Share

TUAN BENI DAN NATHAN.

Di Kediaman Keluarga Winarta.

Ayah dan Ibu dari Tuan Beni, tengah duduk sambil memikirkan anak laki-laki yang mereka temui di panti asuhan 'Kasih Sayang Ibu' tadi. Mereka membuka album foto yang ada di ponsel dan melihat foto masa kecil Dareen.

"Lihat ini mirip sekali, Daddy. Jangan-jangan Dareen memiliki anak," ujar Nyonya Sukma selaku Nenek dari Dareen dan Zay.

"Mungkin saja, karena ini memang sangat mirip dengan Dareen. Kamu ingat gadis yang diajak cucu kita waktu mampir ke rumah?" Jawab Tuan Teguh.

"Ingat gadis cantik itu 'kan? Sekilas anak laki-laki itu juga mirip dengan gadis yang dibawa oleh cucu kita. Mommy jadi semakin yakin itu adalah cicit kita, Dad." jelas Nyonya Sukma.

"Kita tanyakan ke Dareen dan yang lainnya, jika tidak ada juga yang mengaku mungkin Daddy akan menyuruh pengawal untuk memeriksa data-data keluarga anak laki-laki tersebut..." sambung Tuan Teguh.

Dareen masuk ke dalam rumah dengan wajah murung, karena selama lima tahun ini tidak ada senyuman yang menghiasi Dareen, kecuali jika bersama anak-anak kecil. Nyonya Sukma menghampiri cucunya dan memeluk lengan, Dareen.

"Duduk dulu yuk," ajak Nyonya Sukma.

"Baik, Oma." balas Dareen yang berjalan ke arah sofa ruang tamu.

Tuan Teguh menatap cucunya dengan rasa iba, dulu Dareen pria yang sangat cerita jika bersama keluarganya. Tidak pernah ada kata menyerah dalam kamusnya. Namun, lima tahun belakang ini, ia menjadi pria pendiam dan sering murung jika bersama keluarganya.

"Opa mau berbicara denganmu, Opa harap kamu jawab pertanyaan Opa dengan jujur..." ujar Tuan Teguh dengan serius.

Dareen menatap mata kakeknya dan Tuan Teguh langsung menghela napasnya. "Apa sebelumnya kamu pernah berhubungan dengan gadis yang kamu bawa ke rumah Opa dan Oma, dulu?" Tanya Tuan Teguh.

Dareen langsung membeku, ia kembali mengingat betapa indahnya kenangannya yang begitu indah di masa lalu saat bersama, Nafeesa. Pria itu menundukkan kepala dan air mata pun jatuh membasahi punggung tangannya.

"Jawab Opa kamu sayang," sahut Nyonya Sukma.

"Kami--,"

"Mana mau anakku menyentuh wanita rendahan seperti dia, Daddy." tegas Tuan Beni.

Dareen mengepal tangannya dan menatap tajam Tuan Beni. Zay yang baru saja masuk ke dalam rumah, langsung menghampiri adiknya yang tengah menahan amarah.

"Kita ke kamar sekarang," bisik Zay.

Selama lima tahun belakangan ini juga, Zay yang menjadi penenang untuk Dareen. Dia tidak ingin adiknya melakukan hal yang tidak sewajarnya, ia tidak ingin adiknya memukul Tuan Beni, karena sejahat apa pun pria itu, di tetap ayah kandung mereka. Tuan Teguh dan Nyonya Sukma melihat kepergian kedua cucu mereka. Kemudian menatap tajam anak kedua mereka, Tuan Teguh berdiri dan mendekati putranya.

"Daddy tidak pernah mendidikmu untuk jadi pria yang keras kepala dan pemaksa. Jika Daddy tau kalau kedua cucu kesayangan Daddy terkekang karena ulah mu. Demi Tuhan, Daddy tidak akan pernah memaafkan mu, Beni!" Tegas Tuan Teguh.

Tuan Beni langsung menegang, ia tahu seperti apa sifat ayahnya jika sudah marah. Ia berusaha memasang wajah datar agar terlihat tenang. Namun hatinya sangat ketakutan dengan ancaman dari ayahnya. Tuan Teguh berjalan ke arah istrinya, kemudian menggenggam tangan Nyonya Sukma dengan erat. Mereka keluar dari rumah megah tersebut, membuat Tuan Beni menjadi merasa lega.

.

Di Kediaman Bilqis dan Nafeesa.

Fatih membawa Nathan masuk ke dalam rumah, saat tiba di tangga menuju kamar. Pria itu menurunkan keponakannya, "masuk duluan, Paman mau mengambil makanan dulu..." ujar Fatih.

Nathan mengangguk dan menaiki satu per satu anak tangga. Saat sudah berada di lantai dua, Nathan menatap ke arah Nafeesa yang tengah tertidur dengan posisi duduk dan kepala diletakkan di atas meja, di atas meja terlihat ada sebuah laptop dan beberapa berkas. Nathan masuk ke dalam kamar dan mengambil selimut untuk ibunya. Anak laki-laki tersebut langsung menghampiri Nafeesa, kemudian menyelimuti tubuh wanita cantik yang berstatus sebagai ibunya tersebut.

"Bunda, apa Nathan memiliki seorang ayah?" Gumam Nathan yang duduk di samping, Nafeesa.

Fatih yang baru saja tiba di lantai dua, langsung menghentikan langkahnya saat mendengar ucapan keponakannya. Sesak rasanya mendengar ucapan tersebut, walau Nathan tidak pernah menangis dan tidak pernah meminta hal-hal yang sensitif seperti menginginkan seorang Ayah. Tapi Fatih yakin, anak laki-laki itu pasti juga menginginkan seorang ayah yang bisa bermain bersamanya.

'Tuhan, kenapa cobaan mu seberat ini. Hamba mohon pertemukan Kakak dan Keponakan hamba dengan Ayah kandung dari, Nathan. Mereka juga berhak untuk bahagia, Tuhan.' batin Fatih.

Nathan berdiri dan membalikkan tubuhnya, Ilham secepat mungkin menghapus air matanya dan tersenyum ke arah, Nathan. "Paman menangis?" Tanya Nathan.

"Enggak, Paman tidak menangis. Sudah masuk kamar sana, Paman membawakan beberapa cemilan untuk kamu di dalam kamar. Ah, atau kamu mau tidur di kamar, Paman? Kita main ps, setuju?" Ujar Fatih.

Nathan mengangguk dan masuk ke dalam kamar, pamannya. Fatih tersenyum dan ia akan berusaha agar keponakannya tidak lagi bertanya tentang ayahnya. Dia akan menjadi Ayah untuk Nathan, yang selalu ada untuk Nathan dan yang akan terus menemani keponakannya itu. Nafeesa membuka kedua matanya dan meneteskan air mata. Ia mendengar ucapan putranya tadi. Sesak rasanya saat Nathan menanyakan ayahnya. Wanita itu mengangkat kepalanya dan menatap foto yang tersimpan di dompet miliknya.

"Apa aku harus memberitahu bahwa kamu ayahnya, Mas. Tapi, aku tidak ingin membuat karir mu hancur karena kejujuran ku. Aku tau bagaimana perjuanganmu bisa mencapai cita-cita mu.." gumam Nafeesa.

"Jujur aku merindukanmu, Mas. Aku masih mencintaimu, namun mungkin ini yang terbaik untuk kita. Mas bisa mendapatkan kebahagian dari wanita lain, karena kebahagiaan mu adalah kebahagian ku juga..." gumam Nafeesa lagi.

Wanita itu masuk ke dalam kamar dan mengunci kamar nya. Ia menangis sambil menatap foto kebersamaan dengan, Dareen pria yang sangat ia cintai. Mereka harus terpisah karena tidak mendapatkan restu dari kedua orang tua, Dareen. Nafeesa sangat ingin bertemu pria yang ia cintai, namun ia takut karir pria pujaan hatinya hancur saat bertemu dengannya.

Menghindar, adalah hal yang paling tepat saat ini. Walau sangat sulit, selama lima tahun ini Nafeesa harus menahan rindu dan sesak saat melihat pria pujaan hatinya tengah muncul di televisi bersama tunangannya. Selama lima tahun ini Nafeesa selalu mencari kabar tentang Dareen, dan saat pertama kali ia sampai di Semarang. Ia mendapatkan kabar bahwa Dareen sudah sah menjadi tunangan Nana.

Mereka terlihat bahagia di layar televisi, namun Nafeesa tidak mengetahui betapa hancurnya hati Dareen, saat kedua orang tua Dareen memaksa untuk bertunangan dengan Nana.

"Semoga kamu bahagia, Mas." gumam Nafeesa.

.

"Bunda, Nathan mau ke toko buku bersama Paman. Ijinkan Nathan ya, Bunda." ucap Nathan.

"Iya, sayang. Hati-hati ya, jangan lupa bawa ponsel biar Bunda bisa menghubungimu..." balas Nafeesa.

"Baik, Bunda. Nathan pamit terlebih dahulu," sambung Nathan berjalan keluar rumah menghampiri Fatih yang sudah berada di dalam mobil.

Nafeesa mengikuti anaknya dari belakang dan melambaikan tangan saat Nathan sudah masuk ke dalam mobil. "Bawa mobil-nya pelan-pelan, Fatih." teriak Nafeesa.

Fatih mengacungkan jempolnya dan mobil pun bergerak jauh dari halaman rumah. Nafeesa tersenyum manis dan kembali masuk ke dalam rumah. Bilqis yang baru saja bangun, menuruni anak tangga satu per satu sambil mengucek matanya.

Ting

Ting

Notifikasi akun media sosial masuk dari ponsel, Bilqis. Gadis itu langsung mengambil ponsel yang ada di dalam saku baju tidurnya. Bilqis langsung mendadak lemas, saat melihat foto mantannya bersama seorang anak.

"Huh! Kayaknya cuma gue yang gagal move on, eh lo juga kan Nafeesa..." ujar Bilqis.

"Apaan dah, biasa aja tuh.." jawab Nafeesa merapikan mainan Nathan.

.

Toko Buku.

Fatih memarkirkan mobil-nya dan keluar dari dalam mobil sambil menggendong, Nathan. Mereka masuk ke dalam toko buku, dan mencari buku kesukaan Nathan.

"Jangan buku yang melebihi usiamu ya, buku SD beli aja. Asal jangan buku siswa SMP," tegur Fatih.

"Apakah buku filosifi tentang bunga boleh, Nathan beli?" Tanya Nathan.

Fatih mengangguk sambil memilih novel pengeluaran terbaru. Nathan berjalan ke arah buku cerita anak-anak yang bersebelahan dengan rak buku tentang filosofi bunga.

"Aduh, arti metamorfosis apa ya? Umur makin tua, sering lupa uy. Buku metamorfosis yang mana lagi ah. Hadeh anak Mira nyusahin banget, padahal bukan cucu saya..." ucap pria paruh baya yang berdiri di samping Nathan.

Nathan mengambilkan buku yang dicari oleh pria paruh baya tersebut, kemudian menyodorkan buku tersebut. "Metamorfosis suatu proses perkembangan biologi pada hewan yang melibatkan perubahan penampilan fisik dan/atau struktur setelah kelahiran atau penetasan. Perubahan fisik itu terjadi akibat pertumbuhan dan diferensiasi sel yang secara radikal berbeda.." jelas Nathan sambil menatap ke arah buku yang ia pegang.

Pria paruh baya itu mengambil buku tersebut, dan menatap Nathan dengan tatapan kaget. "Terima kasih, dan bagaimana kamu tau arti metamorfosis. Padahal kamu masih berusia 5 tahun?" Tanya Tuan Beni.

"Bunda yang mengajarkan saya, permisi." ujar Nathan yang kembali mencari buku yang ia inginkan.

Tuan Beni menyungging senyum di bibirnya, kemudian menatap Nathan dengan tatapan bangga. Fatih yang mengetahui ada pria paruh baya menatap keponakannya, langsung menghampiri Nathan untuk menjaga keponakannya tersebut.

Tuan Beni tersenyum ke arah Fatih dan berjalan ke arah kasir. "Paman, Nathan ingin membeli buku dongeng The Little Prince, boleh ya. Satu lagi filosofi bunga ya, Paman." pinta Nathan yang memegang dua buku tersebut.

"Iya, sekarang kita bayar.." ajak Fatih.

Nathan berjalan lebih dulu kearah kasir, sedangkan Fatih tengah berjalan di belakang keponakannya. Selama mengantri, Fatih banyak memberikan pertanyaan pada Nathan.

"Filosofi bunga Dandelion apa?" Tanya Fatih.

"Filosofi dari bunga Dandelion, pengharapan, cinta, kebahagiaan, keceriaan, serta kesetiaan." jelas Nathan.

Fatih mengangguk, "Kalau bunga lily?" Tanya Fatin.

"Bunga lily, kesucian, kemurnian dan kesopanan. Bunga lily disebut bunga bakung sebagai lambang keindahan dan sering disebutkan keindahan." balas Nathan.

"Kalau Bunda jadi bunga, bagusnya jadi bunga apa?" Tanya Fatih.

"Lavender karena memiliki kekuatan yang ampuh untuk mengusir nyamuk di rumah. Dibandingkan menggunakan obat nyamuk. Lavender itu juga bisa ditempatkan di rumah. Namun, di balik kecantikan dan keampuhannya, lavender bermakna kesetiaan. Sama seperti Bunda, yang setia menanti pria yang belum tentu menantikan kehadirannya. Itu lah bunda..." jelas Nathan.

Fatih langsung terdiam dan mengusap bahu keponakannya. Tuan Beni yang ada di depan Nathan hanya bisa terdiam sambil mendengar penjelasan filosofi bunga dari mulut, Nathan. [.]

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status