Share

Penggoda

last update Last Updated: 2025-02-09 11:24:40

Marni sampai dirumah petakan yang ia kontrak lima ratus ribu sebulan. Rumah yang berukuran kecil atau lebih tepatnya hanya ada kamar mandi di dalam dan sedikit tempat untuk tidur berbagi dengan dapur yang menyatu dengan lainnya. Namun Marni merasa nyaman. Selama ia bisa istirahat dan membuat jamu dagangannya serta ada kamar mandi di dalam itu sudah cukup.

Marni sudah lama mengontrak di rumah petakan itu sejak Si Mbak masih ada. Beruntung harga sewa yang stabil tak ikut-ikutan naik seperti kontrakan pada umumnya membuat Marni betah.

Soal listrik semula meteran berbayar bulanan kemudian diganti dengan token oleh sang Pemilik kontrakan.

Tak banyak eletronik di rumah Marni, hany ada kipas angin, kompor gas dan TV tabung yang kini sudah tak ada saluran karena sudah ketinggalan zaman.

Beruntung meski ponsel jadul Marni memilikinya, lumayan bisa untuk menelpon dan mengirim pesan.

Rencananya Marni, mau ganti ponsel, ya beli second saja, dikonter depan gang banyak yang jual murah-murah. Tapi ya bagi Marni tetap masih harus nabung dulu.

Setelah menjalankan kebajiwan sebagai hamba Tuhan agar senantiasa diparingi selamet, sehat dan rezeki yang lancar, Marni memulai meramu Jamu untuk jualannya besok.

Jangan tanya Marni punya kulkas apa ngak. Jawabannya ya enggak punya. Lah listriknya bisa emos menurut Marni.

Marni menjatah pembelian tokennya sebulan hanya dua puluh ribu saja. Murah toh! Ya harus cukup. Setrika baju saja Marni batasi sebulan hanya 4 kali. Seprihatin dan hemat sekali Marni.

Soal makan Marni sudah biasa sekali sehari atau paling banyak dua kali saja. Jadi kalo orang Kota ada yang diet OMED, lah Marni bukan diet tapi memang sehari-hari begitu.

Sambil menunggu godokan Jamu matang, Marni melipat pakaian yang sudah kering. Sambil pakaian kotornya sedang ia rendam lalu ia akan cuci dengan tangan. Jemurnya pun simpel paling di jemur di kamar mandi. Kecuali kalau nyuci siang hari baru Marni akan gantung di depan kontrakannya saja. Marni mana berani jemur jeroan pribadinya di luar.

Trauma. Jadi dulu ada kejadian, BH Marni dijemuran berkurang satu. Besoknya CD hilang satu. Lah lama-lama bisa jadi tarzan Marni ga pake daleman kalo dicolong terus-terusan.

Ternyata oknumnya adalah orang yang Ngelmu. Dan akhirnya tertangkap saat sedang mencuri dalaman cewek di kampung itu. Saat itu juga oknum tersebut diusir dari kampung. Alhamdulillah sampai sekarang udah ga ada lagi kejadian begitu. Meski begitu Marni Trauma ga mau lagi jemur jeroannya di luar rumah.

Dalam renungannya Marni kembali teringat Si Mbah.

"Seandainya si Mbah masih ada, mungkin ga sepi begini."

Dulu Si Mbah dan Marni ada saja yang diobrolin. Marni senang, setiap pulang keliling jual Jamu Si Mbah bawa berita apa saja. Dan Marni saat itu masih sekolah begitu antusias mendengarkan cerita si Mbah.

Tanpa terasa airmata Marni mengalir. "Semoga si Mbah Gusti Allah tempatkan di sisiNya. Ampuni segala khilaf si Mbah dan jadukan amal ibadah si Mbah sebagai jalan menuju surga."

*

Sebelum ayam berkokok bahkan suara mengaji waktu adzan subuh berkumandang kesegala penjuru alam, Marni sudah terjaga.

Setelah Shalat malam, Marni lanjut memasak Jamu yang akan ia dagangkan hari ini. Marni mengelap satu per satu botol jamu yang sudah bersih ia cuci agar siap dimasukan lagi Jamu-jamu yang sedang didinginkan agar bisa masuk botol.

"Semoga hari ini rezeki Marni tambah banyak Gusti Allah. Aamiin." Dengan penuh keyakinan dan semangat Marni membereskan segala keperluan perdagangannya.

Marni mengusap peluh di dahinya saat ia mengangkat panci berisi jamu yang masih mengepul dari kompor.

Disudut yang dijadikan dapur, remang-remang hanya diterangi lampu temaram, Marni menatap cairan kekuningan yang perlahan menguap. Ia menuangkan jamu ke dalam wadah besar untuk didinginkan.

Sambil menunggu, ia mengambil lap bersih dan mulai mengelap botol-botol kaca yang telah ia cuci semalam.

Marni tak pernah lalai dalam menjaga kebersihan dan kualitas jamu buatannya. Setiap botol Marni lap hingga mengkilap, memastikan tidak ada setitik debu pun yang menempel.

Ia bergerak cepat dan cekatan, memanfaatkan waktu sebelum fajar menyingsing dan orang-orang mulai beraktivitas.

Selesai mengelap, Marni kembali ke wadah jamu, mengaduknya pelan sambil sesekali mencicipi, memastikan rasa yang pas sebelum ia tuangkan ke dalam botol-botol kaca yang telah siap.

Senyum Marni mengembang saat semua botol telah terisi Jamu buatannya bertepatan adzan subuh dan kokok ayam jago bersahutan.

Marni menunaikan dua rakaat dan setelahnya berdoa mengirimkan al fatihah untuk si Mbah dan meminta diampuni dosanya.

Dengan menu sederhana, Nasi goreng terasi dan lalap ketimun, ceplok telor menjadi menu sarapan Marni pagi ini.

Bagi Marni ini sudah mewah. Tak luput rasa syukur selalu terucap dari bibir Marni dan berdoa sebelum menikmati sarapan paginya kali ini.

"Alhamdulillah. Perut kenyang tinggal mandi dan siap-siap keliling."

Saat Marni akan mengunci pintu kontrakannya sambil menggendong bakul jamu dagangannya Marni dikejutkan dengan suara keras memanggil namanya.

"Marni!"

"Nah ini dia perempuannya!"

Marni yang tak tahu apa-apa kini terkejut melihat dua orang perempuan mendatangi dirinya sambil marah-marah.

"Mbaknya siapa ya? Pagi-pagi sudah kemari? Mau beli Jamu?" Marni dengan wajah penasaran namun masih berpikir baik akan kedatangan kedua wanita yang tampang dan suaranya tak baik-baik saja.

"Dasar tukang Jamu L***e! Lu jangan coba-coba ya jadi penggoda laki Gw! Pantes aja laki Gw setiap pulang nguli ga bawa duit! Jangan-jangan dikasih ke Lu ya! Sini Lu!"

Marni tak siap dengan serangan kedua wanita yang tampak murka dan menyerang Marni.

Baku hantam dan jenggutan pun tak terelakkan. Marni yang tadinya bisa mempertahankan diri dan bakul Jamu miliknya akhirnya kalah juga.

Terlebih bakul Jamu yang seharusnya menjadi ladang rezekinya hari ini, sudah tumpah ruah, pecah dan ambyar.

"Loh! Loh! Ini ada apa! Pak pisahin! Itu Marni kenapa dikeroyok begitu! Kalian jangan main hakim sendiri!" Beberapa Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu yang kebetulan lewat dan mendengar keributan melerai Marni dengan kedua wanita yang menyerangnya.

"Ga usah dipisahin! Gua ga rela! Kalo nih L***e masih baek-baek aja! Pokoknya Lu harus balikin duit Laki Gw! Mana sini! Jangan-jangan Lu umpetin di balik BH! Wanita yang usianya lebih tua dari Marni kembali mengeroyok hingga akan merobek pakaian Marni namun segera terhalang oleh warga yang memisahkan.

"Tenang! Semua bisa dibicarakan baik-baik!" Kini datang Pak RT setelah salah seorang warga melaporkan kejadian yang menggemparkan di pagi yang damai menjadi kisruh akan persoalan yang masih belum jelas.

"Gak bisa Pak! Bapak siapa? Suaminya? Bilangin nih L****e kalo mau morotin jangan Laki Gw!"

"Saya bukan L****e! Dan Saya gak pernah morotin siapapun!" Teriak Marni yang sejak tadi belum memiliki kesempatan karena terus diserang oleh kedua wanita yang sudah kesetanan mengamuk.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MBOK JAMU SEKSI   Pulang

    "Alhamdulillah." Rasa syukur tak bisa tertahan keluar dengan lancar dari hati sanubari Mpok Leha."Nah, laen kali jangan ngaco ngide diet gak sehat begitu. Kalo emang Lu mau punya badan bagus, Lu kudu mesto rajin olahraga sama jaga makan Leha, denger?" Babeh Ali dalam mode Bapak-Bapak layaknya seperti Bapak lain kalau sudah menyangkut kesehatan dan keselamatan anaknya terlebih anak Perempuan satu-satunya jangan ditanya bawelnya melebihi Emak-Emak Komplek."Iye Beh Masha Allah punya Babeh satu model begini amat. Padahal Ganteng tapi kalo udah bawel ngalahin Emak-Emak lagi rebutan cabe di pasar!" Mpok Leha kini duduk diranjang besar dalam kamarnya yang sudah dirapihkan oleh Si Bibi."Neng, mau makan apa? Bibi masakin." Si Bibi yanh disuruh Babeh Ali menanyakan apa yang mau Leha makan terlihat senang, anak majikannya yang meski bawel tapi baeknya kebangetan sudah kembali pulang dari Rumah Sakit."Jangan makan yang pedes sama asem dulu!" Bukannya Mpok Leha yang menjawab, Babeh Ali sudah

  • MBOK JAMU SEKSI   Menjenguk

    "Makasi Bu Sri, Marni, Mbak Jum sama Mbak Ratmi udah jengukin Leha. Kasih tahu sekalian nih Bu Sri, jangan sok-sokan diet, akhirnya malah sakit." Babeh Ali medapat pelototan dari Mpok Leha yang malu. Memang dia anak kecil masih diomelin didepan orang begitu."Tuh begitu Bu Sri, Udah gede juga kalo dibilangin merengut!" Babeh Ali senang saja meledek anak perempuannya yang memang sejak kejadian perpisahan dengan Udin, kedua kembali dekat lagi."Bude," Mpok Leha kini malah memeluk Bude Sri mencari dukungan."Leha, Babeh gak bisa nemenin Lu nginep dimari, Lu sendirian gapapa ye?" "Iye gapapa. Emang Leha anak kecil. Lagian disini ada perawat. Babeh pulang aja. Nanti masuk angin siapa yang ngerokin. Babeh kan sama kayak Leha Jomblo!""Ya Allah nih anak, malah ngeledek!" "Kalau begitu Kita pamit saja, Nduk Bude pulang dulu ya, Insha Allah besok kesini lagi. Cepet sembuh makan yang bener ya," Bude Sri memeluk Mpok Leha, yang sejak tadi memang tak lepas memegangi lengan Bude Sri."Mpok besok

  • MBOK JAMU SEKSI   Lintah Darat

    "Si Juadi bisa-bisanya minjem duit sama lintah darat!" Juminten seperti biasa selalu saja membawa informasi, up to date dan selalu dia yang pertama tahu entah darimana."Koe sopo yang kasih tahu toh Jum, heran tahu saja!" Ratmi yang sedang membungkus Arem-Arem geleng kepala dibuatnya."Loh, Aku tadi habis belanja, eh orang-orang pasar podo ngomong, katanya Si Juadi hampir aja diusir dari rumahnya. Kalau dalam seminggu ini gak bisa bayar hutangnya." Juminten dengan yakin."Serem banget yo Mbak. Itu memang minjem ke siapa?" Marni juga ikut penasaran."Tebak sopo orangnya?" Juminten malah memasang wajah senang bisa memberikan tebak-tebakan tanpa hadiah kepada Marni dan Ratmi yang kini memasang wajah penasaran."Juragan Basir! Kaget toh Kalian?" Wajah puas jelas terlihat saat Marni dan Ratmi saling pandang. Seolah tak percaya dengan fakta yang baru saja Mereka dengar.Keduanya baik Marni maupun Ratmi kompak mengangguk. Yang Mereka tahu Juragan Basir Istrinya tiga dan genit masih suka nyar

  • MBOK JAMU SEKSI   Penghiburan

    "Mulai hari ini Lu Abang cere talak tiga!"Duarrr!Walai sebelumnya Mpok Leha sudah siap karena percuma mempertahankan rumah rangganya jika salah satu dari Mereka sudah berkhianat, tetapi mendengar langsung kata talak yang Udin lontarkan sebelum pergi meninggalkan rumah Babeh Ali, rasanya hati Leha sakit. "Makasi Bang, Silahkan pergi!" Tatapan tajam menutupi remuk redam hati Mpok Leha yang kini terasa pilu manakala status Istri yang kini sudah lepas dari dirinya dan kini Ia resmi secara agama berstatus janda."Udah, gak usah Lu tangisin Laki modelan Si Pea. Dah sekarang mending Lu tata hidup Lu lagi. Babeh cuma pesen, jangan sampe salah milih Laki lagi di kemudian hari.""Dan Lu Jupri, Gua harap Lu gak lagi kepancing sama Si Udin. Kerja yang bener. Selama ini kerja Ku udah bagus, makanya Gua percaya angkat Lu jadi Mandor gantiin Si Dulloh. Gua gak bakal tanggung jawab kalo Lu sampe di bawa Polisi kayak tadi."Masi di posisi yang sama, Mpok Leha, belum bisa berpikir jernih. "Ayo masu

  • MBOK JAMU SEKSI   Pilihan

    "Beneran gapapa Mpok pergi sendiri?"Marni sebetulnya tak enak hati menolak ajakan Mpok Leha, namun Ia juga sedang diburu waktu karena sore pesanan Jamu Kunyit Asamnya mau diambil.Marni tak enak menolak pesanan customer lamanya saat dulu masih berkeliling di Kampung Lama."Iye gapape, tapi nanti kalo Gua minta temenin lagi Lu kudu mau, gak boleh nolak.""Siap. Mpok dianter Pak Ahmad apa Mang Ujang?""Gak dua-duanye, soalnye tadi niatnye mau ngajak Lu, biar bisa santai, tapi gapapa Gua mau naik becak aja."Ya udah ye amar Gua duluan."Marni pun melanjutkan membuat pesanan kunyit asam sebanyak 50 botol.Mpok Leha memilih jalan saja ke depan niat hati ingin naik becak, tapi tiba-tiba kepingin naek angkot.Saat akan naik angkot tiba-tiba saja dompet yang ada digenggaman Mpok Leha ada yang menjambret."Copet!" Panik bukan main Mpok Leha saat copet tersebut dengan kasar menjabret dompet yang sedang Ia pegang."Kemana malingnya?" Sejenak terdiam, namun situasi darurat membuat Mpok Leha men

  • MBOK JAMU SEKSI   Buka Bersama

    "Jadi maksudnya Mpok, Babeh Ali mau buka bersama sama anak-anak Pabrik?" Marni mendengarkan ucapan Mpok Leha yang sengaja pagi-pagi sudah sampai dirumah Mereka."Iye, tadi habis subuh baru bilang. Si Babeh kan begitu, kayak tahu bulet digoreng dadakan. Katanye kepengen buka bersama sama anak-anak Pabrik sekalian manggil Ustadz terus taraweh sama-sama." "Yo gapapa Nduk, mau dibuat prasmanan aja atau gimana?""Ya usah Bude nasinye tetep di kotak aje biar gak ribet, palingan es sama gorengannya aje kali yang di prasmanan gitu ye? Ape gimane Mar?" "Gimana gini aja Mpok Leha," Juminten buka suara memberikan pendapatnya."Kalo emang mau dibagiin satu-satu kudu ada yang ngurusin. Gimana Mar?""Wes gak usah bingung, lah kan ada Aku sama Ratmi, Kamu bisa kan Mi?"Sejak tadi Juminten selalu saja menyelak jawaban tapi untung saja Bude Sri dan Marni setuju dengan usul Juminten."Yo bisa toh, tapi semua Kita serahkan sama Bude, Gimana Bude?"Marni juga menunggu keputusan Bude Sri."Ya sudah, nas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status