balas Cinta, sumringah. Gadis itu menggunakan bahasa Korea yang dirinya dengar dari drama.

Ne.”

“Ya Ampun, Mas Oppa. Cinta free sampe janur kuning melambai di depan rumah Mas Adnan. Yuk lah kita try. Siapa tau pas Mas Adnan beneran nikah, Cinta patah hatinya kan nggak usah nggak lama-lama jadinya.”

“Cinta...” panggil Adnan, lemah-lembut.

What up’s,  Mas Adnan? Mas Adnan cembokur? Panas kah hatinya? Mau telepon Mbak Ara buat minta putus?”

Adnan menggeleng. “Tolong telepon pantry dari meja kamu ya. Minta buatin americano dingin.”

“Yah, Mas Adnan nggak asik!!” dengus Cinta, menghentak-hentakkan kakinya ke lantai.

“Mas Oppa, bentar ya. Ntar kita sambung lagi PDKT-nya.” Ucap Cinta, mengerlingkan satu matanya hingga membuat Nathan terpingkal.

Setelah pintu ruang kerja Adnan ditutup dengan bantingan yang tak keras, Nathan pun membuka kembali mulutnya. “Gila. Your secretary. She is very nice. Kalau diliat-liat, interaksi kalian nggak kayak bawahan sama atasan.”

“Dia gadis yang nyokap pengen jadiin mantu.”

“Really?”

Bak tersambar petir di siang bolong, kesadaran Adnan pun serasa dibangkitkan. ‘Kenapa saya harus menjelaskan sedetail ini? Kenapa nggak saya jodohkan saja mereka berdua biar hubungan saya dan Araya aman.’

“Lo tertarik?”

“Siapa yang nggak suka sama gadis seimut itu. Even bukan gue, cowok-cowok diluar sana pasti banyak yang ngantri.”

Entah mengapa, Adnan merasa terganggu mendengarnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • MAS, KAWIN YUK?!   [101]

    “O-iya loh. Mirip.” Samuel tak hentinya memandangi album foto berisikan potret bayi mungil yang tak lain adalah menantu perempuannya. Ia lalu menggeser pandangan, memindai kembali rupa cucu hasil pernikahan putranya dengan wanita itu. “Nggak ada bedanya sama sekali. Plek-ketiplek kayak yang Cinta bilang.” Plak! Gemas dengan keheranan suaminya, Diah pun melayangkan pukulan pada pundak pria paruh baya itu. “Apa sih, Pi? Masa baru percaya sekarang. Kita loh punya fotonya Cinta dari segala usia.” Tutur ibu kandung Adnan itu, memarahi Samuel yang baru bisa mempercayai penuturan mereka. Sudah dibilang Amora itu cetakannya Cinta. Tidak ada satupun bagian dari Cinta yang terlewat dalam proses terbentuknya rupa cucunya. “ini kali ya, yang dibilang kita punya 7 kembaran.” Diah melengos sedangkan Dimas, besannya— pria itu mengedikkan bahu. ‘Suka-Suka lo aja-lah, Sam.’ lontar Dimas, membatin. “Ckckckck! Niar banget loh sampe bawain foto bayi aku. Orang tuh nengok lahiran bawa makanan

  • MAS, KAWIN YUK?!   [100]

    Amora Anindya Wiyoko— nama itu Adnan ciptakan dengan mengingat sang istri dalam setiap pertimbangannya. Amora, suku pertama ini Adnan ambil dari kata amor yang jika diartikan kedalam bahasa Indonesia, akan merujuk pada nama wanita yang telah bertaruh nyawa untuk melahirkan putrinya. Sedangkan untuk Anindya, Adnan mengambilnya dari bahasa Sansekerta yang berartikan cantik. Paras ayu Cinta pasti akan menurun pada sang putri. Adnan berharap putrinya kelak dapat tumbuh rupawan seperti halnya istri yang ia kasihi. “Astaga.. Cinta banget mukanya. Padahal anak cewek loh.” Dan, yah! Harapan Adnan terkabul. Gen istrinya bekerja lebih banyak, membuat Adnan kini mempunyai miniatur wanita yang sangat dirinya cintai. “Bangun-bangun pingsan ini anaknya.” Mendengar celotehan ibu mertuanya, Adnan pun tak dapat menahan kekehannya. Semoga saja istrinya tidak berulah setelah sadar. “Aneh banget ya? Anak cewek loh. Kok malah lebih mirip mamanya daripada papanya.” Ucap Dimas, ikut heran sama se

  • MAS, KAWIN YUK?!   [99]

    “Simon gimana, Mas? Ada bales?” Adnan menggenggam erat telapak tangan Cinta. “Sayang.. Nggak usah mikirin Simon dulu ya.” Ia lalu meminta agar sang istri fokus pada persalinannya saja. Bagaimanapun juga, ketidakhadiran istrinya dalam pernikahan pria itu berada diluar kendali manusia. Absennya Cinta disebabkan oleh perihal yang tidak dapat diganggu gugat oleh seorang makhluk. Sungguh, ini benar-benar diluar kuasa mereka. “Iya, Cin. Bunda juga udah minta maaf ke maminya Simon. Kamu tenang aja. Simon pasti ngerti.” Ucap Nirmala, membelai kepala putrinya. Dini hari menjelang subuh, sahabatnya menelepon, mengabarkan jika Cinta mengalami kontraksi hebat. Setelah dilarikan ke rumah sakit ibu dan anak di daerah Kemang, dalam perjalanannya menyusul sang putri, ia mendapatkan kabar bila Cinta sudah mengalami pecah ketuban. Saat itulah, ditengah kepanikannya, ia menghubungi mami Simon. “Sakit, Mas.” “Sabar ya, Sayang. Kamu.. Kamu mau operasi aja?” tanya Adnan, semakin tak tega melihat sang i

  • MAS, KAWIN YUK?!   [98]

    “Bun, shopping yuk.” Ajak Cinta, tiba-tiba.Mendengar itu, Nirmala pun menghentikan aktivitas menyulam yang sedang ia kerjakan. Ia menatap sang putri, lalu bertanya, “mau belanja apa?” Saat putri dan menantunya berkunjung bersama suaminya, ibunda Cinta itu tengah mengisi waktu luangnya dengan menciptakan sebuah karya yang nantinya akan ia jadikan sebagai hadiah kelahiran cucu pertamanya.“Emang kalau shopping harus udah ada yang mau dibeli dulu ya?”“Ya, iya dong. Kocak ini anak. Kalau nggak ada yang mau dibeli, ngapain kamu ngajakin Bunda belanja?”“Astaga, Bun. Konsep dari mana itu? Nggak mesti ya! yang penting pergi aja dulu. Ntar juga pasti ada yang pengen dibeli.”Nirmala pun berdecak dan decakkannya itu membuat Cinta kembali berkata-kata.“Please, Bun. Jangan pelit-pelit banget sama diri sendiri. Suami Bunda loh banyak duit. Matanya dimanjain. Kalau nemu barang bagus, bungkus. Shopping diluar kebutuhan nggak akan bikin Bunda miskin kok.”Nirmala menggelengkan kepala, tak habis p

  • MAS, KAWIN YUK?!   [97]

    Keributan yang disebabkan oleh Cinta di dalam showroom milik sang ayah dapat teratasi dengan cepat setelah Dimas mendatangkan relasinya bersama datangnya satu unit motor bebek keluaran terbaru ke hadapan si ibu hamil. “Kalau ini dijamin Ibunya bisa naikin.” Seloroh Dimas, menepuk bagian kepala motor yang didatangkannya.Tahu bahwa ayahnya kesal, Cinta pun meringis. “Hehe..” Ia menunjukkan deretan gigi putihnya. Memasang ekspresi bersalah yang dibalut dengan cengiran manisnya. Ia kan hanya ingin berbuat baik. Berhubung ayahnya mempunyai bisnis jual-beli kendaraan, situasi itu hendak ia manfaatkan agar dirinya tak perlu keluar uang.“Moge yang tadi keren loh padahal. Ibu beneran nggak mau?” tanya Cinta untuk memastikan apakah si ibu benar-benar tidak berminat dengan motor yang ia pilihkan.Sedikit ngeyel nggak ngaruh kan? Toh keluarga ayahnya tidak akan jatuh miskin hanya karena menghibahkan sebuah motor.“Nggak, Non. Bahaya. Selain saya nggak bisa naikinnya, di lingkungan saya pasti r

  • MAS, KAWIN YUK?!   [96]

    Kata siapa menjadi istri pria kaya akan menghindarkan kita dari berbagai masalah? Siapa yang bilang, hah?!Sebagai istri pria keyong-reyong yang nantinya akan mewarisi kerajaan bisnis papi mertuanya, Cinta dengan sungguh menolak keras statement menyesatkan kaum materialistis itu.Para wanita yang memiliki pemikiran sesempit itu, Cinta yakin mereka hanya hidup di dalam angan-angan indah belaka. Mereka jelas merupakan kaum-kaum pengkhayal yang tak melibatkan unsur kelogisan ke dalam cara berpikirnya.Mana ada kaya sama dengan bebas masalah. Tidak seperti itu, Suketi! Karena yang namanya masalah pasti tidak memandang kasta. Akan tiba masanya dia datang tanpa membawa surat undangan. Seperti sekarang contohnya.“Hiks, itu orangnya mati nggak, Pak?” Cinta bertanya dengan tangis sesenggukannya.Secara tidak sengaja ia terlibat dengan kecelakaan ketika hendak menyusul Adnan. Sejak meninggalkan kediaman orang tua suaminya, ia tidak pernah menyusun planning untuk menabrak pengendara lain di jal

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status