"Nathan kita pergi sekarang," ucap Nafeesa dengan menggerakkan tangannya ke arah Nathan, sebagai bahas isyarat.
Nathan menganggukkan kepalanya dan menghampiri, sang ibu yang sudah menunggunya di depan mobil. Nafeesa menggendong Nathan, dan memasukkan anaknya ke dalam mobil. Tak lupa ia memakaikan sabuk pengaman untuk putranya."Ganteng banget anak bunda," ujar Nafeesa sambil mencium pipi, Nathan.Sedangkan anak laki-laki itu hanya fokus memainkan rubik miliknya. Nafeesa berjalan ke arah pintu mobil dan duduk di kursi kemudi. Mobil pun dihidupkan, Nafeesa menyetir mobil menuju tempat yang akan ia datangi bersama, Nathan. Setelah beberapa menit di perjalanan, Nafeesa memberhentikan mobil di depan Water Blaster Graha Candi Golf. Nafeesa lebih dulu keluar dari dalam mobil, kemudian berjalan ke arah pintu mobil kursi samping kemudi. Nafeesa membuka pintu mobil untuk anaknya dan membantu Nathan untuk keluar dari mobil."Ayo," ajak Nafeesa sambil mengulurkan tangannya.Nathan membalas uluran tangan ibunya, dan menggenggam tangan Nafeesa dengan sangat erat. Mereka pun masuk ke dalam Water Blaster Graha Candi Golf. Saat sudah berada di dalam, Nafeesa membawa anaknya masuk ke dalam kamar ganti. Ia memakaikan baju renang untuk anaknya, setelah selesai sekarang gilirannya yang mengganti baju untuk berenang. Nafeesa memakai baju kaos berwarna hitam dan celana panjang, karena Nathan akan marah jika ibunya memakai celana pendek saat berenang."Ayo kita berenang!" seru Nafeesa dengan semangat.Nathan tersenyum kecil dan menggenggam tangan ibunya. Mereka berjalan ke arah kolam berenang untuk anak-anak. Nathan masuk ke dalam kolam bersama sang ibu. Nafeesa tersenyum bahagia melihat anaknya yang sangat menyukai air. Ia mengelus wajah Nathan dan mencium kening anaknya."Sehat selalu ya, jangan tinggalin bunda..." ucap Nafeesa."Nathan tidak akan meninggalkan, Bunda." balas Nathan tanpa melihat wajah Nafeesa.Wanita itu hanya tersenyum dan duduk di tepi kolam, sambil menatap Nathan yang tengah bermain air. Ia menghela napasnya dengan kasar, saat mengingat masa lalunya dulu. Andai dia tak melakukannya, mungkin semua tidak akan menjadi seperti ini. Jika pun terjadi dia berharap bisa membesarkan Nathan bersama ayah kandung anak tersebut. Namun, karena tidak mendapatkan restu, ia harus mengalah membesarkan anaknya seorang diri dan ia tidak ingin merusak masa depan pria yang berstatus sebagai ayah kandung, Nathan."Nathan tetap disini ya, Bunda mau beli minum buat Nathan..." ucap Nafeesa memegang bahu anaknya.Nathan mengangguk dan tetap melanjutkan permainannya. Nafeesa pergi ketempat orang yang menjual makanan ringan dan minuman, sedangkan Nathan masih asik bermain air. Tiba-tiba saja ada seorang pria bersama anak kecil mendekati Nathan. Anak perempuan berusia empst tahun itu mendekati Nathan yang sedari tadi asik bermain sendiri."Allo ganteng, Alia boleh gabung dak?" Tanya anak perempuan bernama Alia.Nathan hanya diam dan asik bermain, anak perempuan tersebut mendegus kesal dan menatap pria yang tengah menemaninya."Om, si ganteng diam aja. Alia kesel," degus Alia."Hehe, mungkin dia mau main sendiri..." balas pria tersebut."Om Zay! Alia mau main sama si ganteng!" Tegas Alia.Gadis kecil itu kembali mendekati Nathan yang duduk di tepi kolam berenang. Ia memegang tangan Nathan, namun Nathan menjauhkan tangannya dari Alia."Jangan ganggu, Nathan. Bunda, Bunda, ada yang ganggu Nathan, Bunda tolong, Nathan." teriak Nathan yang ketakutan.Alia terkejut sambil menatap Nathan, Zay yang melihat anak laki-laki tersebut berteriak langsung menghampiri Nathan. Ia memegang bahu, Nathan dan membuat anak laki-laki tersebut semakin ketakutan. Nafeesa yang mendengar teriakan anaknya langsung menghampiri, Nathan. Anak laki-laki tersebut, langsung bersembunyi di belakang Nafeesa. Zay yang melihat Nafeesa langsung terkejut."Feesa," panggil Zay.Nafeesa menolehkan kepalanya ke sumber suara, seketika tubuhnya membeku melihat kakak laki-laki pria yang ia cintai tengah berdiri di hadapannya."Kak Zay," sahut Nafeesa."Maaf ya kak, anakku gak terbiasa sama orang lain. Kalau sama orang lain ia jadi takut dan kaku," jelas Nafeesa yang mencoba bersikap santai."Dia an--,""Permisi, Kak." ucap Nafeesa yang langsung memotong ucapan Zay.Wanita cantik itu menggendong anak laki-laki nya, menjauhi Zay dan anak perempuan yang bersamanya. Zay hanya bisa diam sambil menatap kepergian Nafeesa wanita yang dicintai, adiknya."Jangan-jangan itu keponakan gue," gumam Zay."Yah, si ganteng pelgi..." ucap Alia sendu."Pulang yuk, Mamamu pasti udah nungguin kamu. Besok kita udah pulang ke Jakarta bareng om Dareen," ajak Zay."Om juga balik 'kan?" Tanya Alia.Zay mengangguk dan menggandeng tangan Alia, putri dari Mira(mantan istrinya). Mereka memilih berpisah sekitar 4 tahun lalu, karena Mira sudah menemukan pria yang ia cintai. Mereka berpisah secara baik-baik, sehingga Zay dan Mira masih berhubungan baik satu sama lainnya, suami dari Mira juga adalah rekan bisnis dan sepupu Zay..Di Ruang ganti.Nafeesa memandikan anaknya terlebih dahulu, kemudian memakaikan baju Nathan. Tak lupa ia memberikan minyak telon dan bedak di tubuh putranya."Udah wangi," ucap Nafeesa mencium bibir anaknya.Nathan hanya mengangguk dan hanya memasang ekspresi datar, ia sangat sulit untuk tersenyum. Nafeesa saja ibu kandungnya sangat sulit untuk melihat senyuman anaknya. Nathan akan tersenyum jika moodnya baik, seperti sebelum berenang tadi."Kita makan es krim dulu ya, baru pulang ke rumah. Bunda udah lama gak jalan-jalan bareng kamu, kayaknya anak Bunda makin besar deh.." ajak Nafeesa menggenggam tangan Nathan."Iya," balas Nathan dengan singkat.Mereka keluar dari water blaster graha candi golf. Nafeesa menggendong Nathan dan memasukkan anaknya ke dalam mobil. Wanita itu langsung duduk di bangku kemudi dan menghidupkan mobil-nya. Mobil mereka pun menjauh dari water blaster graha candi golf. Dari kejauhan, Zay menatap mobil yang sudah menjauh dari dalam mobil. Alia menatap sendu mobil si ganteng menghilang dari pandangannya."Ngeselin sih si ganteng, mau ajak kenalan aja gak mau..." ketus Alia sambil memajukan bibirnya."Sabar ya, berarti bukan jodohmu..." balas Zay sambil tertawa."Om Zay ngeselin," balas Alia semakin kesal."Ya gapapa kali, biar kamu sadar diri," tekan Raka.Alia hanya diam dan memalingkan wajahnya ke arah lain. Zay terkekeh kemudian menghidupkan mobil-nya. Ia pun akan mengantar Alia pulang ke rumah, karena ia sudah lama membawa Alia jalan-jalan..Di toko es krim.Nathan tengah duduk di kursi sambil memainkan rubik, dan menunggu Nafeesa memesan es krim. Sudah beberapa menit Nafeesa meninggalkan anaknya, akhirnya ia membawa dua gelas es krim dan duduk dihadapan, Nathan."Es krim coklat untuk pangeran, Bunda." ucap Nafeesa.Nathan langsung meletakkan rubiknya dan menyodorkan sendok ke arah, Nafeesa. Wanita itu mengerti dengan maksud anaknya, Nafeesa langsung mengambil sendok tersebut dan menyuapi es krim untuk, Nathan."Enak gak?" Tanya Nafeesa.Nathan mengangguk dan kembali membuka mulutnya. Nafeesa terkekeh saat melihat wajah imutnya yang meminta es krim lagi. Ia kembali menyuapi Nathan, dan mengelap sisa es krim yang ada di sudut bibir anaknya."Lahap banget sih sayang. Nathan, coba lihat bunda, Nak." ujar Nafeesa.Nathan langsung menatap Nafeesa dengan mulut yang dipenuhi es krim. Nafeesa mencubit pelan pipi anaknya yang semakin chubby saat mulutnya penuh dengan es krim."Nathan sayang sama, Bunda?" Tanya Nafeesa.Nathan mengangguk dan memeluk Nafeesa sangat erat. "Coba bilang, Nathan sayang bunda..." sambung Nafeesa.Nathan melepaskan pelukannya, dan langsung menggerakkan tangannya. 'Nathan sayang banget sama Bunda. I love you, Bunda.'Air mata pun berhasil membasahi pipi, Nafeesa. Ia langsung memeluk anaknya dan Nathan membalas pelukan ibunya."Bunda juga sayang sama, Nathan." balas Nafeesa.Nathan melepas pelukan ibunya dan menghapus air mata, Nafeesa. "Jangan menangis, Bunda." permohonan Nathan.Nafeesa mengangguk, dan mengecup kening anaknya. "Kita pulang ya, udah mau sore." ajak Nafeesa.Nathan mengangguk dan menggenggam tangan ibunya. Tak lupa ia memakai tas yang berisi rubik kesayangannya. Mereka berjalan kearah tempat parkir dan seperti biasa, Nafeesa membantu anaknya masuk ke dalam mobil. Saat sudah berada di dalam mobil, Nathan melihat Dareen yang baru saja keluar dari dalam mobil yang berada di seberang mobil, Nafeesa. Ia menatap Dareen dengan tatapan datar, kemudian ia langsung memainkan rubiknya.'Rubik saya pasti bersama orang itu,' batin Nathan.Nafeesa memasangkan sabuk pengaman dan setelah merasa anaknya aman, Nafeesa langsung menghidupkan mobil-nya untuk pulang ke rumah..Saat tiba di rumah, Fatih langsung menghampiri mobil milik kakak perempuannya. Ilham langsung membuka pintu mobil dan menggendong keponakannya."Seru gak jalan-jalannya?" Tanya Fatih.Nathan mengangguk, dan meminta untuk diturunkan dari gendongan, Fatin. Nathan menghampiri ibunya dan memegang tangan Nafeesa. Sang ibu langsung berjongkok dan menatap anak kesayangannya itu."Kenapa sayang?" Tanya Nafeesa."Apakah Nathan dibolehkan memainkan ponsel?" Tanya Nathan."Boleh, tapi hanya lima belas menit ya..." Nafeesa memberikan izin pada anaknya.Nathan mengangguk dan menyetel alarm jamnya. Anak ini selalu menepati janjinya pada siapa pun, dan dia paling tidak suka dengan orang-orang yang membuang-buang waktu. Nafeesa yang melihatnya hanya bisa tersenyum dan mengusap rambut anaknya.'Ayo, Paman. Nathan mau memainkan ponsel,' Nathan menggerakan tangannya.Ilham mengangguk dan menggendong, Nathan. Mereka masuk ke dalam kamar, sedangkan Nafeesa memilih untuk memasukkan mobil-nya ke dalam garasi mobil yang ada di samping rumahnya.KringKringPonsel Nafeesa berdering, wanita itu langsung mengambil ponsel yang berada di dalam tas, lalu mengangkat panggilan tersebut."Iya?" Ucap Nafeesa.[Besok kita harus ke Jakarta, mungkin selama lima bulan kita tinggal disana. Karena kita akan sibuk selama di Jakarta, oh iya adik gantengmu tinggal nungguin tanggal wisuda 'kan?]"Iya, dia tinggal nunggu tanggal wisuda saja..." balas Nafeesa.['Oke ajak dia, soalnya kasihan kalau Nathan sendirian di rumah...]"Oke, nanti aku kasih tau dia. Aku tutup dulu," balas Nafeesa lagi.[Sip.]Panggilan pun berakhir, Nafeesa langsung menghela napasnya pelan. Besok dia akan kembali ke kota yang paling ia hindari, karena kota Jakarta dipenuhi kenangan indah bersama pria yang ia cintai."Apa ini memang sudah takdirku, kembali ke kota yang banyak kenangan indah, tersebut? Aku takut untuk kembali Tuhan, aku takut melihatnya bersama wanita lain. Aku benar-benar sangat takut, untuk bertemu pria yang aku cintai dan keluarga pria itu. Tapi, aku tidak bisa terus menghindar. Aku harus berani, karena itu sudah menjadi masa lalu." Gumam Nafeesa.Nafeesa menatap ke arah luar jendela. Ia mencoba berdamai dengan masa lalu. Ia akan menyiapkan mental, walau ibukota Jakarta sangat luas, dipastikan ia akan bertemu dengan pria yang mengisi hatinya sampai saat ini. [.]Nafeesa, Bilqis dan Fatih yang tengah menggendong Nathan berjalan keluar bandara. Mereka baru saja tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma, sudah ada sebuah mobil yang menunggu mereka di depan bandara. "Wih, mentang-mentang bos. Udah ada aja yang standby nungguin disini..." ujar Fatih. "Pastilah, bos gitu loh..." jawab Bilqis. "Sombong amat, Kak." ketus Fatih. Nafeesa hanya terkekeh melihat adiknya yang tak pernah akur dengan Bilqis. Ia menatap Nathan yang masih tertidur di gendongan, adiknya. "Buruan gih masuk mobil, kasihan kalau Nathan tidurnya dalam posisi seperti itu..." sahut Nafeesa. Bilqis dan Fatih langsung masuk ke dalam mobil, kemudian Nafeesa pun ikut masuk ke dalam mobil tersebut. Mobil pun berjalan menuju rumah yang baru Bilqis beli. Di dalam mobil, Bilqis asik menatap kaca karena lipstik yang ia pakai mulai memudar. Fatih yang melihatnya hanya bisa memutar bola mata dengan malas, sedangkan Nafeesa hanya diam sambil menatap layar ponsel-nya. "Padahal kita bisa tinggal
Di Kediaman Keluarga Winarta.Ayah dan Ibu dari Tuan Beni, tengah duduk sambil memikirkan anak laki-laki yang mereka temui di panti asuhan 'Kasih Sayang Ibu' tadi. Mereka membuka album foto yang ada di ponsel dan melihat foto masa kecil Dareen. "Lihat ini mirip sekali, Daddy. Jangan-jangan Dareen memiliki anak," ujar Nyonya Sukma selaku Nenek dari Dareen dan Zay."Mungkin saja, karena ini memang sangat mirip dengan Dareen. Kamu ingat gadis yang diajak cucu kita waktu mampir ke rumah?" Jawab Tuan Teguh."Ingat gadis cantik itu 'kan? Sekilas anak laki-laki itu juga mirip dengan gadis yang dibawa oleh cucu kita. Mommy jadi semakin yakin itu adalah cicit kita, Dad." jelas Nyonya Sukma."Kita tanyakan ke Dareen dan yang lainnya, jika tidak ada juga yang mengaku mungkin Daddy akan menyuruh pengawal untuk memeriksa data-data keluarga anak laki-laki tersebut..." sambung Tuan Teguh.Dareen masuk ke dalam rumah dengan wajah murung, karena selama lima tahun ini tidak ada senyuman yang menghiasi
Nafeesa berada di supermarket bersama Nathan dan Fatih. Ibu satu anak itu tengah memilih makanan ringan untuk cemilan di rumah, apalagi Nathan paling hobi mengemil makanan. Sedangkan Fatih dan Nathan tengah mencari coklat kesukaan mereka. "Filosofi coklat apa?" Tanya Fatih yang menyodorkan coklat kesukaan Nathan. "Cokelat memiliki makna simbolik cinta, perhatian dan komitmen. Banyak yang percaya bahwa cokelat memiliki efek magis dan bila dibagi di antara dua orang, bahkan bisa membuat mereka saling jatuh cinta..." jelas Nathan sambil mengambil coklat yang ada di tangan sang Paman. Fatih menganggukkan kepalanya dan menggandeng tangan keponakannya, mereka berdua mencari keberadaan Nafeesa yang sedari tadi asik mencari makanan ringan. "Permisi bisa geser sebentar," ucap Nafeesa dengan ramah. Pria yang berdiri di depan rak khusus keripik langsung membalikkan badannya dan sedikit bergeser. Nafeesa dan pria itu langsung mematung, kemudian mereka saling tatap satu sama lainnya. "Feesa?"
Dareen memilih pulang ke apartement miliknya, karena tidak menemukan wanita yang tadi ia tabrak. Pria itu mengacak rambutnya dan menatap foto Nafeesa dan dirinya yang terpampang jelas di dinding kamar. "Kamu kemana sih sayang, aku rindu." lirih Dareen. Ting Tong Bel apartement berbunyi, Dareen hanya tetap diam dan pintu apartment terbuka. Zay berjalan memasuki apartement dan masuk ke dalam kamar adiknya. Terlihat Dareen tengah terlihat berantakan, Zay mendekati adiknya. "Kenapa?" Tanya Zay. "Tadi gue liat Nafeesa, Bang. Tapi dengan bodohnya gue, malah diem dan mikir itu hanya mimpi. Gue cari dia udah gak ada disekitar sana..." jelas Dareen. Zay mengangguk dan memegang bahu Dareen. Ia menatap intens adiknya, kemudian memberikan foto anak laki-laki ke arah Dareen. "Abang pengen ketemu sama anak ini, tapi harus temui dimana ya? Soalnya Mira tadi nelepon abang, kayaknya Alia terus nangis pengen ketemu sama anak laki-laki yang ada di foto ini.." ucap Zay. Dareen memegang foto anak
Nana datang ke kantor Dareen dengan pakaian yang begitu terbuka. Ia masuk ke dalam ruangan Dareen saat pria itu tengah ada tamu penting. "Dareen kok gak angkat telepon aku sih!" Tegas Nana. Dareen memutar bola mata malas dan melanjutkan perbincangan dengan tamu penting. Nana kesal dan melempar berkas yang ada di meja kerja, Dareen. Sontak tamu tersebut terkejut bahkan Dareen sudah menahan emosinya agar tidak keluar. "Kamu bisa keluar sebentar, saya lagi ada tamu penting?!" Tanya Dareen. "Gak! Aku mau tau kenapa kamu gak angkat telepon aku? Setelah kamu jawab, baru aku keluar." Kekeh Nana. Dareen menghela napasnya dengan kasar, "saya lagi bekerja, Nana. Kamu gak liat ada tamu yang harus saya layani..." tegas Dareen yang tak bisa menahan amarahnya lagi. Sekertaris Dareen dan salah satu karyawan menyeret, Nana keluar dari ruangan. Membuat gadis itu kesal dan mencoba memberontak. Dareen menatap para tamunya, "mohon maaf atas ketidak kenyamanan ini. Saya benar-benar minta maaf." "Ti
Alia berlari masuk ke dalam rumah kediaman keluar Winarta. Ia masuk menaiki anak tangga dengan wajah yang begitu berbinar. Mira yang melihat anaknya hanya bisa tersenyum sambil memeluk lengan suaminya. "Padahal, Alia anak kita, Mas. Tapi kenapa dia deket banget ya sama Zay dan Dareen?" Tanya Mira. "Biarin aja, Sayang. Asal anak kita bahagia dan gak ngelupain kita..." balas Abdi. Mira mengangguk dan duduk di sofa dekat Nyonya Riska yang tengah membaca majalah. Tuan Beni datang dan bergabung dengan mereka yang ada di ruang tamu. "Alia mana?" Tanya Tuan Beni. "Ke lantai atas, mau ketemu Mas Zay sama Dareen katanya..." jawab Mira. "Dareen dan Zay gak ada di rumah, mereka tidur di apartement..." sahut Nyonya Riska. Alia menuruni anak tangga dengan keadaan lemah, ia tidak semangat seperti tadi. Zay dan Dareen tidak ada di kamar mereka, sehingga Alia sedih. Padahal gadis kecil itu ingin bercerita tentang Nathan yang sudah mau berinteraksi dengannya. "Om kamu di apartemen sayang, sini
Bilqis seketika mematung saat mendengar suara pria yang selama ini, selalu mengisi hatinya. Ia menatap Zay yang terlihat sangat kurus tengah menatapnya dengan tatapan bahagia. Sedangkan Fatih dan Alia hanya menatap mereka dengan tatapan bingung. "K-kamu beneran, Bilqis?" Tanya Zay yang langsung berdiri dan menghampiri Bilqis. Gadis itu hanya diam, karena lidahnya sangat kelu saat ingin membalas pertanyaan Zay dengan jawab tidak. Zay memeluk tubuh Bilqis dan membuat gadis tersebut hanya bisa diam, karena jujur ia merindukan pelukan dari, Zay. "Aku rindu," lirih Zay. Bilqis masih tetap bungkam berada di pelukan, Zay. Dareen yang melihatnya masih terkejut, takdir memang selalu membuat semua orang tercengang. Semalam dia bertemu wanita yang ia cintai, saat dalam keadaan sakit. Sekarang sang Kakak juga kembali bertemu dengan Bilqis gadis pujaan hati yang selalu Zay cari. "Hatiku hancur banget saat pisah sama kamu. Maafin aku yang menyetujui permintaan kedua orang tuaku. Jujur sebenarny
Dareen dan Nafeesa masuk ke dalam rumah, mereka berjalan kearah kamar Nathan. Ceklek! Pintu kamar terbuka, terlihat Nathan tengah tertidur sambil memeluk boneka doraemon miliknya. Dareen mendekati anaknya, kemudian mengusap surai lembut milik, Nathan. "Dia mirip sekali denganmu 'kan..." ujar Nafeesa. Dareen tersenyum dan mengangguk dengan semangat. Nafeesa naik ke atas ranjang, kemudian membenarkan selimut anaknya. Dareen menatap wanitanya dengan mata yang berbinar-binar. "Aku kira, kita tidak akan bertemu lagi. Karena semua suruhanku tidak pernah menemukanmu. Wanita ku ini terlalu pintar bersembunyi," sahut Dareen mengusap surai panjang Nafeesa. Wanita itu hanya membalas dengan senyuman, kemudian mengambil ponsel-nya. Sedangkan Dareen terus saja menatap wajah anaknya yang begitu mirip dengan dirinya. Ia mengambil foto anaknya yang tengah tertidur sambil memeluk boneka doraemon. "Sayang, aku ingin kita menikah. Apa kamu setuju?" Tanya Dareen. Tubuh Nafeesa membeku mendengar per