Home / Romansa / MBOK JAMU SEKSI / Pelecehan Verbal

Share

Pelecehan Verbal

last update Last Updated: 2025-02-09 11:24:15

"Suit! Suit! Marni, sini Sayang, ga kangen sama Abang! Sombong bener dah ah! Astaga naga! Tuh Bokong Bahenol banget!"

"Marni, Marni, usah ga usah jualan Jamu! Mending sini aja Abang kelonin!"

"Duh ileh! Tuh semangka bulet amat! Jadi pengen Enen!"

Marni tak mengubris celotehan yang menjurus pelecehan secara verbal. Sudah kebal telinga Marni setiap hari aaat ia mendatangi pasar untuk berbelanja bahan-bahan membuat jamu.

Meladeni? Marah! Buat Marni buang-buang energi!

Selama Mereka cuma mau menggoda saja tanpa menyentuh silahkan. Mau berfantasi senam lima jari pake bayangan dirinya, ra urus!

Yang penting jangan noel apalagi grapa grepe, Marni ga segan nendang manuke jadi manuk cucak rowo.

"Loh Mar, tumben masih siang sudah kesini? Wes habis toh jamumu?" Bude Sri langganan Marni membeli kunyit dan kawan-kawannya menatap heran belum tengah hari Marni sudah belanja.

"Alhamdulillah laris manis Bude. Biasa ada Bude?" Marni duduk selonjoran meletakkan bakul jamu dari gendongannya. Memilih duduk menemani si Bude yang tengah menyortir pinang.

"Lengkap pool. Lah ini pinang pesananmu lagi Bide pilihan yang bagus-bagus. Lah wong Kamu kan pesen ke Bude maunya yang besar dan begini toh?" Bude Sri menyodorkan sebutir pinang yang sesuai kriteria Marni.

"Mantep ini Bude! Soalnya banyak yang pesen Ramuan Pamungkas Bude. Katanya Jamu Marni yang satu ini Jamu Anti Pelakor dan Anti Ani-Ani." Marni membantu Bude Sri agar lebih cepat menyortir pinang-pinang dalam tampah besar itu.

"Anak sekarang lah yo macem-macem ae bahasanya Ndok. Yo Ani-Ani dulu setahu Bude buat panen Padi di sawah. Lah sekarang opo meneh Ani-Ani nyambung ke pinang sama Jamu."

Marni tertawa melihat raut wajah serius Bude Sri yang belum paham istilah Ani-Ani.

"Jadi yang dimaksud Ani-Nai itu Bude, bukan Ani-Ani yang dipake buat panen Padi. Lah kalau itu Abi-Aninya bermanfaat. Lah Ani-Ani yang Marni maksud malah bikin Istri-Istri SAH melarat!"

"Loh kok iso ngono toh Ndok? Lah Ani-Ani ne sejenis opo? Tuyul?"

Marni semakin terbahak-bahak. Ada-ada saja ya Bude Sri menyamakan Ani-Ani dengan tuyul. Eits, ada kesamaan deh.

"Loh yo Kamu malah ketawa! Yo Bude makin ruwet urusan si Ani-Ani itu. Moso sekarang bisa bikin melarat, yo apa ya podo karo tuyul! Ya duite kalo diambil tuyul iso bikin melarat! Ngono?"

"Hehehe. Iya Bude. Ani-Ani itu ibarat tuyul! Bener Bude. Sama-sama morotin duite. Tapi Duite lanange wong."

"Sek, Sek, loh jadi Ani-Ani itu podo karo Gundik yo?" Bude Sri memisahkan pinang yang sudah menjadi pilihan terbaik ke dalam kantong plastik hitam yang akan dibawa Marni.

"100 buat Bude! 1000 buat Aku!" Tawa Marni semakin ceria sambil membantu memasukkan bahan yang sudah ia beli dari Bude Sri.

"Oalah. Yo namanya saja ya berubah. Tapi kelakuannya podo koyo Demit!"

Marni bisa melihat bagaimana rona wajah Bude Sri yang berubah. Sejak lama Marni mengenal Bude Sri, sejak jaman Si Mbah Marni masih hidup hingga kini, Marni yang terus meneruskan jualan Jamu Bude Sri yang Marni kenal begitu ceria dan senang guyon menyimpan pengalamn pahit di hidupnya.

Marni tahu dari Almarhumah Si Mbah, kalau Bude Sri dulu pernah dimadu oleh sang Suami. Karena Bude Sri tak kunjung punya anak dan Mertua dari Bude Sri sering mengatakan kalau Bude Sri Gabuk. Gabuk itu artinya tidak beranak atau mandul. Kejam sekali bukan?

Hingga tanpa sepengatahuan Bude Sri, Suaminya dinikahkan lagi dengan perempuan pilihan Mertua Bude Sri. Dan setelah setahun diketahui bahwa yang sebetulnya Gabuk bukan Bude Sri tetapi sang Suami. Padahal Istri Muda Suami Bude Sri sempat hamil namun ketahuan kalau sang Madu hamil dengan pria lain.

Sekitar 15 tahun yang lalu, Suami Bude Sri berpulang. Sakit kencing manis dan selama ini sebetulnya sang Suami sudah mengalami disfungsi ereksi yang membuat selama ini itulah penyebab Istri-Istrinya termasuk Bude Sri tidak hamil-hamil.

"Bude," Marni melihat sorot menerawang Bude Sri.

"Eh, yo Bude malah ngelamun, ada lagi Ndok?" Bude Sri melihat kantong-kantong pesanan Marni apakah sudah komplit semua.

"Sudah komplit. Makasi yo Bude. Sudah nemeni dan dukung Marni. Kalau ga ada Bude Marni ga tahu apalagi sejak Si Mbah wes mulih."

"Sama-sama Cah Ayu. Mugi-mugi Gusti Allah paringi Kita sehat ya. Bude yo pingin lihat Kamu jadi Manten. Pasti cuantek pol!"

"Marni ga harap banyak Bude. Tapi tak aamiinkan saja.

"Ndok, Kamu ra mau kerja lain? Maksud Bude, Kamu masih muda. Masa depanmu masih panjang. Siapa tahu Kamu bisa kerja di pabrik. Lah Kamu kan lukusan SMK."

Marni tersenyum, meraih jemari keriput yang menjadi saksi kerasnya perjuangan seorang wanita bernama Bude Sri.

"Marni seneng nerusin dagagannya si Mbah. Banyak orang susah-susah cari kerja, lah si Mbak malah mewarisi pekerjaan yang jelas dapat duite Bude. Walau ga banyak tapi muter. Bisa hidup dari Jualan Jamu."

"Ya sudah. Kalo Kamu nyaman Jualan Jamu Ndok. Tapi Bude kesel sama itu omongan lanang ya ngece ke Kamu. Mana genit begitu. Tapi Kamu gapapa kan Ndok? Ga diusili Mereka?" Rasa sayangnya Bude Sri kepada Marni telah menganggap Marni layaknya anaknya sendiri.

"Ndak Bude. Mereka masih sebatas ucapan saja. Kalau berani pegang wes tak selengkat selangkinya. Biar manuke ambyar!"

Bude Sri dan Marni tertawa, masing-masing kepikiran bagaimana kalau Manuk pria-pria genit itu beneran Ambyar, bisa-bisa di demo bojone neng Omah.

"Bude, ini uangnya." Marni menyerahkan uang pesanan rempah-rempah Jamunya kepada Bude Sri.

"Matur suwon yo Ndok. Semoga laris terus Jamumu. Cepet dapat jodoh!"

"Aamiin."

Marni pamit oada Bude Sri dengan iringan tatapan penuh cinta dan doa dari sosok paruh baya yang begitu tulus menyayanginya.

Bakul jamu milik Marni bertambah berat kembali karena terisi bahan-bahan membuat Jamu.

Marni sekalian berbekanja kebutuhan sehari-harinya. Sedeehana saja membeli beras yang kebetulan stoknya habis dirumah dan sekilo telur ayam. Perbawang-bawang dan cabe.

"Besok sebelum keliling bikin nasi goreng terasi yo kayaknya enak." Marni yang sedang memilih ketimun membayangkan membuat sarapan Nasi Goreng terasi dengan telur mata sapi begitu menggugah selera ditambah lalap ketimun.

"Neng yang milih ketimun, Abang yang ngilu!" Salah satu penjual sayur menggoda Marni saat Marni sedang serius memilih ketimun.

"Tuh ada terong Neng! Siapa tahu butuh! Apa mau yang asli! Hehehe!"

Marni tak menggibris, biarkan saja. Toh cuma ngucap. Kecuali megang bahkan sampe anggur-anggur wes tak potong buar jadi Manuk Goreng.

Pakaian yang dipakai Marni tidak bagus. Sederhana. Tidak juga terbuka hanya saja tubuh sintal Marni kerap membuat laki-laki berpikiran kotor begitu senang menjadikannya fantasi.

Marni masa bodo. Bagi Marni yang terpenting ia tidak murahan. Kalo ada yang tergoda itu urusan Anda.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MBOK JAMU SEKSI   Wajah Itu

    "Opa telepon? Pasti kewalahan ini gara-gara banyak yang sol sepatu." Bian dengan senyum merekah menerima panggilan telepon dari Opa Arman."Assalamualaikum Opa.""Waalaikumsalam. Bian, Kamu jam berapa selesai?""Nanti jam 5 sore Opa. Opa mau minta bantuin apa nih?""Hari ini Kamu pulang ya. Ada yang mau Opa bicarakan.""Ok Opa, nanti Bian pulang.""Ya sudah, Opa matikan ya. Assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Bian mengernyitkan dahinya, tak menyangka bukan seperti dugaannya, tapi ada apa dengan Opa."Kok kayaknya serius banget ya Opa, ada apa sih?"Pikiran Bian terpecah saat dipanggil oleh rekan sesama Buruh Pabrik dan kembali melanjutkan pekerjaannya.Sementara Dua Perempuan yang sudah kenyang menikmati semangkok Bakso, kini perut terasa begah, rupanya bakso beranak sukses membuat keduanya melambaikan tangan."Mpok, kayaknya sampai malam Marni gak makan, kenyang banget!""Iye Mar, Gua kebawa nafsu apalagi pedes enak dimakannya jadi lupa diri tahu-tahu begah!""Habis ini Lu mau kemana

  • MBOK JAMU SEKSI   Ngebakso

    "Cie yang nyamperin Ayangnya kerja. Sudah kangen lagi Mpok?" Tentu saja Marni tak membuang kesempatan menggoda saat Mpok Leha datang."Apaan sih. Gua tadi ke rumah Bude, mau ketemu Lu Mar, tapi Bude bilang Lu udah keliking, eh tahunya ada disini, kangen Lu sama Ian sampe keliling muter kesini?" Satu sama dong, diledek bales ngeledek."Loh ini lagi pada ngapain?" Mpok Leha heran karena ada Tukang Sol Sepatu diantara Mereka."Oh iya Mpok, Kalau Mpok mau sol sepatu atau sendal sama Kakeknya saja. Kek ini Mpok Leha, anak Babeh Ali yang punya Pabrik ini."Mpok Leha meraih tangan si Kakek menyalaminya."Yah, tahu gitu Gua bawa sendal lebaran Gua kemaren putus, dipake habis ngider-ngider.""Besok Kakek kesini lagi, sekalian mau antar sepatu dan sendal yang udah selesai disol.""Ya udah Kek, besok Leha kesini pagi deh, Leha mau bawa sepatu sama sendal Leha, eh punya Babeh juga perasaan ada beberapa deh yang putus. Kakek beneran kesini besok?""Iya, Insha Allah.""Loh, Abang juga ngesol?""Ala

  • MBOK JAMU SEKSI   Antri Sol Sepatu

    "Loh, Kakek! Tak pikir ada rame opo. Lah iki banyak banget Kek yang Sol," Marni tak menyangka bisa bertemu dengan Kakek Sol Sepatu di depan Pabrik Babeh Ali sedang dikerumuni oleh anak-anak Pabrik yang mau ngesol."Nak Marni, apa kabar?""Walah Marni lupa, belum lebaran, Kek minal aidin wal faidzin yo. Mohon maaf lahir dan batin, maafin kalau Marni ada salah." Sambil meraih tangan Opa Arman yang Ia kenal sebagai Kakek Sol Sepatu Marni mencium takzim tangan Opa Arman."Bian, Bian, Kamu kemana aja, ini ada Perempuan Sholeha, Baik, Cantik, kok malah d ajak gelud terus." "Oh iya Ndok, sama-sama ya, maafkan Kakek kalau ada kesalahan. Nak Marni sedang keliling?" Opa Arman melihat bakul jamu di punggung Marni."Iya Kek, Marni sudah mulai keliling. Ini banyak banget Kek, Kakek gak kelelahan?" Melihat banyaknya tumpukan sepatu da sandal anak-anak Pabrik Marni membayangkan betapa capek Si Kakek mengerjakan itu semua."Ini kebetulan benangnya habis, jadi mau Kakek bawa pulang dulu, kerjakan dir

  • MBOK JAMU SEKSI   Halal Bi Halal

    Lebaran telah usai, kembali pada realita bergelut dengan pekerjaan, mengais rezeki agar bisa menabung untuk lebaran tahun depan dan mudik sudah menjadi fenomena biasa dikalangan Masyarakat Kita.Tak terkecuali seperti suasana pagi ini di Pabrik Babeh Ali dimana hari pertama kerja setelah libur cuti lebaran dan semua kembali masuk dengan diawaki acara halal bi halal.Sebagai pemilik Pabrik, Babeh Ali sudah berada di depan berdiri menyalami pegawainya yang berbaris antri bergantian menunggu giliran bersalaman sebagai ritual yang biasa dikenal dengan nama halal bi halal."Maafin ya Beh, Deden banyak salah." Salah satu pegawai dibagian gudang dengan terisak sambil mencium tangan Babeh Ali."Sama-sama Den, Maafin juga kalo Babeh ada salah. Dah gak usah nangis, ntar ingus Lu nempel ke tangan Babeh!" Canda Babeh Ali.Deden, bukan lebay atau mendramatisir, hidupnya yang sebatang kara dulu sewaktu Ia membutuhkan tempat bernaung dan pekerjaan Babeh Ali dengan tangan terbuka menolongnya. Sudah

  • MBOK JAMU SEKSI   Ancol I'm Coming

    Babeh Ali, Mpok Leha dan Mandor Jupri sudah tiba di rumah Bude Sri.Marni melihat kedatangan ketiganya seketika reflek celingak celinguk seperti mencari seseorang."Cie, kayaknye ada yang nyariin Ian nih!" Senggolan bahu Mpok Leha sukses membuat Marni sadar."Sopo? Enggak kok!" Gengsi dong ketahuan nyari musuh bebuyutan."Alah, bilang aja kangen, ada diajak gelud, kalo gak ada dicariin! Ah malu-malu meong Lu Mar!""Gak nyari Dia!" Sambil memasukan bekal Mereka yang sudah disiapkan kini semua siap berangkat.Formasi duduk kini terdiri dari Mandor Jupri mengemudi disampingnya ditemani Babeh Ali dan di kursi tengah Marni, Mpok Leha dan Bude Sri."Lu kalo capek ntar gantian sama Babeh Jup.""Iya Beh.""Si Ian, tapi baek-baekan aja kan Jup?""Baik kok Beh, katanya mendadak ada keperluan. Mau nganter sodaranya gitu.""Iya gapapa, namanya juga masih suasana lebaran, masih banyak acara kesono kemari.""Ada yang kangen nih!" Sengaja sekali kembali dibahas membuat Marni manyun."Mana ada begitu

  • MBOK JAMU SEKSI   Panggilan Darurat

    "Gimana yang habis Tamasya? Ih, ngak ngajak Opa!" Opa Arman sengaja sekali memanggil Cucu Satu-satunya untuk datang ke Kediamannya. Padahal Tahu, kalau hari ini Bian baru saja pulang dari bertamasya bersama Babeh Ali dan keluarga."Opa tuh rese banget! Pake acara ngancem segala mau nyusul ke Ragunan! Apa gak jadi masalah, kalo tahu-tahu Opa ketemu Kita disana." Bian menjatuhkan bobot tubuhnya di sofa ruang kerja Opa Arman sambil misuh-misuh."Ya tinggal bilang aja Opa sengaja cari pelanggan di Ragunan. Kan siapa tahu sandal atau sepatunya putus namanya dipake jalan.""Ya kali gitu, se effort itu tukang sol sepatu sampe ke Ragunan demi dapat pelanggan. Ih Opa rese! Ada apa sih Opa! Bian capek banget nih seharian ngelilingin Ragunan. Mana Si Bar-Bar norak banget! Harus banget nyari kandang buaya!" "Nak Marni jauh-jauh amat ke Ragunan kalau cuma mau lihat Buaya! Padahal setiap hari udah ada Buaya yang selalu bikin kesel!" Tahu dong bakat jahil dan pinter mancing emosi Bian menurun dari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status