Home / Romansa / MELODI ABELIA / 1. How It Started

Share

MELODI ABELIA
MELODI ABELIA
Author: khairunnisastuff

1. How It Started

last update Last Updated: 2021-06-12 02:06:34

Mereka bilang, cinta itu sederhana. Hanya saja para pencinta yang membuatnya rumit. Benarkah begitu? Kurasa ada benarnya. Karena kita mengalaminya. Kitalah dua orang rumit itu, yang memilih menyatukan cinta di atas asa genting yang siap menjatuhkan kita kapan saja. Kita bertahan meski benteng pertahanan hampir runtuh, meski kewarasan jiwa nyaris luruh. Tapi tak apa, aku bahagia bisa saling menguatkan denganmu.

Akan tetapi, semua keyakinanku hancur berantakan saat kamu memilih untuk menghilang dalam persembunyian. Kamu mungkin tak akan pernah kutemukan lagi, tapi kenangan tentangmu tetap menyala dan tak pernah mati. Aku merindukanmu, kamu tahu itu. Maka aku merajut rangkaian kata ini, menulis kisah kita sehingga kenangan-kenangan kita tak menjadi layu. Agar aku tetap kuat menjaga rindu hingga yang aku mampu.

Kisah kita mungkin tak akan ada artinya bagi mereka. Mungkin mereka akan menganggapnya sebagai cerita cinta picisan yang membangkitkan halusinasi. Tapi biarlah. Kita tak perlu membuat mereka mengerti. Aku akan tetap menulisnya. Cerita cinta yang manis namun pelik, seperti gerimis yang kerap mengusik. Meski rumit, aku berjanji akan menuliskannya dengan sederhana sehingga para pembaca aksara tak sulit mencari makna.

***

Kata orang, kehidupan di ibu kota itu kejam. Namun banyak juga yang menganggapnya begitu indah. Sering kali orang-orang yang belum pernah menjejakkan kaki ke sana—menganggap Jakarta begitu gemilang, penuh gemerlap. Menjanjikan harapan pada sosok-sosok pengais rupiah. Memamerkan kecemerlangan masyarakat modern. Nyatanya, setelah kau menapak kaki di sana, Jakarta tak segemilang dan segemerlap itu. Tapi juga tak seburuk yang sering didengar. Kejam dan indah, dua kata kontras yang bisa mewakili ibu kota.

Aku adalah salah seorang perantau di Jakarta yang padat dan sesak ini. Kota asalku berada di Sumatera, tepatnya di kota Lampung. Keadaan finansial keluargaku menurun setelah kepergian ayah. Setamat kuliah, aku—anak perempuan satu-satunya—menjadi tulang punggung untuk ibuku dan adikku. Sementara kakakku sudah menikah dan tak bisa membantu keuangan keluarga kami karena keluarga kecilnya pun sangat membutuhkan.

Dua tahun yang lalu, aku memutuskan berangkat ke Jakarta agar mendapat pekerjaan dengan gaji yang lebih tinggi. Meskipun gajiku hanya sedikit di atas UMR (Upah Minimum Regional), tapi setidaknya UMR di ibu kota lebih tinggi daripada UMR di provinsi asalku. Sedangkan biaya hidup bisa dibilang tidak terlalu jauh berbeda.

Namun ternyata tetap saja, selama bekerja uangku tercurah untuk membiayai semua keperluan ibu dan adikku, kadang-kadang juga membantu kakakku. Aku harus sangat berhemat sejak berada di perantauan. Tinggal di indekos sederhana, makan seadanya, dan menabung sedikit demi sedikit. Tapi tak pernah kuceritakan tentang kesulitan yang kualami pada keluargaku di sana.

Aku bekerja di sebuah perusahaan outsourcing swasta—yang masih terbilang baru—sebagai akuntan sekaligus staf administrasi. Semuanya baik-baik saja sampai kemudian bencana itu datang. Aku difitnah telah menggelapkan uang. Bosku murka dan memecatku. Tidak hanya itu, dia juga mem-blacklist namaku agar tak ada perusahaan lain yang mau menerimaku. Masih kuingat dengan jelas betapa menyakitkannya kejadian tersebut.

“Apakah Anda punya bukti atas tuduhan itu?” tanyaku menantang mata sang pemimpin perusahaan, tak terima atas tuduhannya. “Bukannya perusahaan sudah memeriksa rekening saya? Semuanya sudah jelas bahwa tidak ada transaksi mencurigakan di dalamnya.”

“Ya. Uang itu memang tidak masuk ke rekening pribadimu, melainkan rekening lain yang bukan atas nama kamu. Tapi sudah pasti rekening itu milikmu juga, hanya kamu palsukan saja datanya.” Derry Laksmana—bosku itu—berkata sinis tanpa menoleh padaku.

Keningku berkerut. “Bagaimana bisa itu menjadi bukti dan bagaimana bisa Anda menyimpulkan bahwa rekening itu milik saya?” cecarku. “Coba tunjukkan data rekening itu. Perusahaan tentunya bisa menyelidiki, supaya jelas semuanya.”

“Abelia, kamu adalah akuntan di perusahaan ini. Kamu yang menangani laporan keuangan. Sudah pasti kamu yang melakukannya.” Lelaki paruh baya itu menunjuk wajahku. “Apalagi ada saksi mata.” Ia lalu mengalihkan pandangannya acuh tak acuh.

“Saya tidak terima tuduhan Anda yang tanpa bukti! Kalau memang ada saksi matanya, coba katakan pada saya siapa mereka!” tantangku sambil menahan air mata, hampir hilang kesabaran.

“Sudahlah, Abelia!” Bosku itu membentakku. “Masih untung kamu cuma saya berhentikan dan saya blacklist. Bagaimana kalau sampai saya bawa kasus ini ke meja hijau?!”

“Kenapa Anda mengancam saya?! Bukankah saya yang seharusnya melaporkan tuduhan tanpa bukti ini ke pihak yang berwajib?! Apalagi cara Anda memberhentikan saya tidak sesuai SOP perusahaan," balasku.

“Ini perusahaan saya, terserah saya!” tukasnya. “Silakan saja kalau kamu mau melaporkan ke polisi! Kamu pikir kamu bisa memenangkan kasus? Saya tahu kamu berasal dari kalangan menengah ke bawah dan tulang punggung keluargamu. Mana mungkin kamu punya uang untuk menyewa pengacara.” Lelaki tua itu terkekeh.

Meski menyakitkan, aku tahu apa yang ia bilang itu benar. Jangankan untuk menyewa pengacara, untuk biaya hidupku dan keluargaku saja kadang aku kesulitan. Aku benar-benar kecewa. Loyalitas dan kontribusiku pada perusahaan harus dibalas dengan fitnah seperti ini. Rasanya aku ingin menggebrak meja, lalu mengacak-acak semua yang berada di atasnya. Namun, itu tak kulakukan. Aku memilih pulang sambil menyeka air mata.

Sesaat kupejamkan mata untuk meredakan sesak karena mengingat kejadian tersebut. Entah siapa pelaku fitnah itu, sampai sekarang aku tak tahu. Satu hal yang jelas, ulahnya telah membuatku menjadi seorang pengangguran yang mengenaskan. Tak ada panggilan dari lamaran pekerjaanku ke beberapa perusahaan setelahnya. Sepertinya namaku benar-benar telah di-blacklist oleh mantan bosku itu. Mencari pekerjaan di sektor non-formal pun sudah sulit karena usiaku kini sudah 27 tahun.

Resahku semakin tak berarah ketika kemudian persediaan uangku semakin menipis. Aku lebih mengutamakan membayar indekos karena si pemilik indekos bukanlah seorang dermawan yang berkenan memberi penangguhan pembayaran. Sebenarnya kemarin aku punya tabungan meski tak banyak. Tapi sebelum aku dipecat dari pekerjaanku, semua tabunganku itu sudah kupinjamkan pada kakakku yang memerlukan biaya untuk melahirkan anak ketiganya.

Meminjam uang kepada rekan-rekan kerjaku kemarin rasanya tak mungkin. Terlihat sekali mereka menghindariku setelah pemecatan itu. Aku dikeluarkan langsung dari chat group perusahaan. Sedangkan meminjam uang kepada teman-teman indekos sudah kucoba, namun mereka juga sedang kesulitan. Barang berharga pun tak ada yang bisa kujual. Laptopku sudah usang, sedangkan ponsel tak mungkin kujual karena merupakan alat komunikasi dan pencari informasi.

Di saat buntu itulah kemudian aku mengenalnya. Seorang pria bernama Arsya Hadinata. Dia mengaku sebagai seorang direktur utama di perusahaan tempatnya bekerja. Aku berkenalan dengannya dari situ kencan online. Dari perkenalan di situs itu, obrolan kami berlanjut ke aplikasi chat di ponsel. Sebelumnya tidak mudah bagiku memberikan nomor ponsel pada orang asing, tetapi entah kenapa aku bisa memberikannya pada pria itu.

Obrolanku bisa dibilang sangat mengalir dengannya. Setelah dua minggu mengenal secara online, dia mengajakku bertemu. Sejujurnya aku merasa takut. Bisa saja dia penipu atau hanya seorang pria hidung belang. Sudah banyak aku membaca berita penculikan atau penipuan setelah bertemu dari situs kencan online. Namun, kemudian aku tetap memutuskan untuk menemui Arsya dengan harapan aku bisa mendapatkan pekerjaan darinya.

Dari sinilah kisahku dan Arsya dimulai.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MELODI ABELIA   From Author

    Hello, MELODI ABELIA readers! Thank you so much for reading love story of Abelia and Arsya. Hope you like it. Cerita ini memang bukan tema populer, tapi aku menyukainya. Tema novel ini memang sedikit dark dengan mengangkat isu kesehatan mental dan konflik keluarga yang pelik. Di sini hampir setiap tokohnya melakukan kesalahan, tidak ada yang sempurna. Masing-masing memiliki sisi baik dan buruk, juga memiliki keterikatan dengan masa lalu. Masing-masing tokoh juga mengalami perkembangan karakter.Terlepas dari kelebihan dan kekurangan dari novel ini, semoga kamu bisa mengambil pelajaran di dalamnya, ya. Semoga juga bisa menjadi bacaan yang menghibur dan berkesan. That's it. Thank you and see you. With Love,Author Remahan Croissant NOTE: JANGAN MENJIPLAK KARYA INI SEBAGIAN ATAUPUN SELURUHNYA. SANK

  • MELODI ABELIA   50. The Eternal Love

    Sekian tahun berlalu. Abelia terbangun di pagi hari karena sinar mentari yang mengintip dari sela tirai jendela kaca. Segera ia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelahnya, ia melihat kalender. Ia tak akan pernah lupa pada tanggal itu. Hari ulang tahun Arsya, pria yang sangat dan akan selalu ia cintai. Perlahan Abelia menghela napas. Sambil menyunggingkan senyum, ia beranjak ke kamar anaknya. Putranya yang bernama Abizhar, berumur 5 tahun. Putrinya yang bernama Aubrie, berumur 3 tahun. Abelia segera membangunkan mereka untuk mandi dan bersiap-siap. Karena mereka sulit sekali dibangunkan, Abelia menciumi pipi mereka hingga terbangun. "Ayo, bangun. Hari ini ulang tahun papa," ucap Abelia. Abizhar dan Aubrie segera bangkit dari ranjang mungil mereka masing-masing. "Oh, ya. Hari ini ulang tahun papa!" seru mereka. "Apakah kita akan menemui papa hari ini, Ma?" tanya Abizhar. "Tentu saja, Sayang. Makanya mandi, biar cepat bertemu papa." Abelia tersenyum. "Ayo, mandi, M

  • MELODI ABELIA   49. For The Love of Abelia

    Penantian Arsya berakhir sudah. Hari bahagianya bersama Abelia yang sempat tertunda kini telah terwujud. Sebuah hari bahagia di mana ia dan sang kekasih akhirnya mengucap ikrar suci dan janji untuk saling setia dalam ikatan pernikahan. Mereka mengikuti semua prosesi pernikahan yang sakral dalam suasana syahdu. Para tamu yang hadir pun ikut terlarut. Ijab kabul dan prosesi adat telah selesai dilakukan. Sekarang saatnya mereka bersanding di pelaminan mengebakan sepasang gaun pengantin hasil rancangan desainer ternama. Arsya terlihat semakin tampan dalam balutan tuxedo berwarna putih, sedangkan Abelia mengenakan gaun panjang sederhana berwarna putih yang terlihat mewah dengan taburan payet di bagian dada. Para tamu mengagumi keelokan penampilan mereka. Ditambah dengan dekorasi pernikahan yang didominasi dengan warna putih semakin membuat suasana pesta pernikahan itu begitu agung. Arsya menoleh pada Abelia, wanita yang sudah sah menjadi istrinya. Keel

  • MELODI ABELIA   48. Penantian Arsya

    Kebekuan melingkupi Abelia dan Arsya sepanjang perjalanan. Setibanya di apartemen Abelia pun mereka masih saling berdiam diri tanpa sepatah kata terucap. Sambil menahan air mata, Abelia menatap Arsya. Mereka saling menatap dalam diam dengan pandangan yang redup. Suasana yang dingin pun tercipta. Semua kebahagiaan yang terjadi pada mereka belakangan ini seolah lenyap begitu saja. Abelia merasa dia harus kembali mengulang masa-masa sakit, tetapi kali ini lebih perih. Masa lalu yang kelam kembali datang menghampiri. Membuat luka yang sudah hampir sembuh kini menganga kembali. "Arsya," panggil Abelia pelan. "Lebih baik kita akhiri hubungan ini." Perlahan Abelia melepaskan cincin tunangan yang melekat di jari manisnya. Melihat itu, Arsya menahannya dan menggeleng. "Aku tidak mau, Abelia." "Lalu maumu bagaimana? Tetap menjalani hubungan sampai ke pernikahan setelah semua fakta itu?" cecar Abelia. Sejenak Arsya terdiam, lantas mengangguk. "Bagaimana mungkin aku bisa menikah dengan seora

  • MELODI ABELIA   47. Misery

    Suasana bahagia masih meliputi hati Abelia dan Arsya sejak hari pertunangan mereka kemarin. Mereka tak bisa menyembunyikan kelegaan akan hubungan mereka yang sudah masuk ke jenjang yang lebih serius. Kedua pihak keluarga juga sudah membicarakan persiapan pernikahan mereka yang rencananya akan dilaksanakan dalam beberapa bulan ke depan. Hanya tinggal selangkah lagi untuk benar-benar saling memiliki.Kini Abelia bisa sedikit lebih fokus pada outlet barunya yang sudah dibuka dan beroperasi. Ia sudah mempekerjakan beberapa orang karyawan yang didapatnya dari rekomendasi supplier produk jualannya. Hari-hari yang sibuk akan segera dimulai. Abelia harus membagi waktu antara mengurusi bisnis dan mempersiapkan pernikahan.Namun, Abelia tak merasakan masalah berarti karena ada Arsya yang selalu mendukungnya. Hari itu Arsya menemani Abelia mengunjungi outlet-nya yang dinamakan Abelia Mode. Selain menjual kain, Abelia juga berencana untuk memproduksi pakaian berbahan d

  • MELODI ABELIA   46. Engagement and Something

    Hari pertunangan Abelia dan Arsya secara resmi tengah berlangsung. Mereka memilih tema garden party sebagai dekorasi. Lantunan musik romantis terdengar dari sebuah band akustik yang berada di salah satu sudut taman. Nada dan melodi yang merdu itu seakan membuat para tamu terhanyut dalam kesyahduan. Keluarga dari kedua belah pihak telah datang. Abelia datang hanya bersama keluarga intinya yang sempat menginap semalam di hotel. Sementara dari pihak keluarga Arsya tidak hanya dihadiri oleh keluarga inti, tetapi juga kerabat dekat termasuk Derry dan Delisha. Semua tamu tampak menikmati suasana pesta yang hangat itu. Arsya dan Abelia berdiri berdampingan di depan sebuah dekorasi hiasan bunga bertuliskan inisial nama keduanya. Mereka mengobrol dengan para kerabat yang sebaya. Setelah para kerabat itu berlalu, Delisha berjalan mendekati Arsya dan Abelia yang tampak sibuk bercanda satu sama lain. Melihat itu, Dikta menyusul karena merasa khawatir Delisha akan membuat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status