Share

KEMBALI.

Nafeesa, Bilqis dan Fatih yang tengah menggendong Nathan berjalan keluar bandara. Mereka baru saja tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma, sudah ada sebuah mobil yang menunggu mereka di depan bandara.

"Wih, mentang-mentang bos. Udah ada aja yang standby nungguin disini..." ujar Fatih.

"Pastilah, bos gitu loh..." jawab Bilqis.

"Sombong amat, Kak." ketus Fatih.

Nafeesa hanya terkekeh melihat adiknya yang tak pernah akur dengan Bilqis. Ia menatap Nathan yang masih tertidur di gendongan, adiknya.

"Buruan gih masuk mobil, kasihan kalau Nathan tidurnya dalam posisi seperti itu..." sahut Nafeesa.

Bilqis dan Fatih langsung masuk ke dalam mobil, kemudian Nafeesa pun ikut masuk ke dalam mobil tersebut. Mobil pun berjalan menuju rumah yang baru Bilqis beli. Di dalam mobil, Bilqis asik menatap kaca karena lipstik yang ia pakai mulai memudar. Fatih yang melihatnya hanya bisa memutar bola mata dengan malas, sedangkan Nafeesa hanya diam sambil menatap layar ponsel-nya.

"Padahal kita bisa tinggal di rumah lama loh, kok kamu beli rumah baru sih?" Ucap Nafeesa.

"Rumah lama itu kecil, cuma muat 2-3 orang. Kita aja berempat, Nathan juga nanti susah buat bermain. Kamu tau kan anakmu suka main di tempat yang luas..." jelas Bilqis.

"Iya juga sih," sambung Nafeesa.

"Oh iya, Kak. Nanti mampir ke panti ya, udah lama banget Fatih gak kesana..." ajak Fatih.

"Kakak gak bisa ikut dek, nanti kamu sama Nathan aja yang kesana ya. Ini aja kalau udah sampai rumah, terus istirahat sepuluh menit dulu. Kakak sama Kak Bilqis langsung mau ketemu klien..." jelas Nafeesa.

Fatih mengangguk dan mengerti betapa sibuknya sang kakak. Ia langsung mengusap rambut Nathan dan beberapa menit di perjalanan akhirnya mereka sampai di rumah baru. Nafeesa, Bilqis dan Ilham keluar dari mobil, mereka menatap rumah yang sangat megah.

"Gila gede banget," ucap Fatih.

"Jelas, gue kan bos.." balas Bilqis dengan sombongnya.

Fatih hanya mendegus kesal dan masuk ke dalam rumah. Nafeesa hanya bisa tertawa melihat temannya yang suka sekali menggoda, Fatih. Bilqis tertawa pelan dan menyusul Fatih yang sudah berada di dalam rumah. Nathan bangun dari tidurnya, ia menatap seisi rumah dengan mata yang berbinar. Bilqis mendekati Nathan dan menggendong anak laki-laki tersebut.

"Bibi antar ke kamar ya," ajak Bilqis.

"Baiklah, Bibi." balas Nathan.

Mereka pun masuk ke dalam kamar yang berada di lantai dua. Nafeesa menggenggam tangan adiknya, dan menarik Fatih menaiki lantai dua. Fatih hanya diam mengikuti kakak perempuannya. Mereka tiba di depan pintu kamar yang ada tulisan nama Fatih di pintu tersebut.

"Kamar aku, Kak?" Tanya Fatih.

"Iya, ini kamar kamu dan yang sebelah itu kamar Nathan..." balas Nafeesa.

"Kamar kakak dan kak Bilqis dimana?" Tanya Fatih.

"Di lantai dua juga kok, tuh tinggal belok aja. Nyampe deh kamar kakak dan Bilqis.." jelas Nafeesa.

"Oo gitu," Sambung Fatih.

"Yaudah masuk gih, masuk kamar terus istirahat. Kakak nanti transfer uang buat disumbangkan ke panti ya. Kamu yang ngurus semuanya, dan sebelum ke panti mampir dulu ke supermarket, beliin mereka jajanan..." jelas Nafeesa.

Fatih mengangguk dan memeluk tubuh Nafeesa dengan erat. Ia meletakkan dagunya di bahu sang kakak, Nafeesa membalas pelukan tersebut dengan hangat.

"Makasih kak, udah bekerja keras untuk sekolahku. Aku janji akan bakal bantu kakak, dan mencari pekerjaan yang layak.." gumam Ilham.

"Kakak tunggu janjimu, jadi pria yang sukses dan bertanggung jawab ya. Tetap jadi Fatih yang penyayang, lemah lembut dan baik hati. Kakak sayang banget sama kamu, Fatih." ungkap Nafeesa.

"Fatih juga sayang, Kakak. Fatih bakal selalu membanggakan kakak. Fatih gak bakalan mengecewakan kakak..." jawab Ilham.

"Kakak percaya sama, Fatih. Yaudah masuk dan istirahat ya, Kakak mau pergi sama Bilqis mau ketemu klien..." sahut Nafeesa.

Fatih mengangguk dan masuk ke dalam kamarnya. Seperti yang Nafeesa bilang tadi, ia dan Bilqis langsung keluar dari rumah untuk bertemu klien mereka.

.

Panti Asuhan Kasih Sayang Ibu.

Mobil yang ditumpangi Fatih dan Nathan berhenti tepat di depan panti. Sepertinya ada banyak tamu yang datang ke panti ini, sehingga Fatih harus berpikir keras untuk tetap masuk atau pulang ke rumah dan akan kembali besok.

"Nathan kamu mau masuk ke panti? Sepertinya di dalam ada banyak orang," tanya Fatih.

Nathan hanya diam sambil menatap ke arah luar jendela. Kemudian anak laki-laki itu mengangguk, pertanda ingin masuk ke dalam. Ilham yang sudah mendapatkan persetujuan keponakannya, langsung keluar dari mobil. Supir pribadi, membantu membawa barang-barang yang sempat Fatih beli di supermarket tadi.

"Permisi," ucap Fatih dengan ramah.

Sedangkan Nathan tengah bersembunyi di belakang kaki, Fatih. Ibu pengurus panti langsung terkejut saat melihat Fatih tengah berdiri di depan pintu panti asuhan.

"Anak ibu sudah kembali," ujar Ibu panti yang langsung memeluk Fatih.

"Iya, bu. Fatih dan kakak kembali..." balas Fatih.

Ibu panti melepaskan pelukannya dan menatap ke arah Nathan yang sedari tadi bersembunyi. Wanita paruh baya itu berjongkok dan mensejajarkan tingginya dengan Nathan.

"Siapa?" Tanya Ibu panti sambil menatap Fatih.

"Nathan, bu. Anak kak Eca," balas Fatih.

"Ya ampun ganteng banget," ujar Ibu panti yang akan memegang pipi Nathan.

Namun Nathan memalingkan wajahnya, Fatih yang melihatnya langsung berjongkok dan menggendong keponakannya. "Maaf, Bu. Dia memang sulit bersosialisasi," jelas Fatih.

Ibu panti mengangguk dan tersenyum ke arah Fatih yang tengah menggendong, Nathan. Mereka pun masuk ke dalam panti asuhan, dan disana keluarga Winarta tengah berkumpul di ruang tamu. Fatih sedikit canggung, karena tidak pernah berbaur dengan keluarga konglomerat seperti keluarga Winarta.

"Kenalkan ini anak panti yang sudah tidak tinggal disini lagi," ibu panti mengenalkan Ilham pada keluarga Winarta.

"Wah tampan, kenapa ia dibesarkan di panti?" Tanya Nenek dari Dareen.

"Keluarganya meninggalkannya di depan panti bersama kakak perempuannya..." jelas Ibu panti.

Seluruh keluarga Winarta mengangguk, tiba-tiba saja Nathan yang sedari tadi menunduk meminta untuk diturunkan. Fatih menurunkan keponakannya dan menggenggam tangan, Nathan.

"Berikan rubik saya," ucap Nathan yang masih menundukkan kepalanya.

Dareen terkejut mendengar suara Nathan, ia mendekati Nathan dan mengeluarkan rubik milik anak laki-laki tersebut. "Ini, tenyata aku benar. Kita akan bertemu lagi," balas Dareen.

Nathan mendongakkan kepalanya dan menatap manik mata, Dareen. Tuan Beni, Kakek dan Nenek Dareen langsung kaget saat melihat wajah anak laki-laki itu sangat mirip dengan, Dareen.

"Aku kira kamu tidak bisa berbicara, ternyata bisa." sambung Dareen.

"Dia bisa berbicara, namun terkadang di tidak bisa membaca bahasa tubuh jika berbicara dalam dua arah. Dia juga sulit bersosialisasi dengan orang lain, jadi maaf jika dia sedikit lancang atau menyakiti hati kalian semua..." jelas Fatih.

"Dia kenapa?" Tanya Dareen yang menatap Fatih.

"Dia mengidap sindrom asperger..." balas Fatih.

Dareen mengangguk dan akan memegang wajah anak laki-laki itu. Namun Nathan malah memalingkan wajahnya, dan menatap datar anak perempuan yang tengah tersenyum padanya.

"Ganteng!" Teriak Alia.

Anak perempuan itu langsung berlari ke arah, Nathan dan memeluk anak laki-laki tersebut. Respon Nathan malah menjauhkan badan Alia dari tubuhnya.

"Tidak boleh berpelukan, karena kamu bukan siapa-siapa Nathan. Nathan juga tidak mengenalmu, jadi menjauhlah." jelas Nathan.

Alia memanyunkan bibirnya dan menatap wajah Nathan sangat dekat. "Nama aku Alia, dan itu Om Zay..." jawab Alia.

Zay yang melihat Nathan langsung menghampiri anak laki-laki tersebut. Nathan yang mengingat wajah Zay langsung berlari ke arah Fatih.

"Om Zay gak jahat kok," ucap Alia.

"Nathan tidak kenal dengan Om Zay. Nathan hanya kenal Bunda, Paman dan Bibi saja..." jawab Nathan.

Zay terkekeh dan menggendong keponakannya. Nenek dari Dareen dan Zay mendekati Nathan yang ada digendongan Ilham.

"Boleh kenalan?" Tanya Nenek dari Dareen dan Zay.

"Nathan," balas Nathan.

"Nama panjangnya siapa?" Tanya Nenek dari Dareen.

"Nathan Lucy Pratama," sambung Nathan.

Tubuh Dareen langsung membeku, karena di nama Nathan tengahnya anak itu ada nama Dareen. Saat pria itu akan mendekati Nathan, tiba-tiba Fatih meminta izin untuk pergi.

"Maaf hari sudah malam, nanti ibu Nathan khawatir. Jadi saya dan Nathan pamit dulu," pamit Ilham.

Pria itu membawa keponakannya keluar dari panti asuhan. Karena sang kakak sudah mengirim pesan agar segera pulang. Nathan menatap ke arah Dareen, dan menatap Alia yang tengah memanyunkan bibirnya. Senyuman kecil terlihat dari bibir Nathan, Alia yang melihatnya langsung bersorak kegirangan.

"Huaaaaa, Nathan ganteng senyum ke Alia, Om Zay, Om Daleen." teriak Alia.

"Ssttt, jaga image." bisik Zay.

Mira dan suaminya hanya terkekeh melihat Alia yang sangat bahagia dan sangat dekat dengan, Zay mantan suami Mira. Alia mengangguk dan melompat-lompat kegirangan, Sedangkan Dareen hanya diam menatap kepergian Nathan. Mungkin jika Nafeesa bersamanya, anak mereka anak seumuran dengan Nathan. Dareen berjalan ke arah teras panti asuhan, Zay yang melihat adiknya langsung menyusul Dareen. Alia langsung duduk di pangkuan Dareen sambil menangkup wajah pria itu dengan kedua tangan mungilnya.

"Om Daleen, kenapa? Om, sakit?" Tanya Alia.

"Om gapapa, Alia masuk gih sana. Diluar dingin loh, nanti kamu sakit..." balas Dareen.

"Alia gapapa kok disini, Alia bakal kuat karena tadi udah dapat senyuman dari si ganteng Alia..." balas Alia dengan antusias.

"Alia suka sama, Nathan?" Tanya Dareen.

"Suka banget, Om. Alia pengen nikah sama si ganteng," sambung Alia.

Zay yang mendengar hanya bisa tertawa dan mengusap rambut, Alia dengan lembut. "Masih kecil juga, udah mikirin pernikahan. Om Dareen kamu aja yang udah 28 tahun belum mikir buat nikah," sahut Zay.

"Om Daleen, jangan nikah sama tante cabe itu ya. Dia jahat, Alia kesel sama dia, sok cantik banget. Mending Om Daleen nikah sama mamanya si ganteng, yang cantik banget..." jelas Alia yang kagum dengan wajah Nafeesa.

Zay yang mendengar langsung bungkam, ia menatap Alia yang terlalu polos, untung saja dia belum mengetahui nama ibu dari Nathan.

"Cantik banget ya, sampai kamu nyuruh Om nikah sama Mama si ganteng kamu..." balas Dareen.

"Banget, om." jawab Alia.

"Yaudah, yuk masuk. Di luar semakin dingin, nanti kamu sakit sayang." sambung Dareen.

Alia mengangguk dan mereka pun masuk kembali ke dalam panti asuhan tersebut. Mereka berkumpul kembali panti asuhan. Dareen takut, jika Alya terlalu lama diluar, anak perempuan cantik itu akan sakit dan kedinginan, terkena udara dingin di malam hari. Zay mengikuti adiknya yang saat ini menggendong. Zay, akan tetap diam, dan ia tidak akan memberitahu adiknya bahwa dirinya bertemu dengan Nafeesa. Ia akan menunggu waktu yang tepat, untuk memberitahu adiknya. [.]

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status