Share

ANAK LAKI-LAKI TAMPAN.

Lima tahun kemudian.

Seorang anak laki-laki tengah duduk di halaman rumah sambil memainkan rubik. Anak laki-laki itu hanya diam, sambil terus menunduk fokus menyusun rubik agar semua warna tersusun sama. Disisi lain, ada dua orang wanita tengah menatap anak laki-laki tersebut dari balik jendela.

"Dia sudah besar sekarang," gumam salah seorang gadis tersebut.

"Andai dia tidak memiliki syndrom asperger, pasti anakku akan bisa hidup normal seperti layaknya anak-anak lainnya. Yang bisa bersosialisasi pada siapa saja," balas Nafeesa yang menatap sendu putranya.

Bilqis menatap temannya dan langsung memeluk tubuh, Nafeesa. "Sudah menjadi takdirnya, Nafeesa. Intinya kita harus terus menyemangatinya dan mencoba mengajarinya agar bisa bersosialisasi pada anak yang seusianya, sekarang di juga lagi terapi. Jadi kita doakan semoga dia bisa seperti anak lainnya..." jelas Bilqis.

Sindrom Asperger adalah gangguan neurologis atau saraf yang tegolong ke dalam gangguan spektrum autisme. Kebanyakan anak penyandang asperger hanya tertarik pada satu atau dua topik khusus dan mengumpulkan banyak informasi tentang topik itu. Anak asperger juga biasanya bicara lebih formal dibanding anak seusianya, Mereka sulit membaca bahasa tubuh, ekspresi wajah atau memulai percakapan dua arah.

Anak Nafeesa kurang berempati pada orang lain, dia juga sangat sensitif, dengan suara keras, cahaya berlebihan.

"Dor!" Ucap Fatih (adik kandung Nafeesa).

Anak laki-laki yang asik memainkan rubik tadi hanya diam dan tak merespon, Ilham. "Nathan, kok cuekin paman sih? Bikin kesel ah, padahal paman bawa rubik baru buat Nathan..." sambung Ilham.

Nathan Lucy Pratama, anak dari Dareen Lucy Winarta dan Nafeesa Adriana. Nathan sudah berumur lima tahun, ia anak yang sangat sulit bergaul dan bersosialisasi pada orang lain. Nathan anak yang kaku, karena Sindrom Asperger yang ia derita. Nathan menatap Fatih dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Kemudian ia menyodorkan tangannya ke arah, Fatih. Pria itu pun memberikan rubik yang sempat ia beli untuk keponakannya.

"Bilang apa?" Ucap Fatih.

"Terima kasih, Paman." balas Nathan.

Anak laki-laki itu langsung meneruskan bermain rubik. Ia sangat menyukai rubik, dan es krim. Fatih mengusap rambut keponakannya dengan sangat lembut. Ia benar-benar menyayangi Nathan, dan ia selalu saja meneteskan air mata di dalam kamar. Mengingat takdir yang diberikan tuhan untuk Nafeesa dan Nathan. Untunglah kakaknya adalah wanita kuat yang bisa menjadi Ayah serta ibu untuk Nathan.

"Masuk yuk, bentar lagi hujan..." ajak Fatih.

Nathan langsung berdiri tanpa menatap ke arah, Fatih. Anak laki-laki itu masih fokus dengan rubiknya, Fatih yang melihatnya hanya terkekeh dan menggenggam tangan keponakannya.

"Liat jalan, baru main rubik..." tegur Fatih.

Nathan menganggukkan kepalanya dan langsung menghentikan permainannya. Mereka masuk ke dalam rumah, dan disambut oleh Nafeesa yang tengah duduk bersama Bilqis.

"Eh, Anak bunda." ucap Nafeesa yang langsung memeluk Nathan.

"Bunda, Nathan punya rubik baru. Tadi paman yang membelikan rubik ini, Nathan tidak memintanya ya, Bunda." ujar Nathan.

Nafeesa terkekeh dan menganggukkan kepalanya. Ka mengecup pipi putranya yang begitu mirip dengan Dareen. "Nathan bobo ya, Bunda mau pergi ke butik dulu sama Bibi Bilqis. Nathan sama Paman Fatih ya, jangan nakal dan jangan telat makan. Nathan udah tau kan jadwal makan?" Jelas Nafeesa.

"Sudah bunda, Nathan akan ke kamar..." balas Nathan yang langsung berjalan ke arah kamarnya.

Nafeesa menatap kepergian anaknya dan langsung berdiri menghampiri, Fatih. "Jaga keponakanmu, makanan sudah ada di lemari jadi tinggal makan saja. Kalau dingin tinggal dipanaskan saja..." sambung Nafeesa.

"Siap, Kak." jawab Fatih.

"Oke, kita pergi. Bye, ganteng." sahut Bilqis.

.

Di dalam kamar.

Fatih dan Nathan saling diam. Mereka sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Seketika mata Fatih terbelalak, karena ada pemberitahuan kuota miliknya habis.

"Dih! Padahal bentar lagi menang, pake habis segala kuotanya lagi..." kesal Fatih.

Fatih menatap keponakannya yang masih fokus membaca buku. Nathan, memiliki IQ di atas rata-rata jadi pelajaran untuk anak sekolah menengah pertama saja dia sudah bisa memahaminya, dengan melihat contoh dalam beberapa detik saja.

"Demi apa, Nathan. Umur lo masih 5 tahun baru akan masuk 6 tahun. Tapi buku yang dibaca untuk anak SMP. Tobat nak, kamu belum cukup umur untuk baca yang begituan.." jelas Fatih mengambil buku tersebut dan memasukkan kedalam kotak, kemudian mengunci kotak tersebut.

"Lebih baik, kamu temenin Paman beli kuota. Nanti Paman belikan es krim," ucap Ilham.

Nathan mengangguk dan langsung berdiri, ia menggenggam tangan Fatih. Mereka pun keluar dari rumah, menuju tempat jual kuota. Di perjalanan, Nathan asik menyusun rubiknya. Ia juga bernyanyi lagu anak-anak dengan nada pelan, namun masih dapat di dengar oleh Fatih.

"Suara kamu bagus loh, Nathan." puji Fatih.

Nathan menatap Fatih dan tersenyum kecil. Kemudian ia melanjutkan menyusun rubik dengan warna yang sama. Nathan terpaku pada skripsi Fatih yang ada di laptop, ia mengamati ketikan pamannya.

"Sumpah, bikin skripsi pusing banget. Katanya masih ada typo, tapi pas Paman perhatiin gak ada yang typo..." curhat Fatih.

"Dikembangkan, bukan ditembangkan Paman. Hanya ada dua kata yang salah ketik, perbaiki saja lagi." sahut Nathan yang langsung meletakkan laptop.

Ilham ternganga, kenapa keponakannya bisa melihat kesalahan penulisan secepat itu. Padahal ia sudah lima kali membaca skripsi yang ia buat tapi tidak menemukan typo sedikit pun.

"Nathan, umur kamu berapa?" Tanya Fatih.

"Lima tahun dan sebentar lagi enam tahun paman," balas Nathan tanpa menatap pamannya.

"Lo emang jenius ya, bangga gue punya keponakan kaya lo. Besok-besok bantuin paman ya, siapa tau ada typo lagi..." sambung Fatih.

Mereka pun sampai di tempat jual kuota, Fatin keluar dari mobil sedangkan Nathan memilih untuk tetap berada di dalam mobil. Setelah selesai membeli kuota, Fatih masuk ke dalam mobil dan menuju supermarket untuk membelikan keponakannya es krim.

.

Di Supermarket.

Fatih keluar mobil lebih dulu dan langsung membuka pintu untuk keponakannya. Ia menggendong Nathan dan mereka pun masuk ke dalam supermarket. Tatapan para karyawan dan para pembeli tertuju pada Fatin dan Nathan. Fatih yang menyadari tatapan itu hanya bisa tersenyum manis, sedangkan Nathan asik memainkan tali yang ada di jaketnya.

"Nathan mau es krim yang mana?" Tanya Fatih.

"Nathan mau, WALL'S Black Hojicha Ice Cream 135 mL harga Rp13.000," balas Nathan secara perinci.

Fatih ternganga, keponakannya benar-benar sangat teliti dan gampang mengingat apa yang ia lihat. Fatih yang sudah berusia 22 tahun saja, tidak hapal berapa harga es krim dan ukurannya. Dan setaunya anak-anak hanya menikmati es krim dan tidak peduli dengan keterangan yang tertera di bungkus es krim. Nathan memang anak yang spesial.

Fatih mengambil es krim sesuai dengan keinginan keponakannya. Ia berjalan ke arah kasir, untuk membayarnya. Penjaga kasir takjub melihat wajah tampan, Nathan. Saat ia akan menyentuh wajah Nathan, dengan cepat anak laki-laki itu memalingkan wajahnya.

"Maaf, mbak. Keponakan saya gak suka dipegang oleh orang lain," jelas Fatih yang paham dengan ekspresi penjaga kasir.

Penjaga kasir mengangguk, dan memindai harga es krim tersebut. Ilham membayar es krim dan melangkahkan kaki keluar dari supermarket.

"Kita ke taman ya," ajak Fatih.

"Baiklah, jangan lama-lama Paman. Satu jam lagi, jadwal makan dan istirahat..." balas Nathan.

Fatih mengangguk dan mereka masuk ke dalam mobil. Ilham menghidupkan mobil-nya menuju taman.

.

Di taman.

Fatih dan Nathan tengah duduk di kursi sambil menatap bunga-bunga yang baru tumbuh.

"Kamu tau arti bunga mawar merah?" Tanya Fatih.

"Mawar merah dikenal sebagai simbol cinta sejati dan kesetiaan..." jelas Nathan.

Fatih kembali dibuat ternganga oleh keponakannya. Demi apapun, Nathan sangat formal jika tengah berbicara. Fatih seperti tengah berhadapan dengan dosen kampusnya.

"Kalau bunga mawar hitam?" Tanya Fatih lagi.

"Mawar hitam bisa menjadi lambang berakhirnya suatu era atau zaman, akan ada era baru dari suatu peristiwa yang akan muncul. Dalam percintaan, mawar hitam melambangkan cinta yang tragis. Itu yang Nathan lihat dibuku." jawab Nathan.

"Nathan, kamu baca tentang makna bunga dari mana?" Tanya Fatih.

"Nathan sering bertanya pada, Bunda. Terlebih lagi, Nathan suka membaca semua buku..." jelas Nathan.

"Paman mau nanya lagi, bunga yang melambangkan cinta yang sempurna apa?" Tanya Fatih.

"Bunga tulip merah, simbol cinta yang sempurna, sehingga cocok sebagai bentuk kasih sayang. Rangkaian bunga tulip seolah dapat mewakili perasaan cinta yang dapat mengakar dalam serta abadi untuk seseorang..." jelas Nathan.

Fatih langsung bertepuk tangan karena merasa takjub pada, Nathan. Sedangkan Nathan hanya diam sambil memakan es krim-nya.

"Nathan, kamu tunggu disini ya. Paman mau ke toilet bentar, kalau ada apa-apa langsung telepon Paman. Udah gak bisa tahan berak ini." ucap Fatih.

Nathan menganggukkan kepalanya dan melanjutkan memakan es krimnya. Fatih langsung berlari ke arah toilet, karena sudah tidak bisa menahan bab.

"Permisi adik kecil, boleh saya duduk disini?" Tanya pria yang tengah berdiri di samping Nathan.

Anak laki-laki itu hanya diam dan menundukkan kepalanya. Ia mengambil rubik dan memainkan rubiknya. Laki-laki yang tadi meminta izin menatap bingung anak tersebut. Ia menghela napas, kemudian duduk di samping, Nathan.

"Nama kamu siapa? Kok sendirian, kemana ibumu?" Tanyanya.

Nathan hanya diam dan menatap jam tangannya, setelah itu ia kembali memainkan rubik miliknya. Pria yang duduk di samping Nathan tiba-tiba saja menyentuh tangan, Nathan. Refleks anak laki-laki tersebut menggeser duduknya, sedikit menjauh dari pria tersebut.

"Maaf kalau sudah menganggu," sambung pria tersebut.

Nathan hanya diam, dan fokus pada rubiknya. Tiba-tiba ada seorang gadis menghampiri mereka dan langsung memeluk pria yang ada di samping, Nathan.

"Lepas! Apa-apaan sih lo?" Tegas Dareen.

Ya, pria itu adalah Dareen Lucy Winarta, Yang sudah berumur 28 tahun. Dareen menatap datar Nana tunangannya. Ya, pertunangan mereka tetap dilaksanakan, walau keadaan Dareen tidak baik saat itu. Sudah lima tahun mereka bertunangan, Dareen selalu mengundur pernikahannya dengan Nana. Karena hanya Nafeesa lah yang ada di hatinya untuk selamanya.

"Kita 'kan udah tunangan jadi aku berhak menyentuhmu..." balas Nana.

"Baru tunangan, jangan sentuh gue..." sambung Dareen dengan tatapan datar.

"Yaudah kita nikah," sahut Nana.

"Pernikahan tidak boleh dipaksakan, gue gak cinta sama lo paham!" tegas Dareen.

"Seiring berjalannya waktu, pasti cinta itu akan tumbuh. Jadi tidak apa-apa kalau kita menikah 'kan?" balas Nana.

Nathan menatap kedua orang dewasa tersebut, dan mendengar setiap perkataan mereka berdua. Fatih berlari ke arah keponakannya dan langsung menggendong Nathan.

"Sorry lama, tadi Paman sakit perut...' jelas Fatih dengan menggerakkan tangannya, sebagai tanda bahasa isyarat.

Nathan mengangguk, dan memeluk leher Fatih. Dareen yang melihatnya langsung paham, ternyata anak kecil itu tidak bisa berbicara, makanya sedari tadi dia bertanya anak laki-laki itu hanya diam dan tidak meresponnya. Fatih langsung membawa keponakannya masuk ke dalam mobil, sedangkan Dareen terus saja menatap kepergian mereka berdua.

"Dareen, aku mau kita nikah secepatnya..." tegas Nana.

"Nikah saja sama satpam kompleks! Gue gak akan pernah menikah dengan Lo Kalau Lo memaksa dan merencanakan pernikahan secara diam-diam, gue pastikan semua rahasia lo terbongkar. Cukup lima tahun lalu, Lo dan kedua orang tua gue membodohi gue dan membuat gue berpisah dengan gadis yang gue cintai. Sekarang pergi dari hadapan gue!" bentak Dareen.

Nana menghentakkan kakinya dan segera melangkahkan kaki menjauhi, Dareen. Pria itu kembali tenang dan menikmati udara segar di taman. Kedua mata Dareen langsung tertuju pada rubik yang berada di sampingnya. Ia mengambil rubik tersebut, dan melihat ada sebuah nama disana.

"Ternyata nama anak laki-laki itu Nathan. Nama yang indah." gumam Dareen.

Dareen tersenyum manis dan memasukkan rubik tersebut di saku jas-nya. Dia sangat yakin, suatu saat nanti ia akan bertemu kembali dengan anak laki-laki tersebut dan saat bertemu dia akan mengembalikan rubik ini secara langsung. Baru pertemuan pertama Dareen, sudah tertarik dengan anak laki-laki yang tampan itu. [.]

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status