Beranda / Romansa / MELODI ABELIA / 2. Permintaan Mama

Share

2. Permintaan Mama

last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-12 02:13:26

“Sudah saatnya kamu memiliki pendamping hidup, Arsya.” Yunita berkata pada anak laki-lakinya.

Arsya tak menyahuti perkataan wanita paruh baya di hadapannya. Ini bukan pertama kalinya sang mama menyampaikan hal itu. Mengatakan padanya bahwa ia seharusnya sudah menikah. Padahal usia Arsya masih 28 tahun, belum mencapai kepala tiga. Masih bisa dibilang muda, apalagi untuk seorang laki-laki. Tapi Arsya sudah terbiasa. Sejak usianya 25 tahun, Yunita sudah mulai menyinggung soal pendamping hidup bagi Arsya.

Hal itu yang membuat Arsya sedikit enggan untuk pulang ke rumah orang tuanya, meski masih sama-sama berada di ibu kota. Ia lebih memilih berada di apartemennya. Bukannya ia tak menyayangi mamanya. Apalagi sejak papanya meninggalkan mereka beberapa tahun lalu, Arsya mengerti bahwa mamanya sering merasa kesepian berada di rumah. Namun tinggal sendiri sudah menjadi pilihan Arsya sejak ia selesai kuliah dulu. Ia hanya ingin merasa lebih leluasa.

“Kamu tahu Tante Rianti, 'kan?” tanya Yunita membuyarkan lamunan Arsya.

Arsya mengerutkan kening, mencoba mengingat siapa yang dimaksud oleh Yunita.

“Tante Rianti mamanya Azkaa, loh,” sambung Yunita.

“Oh, ya,” sahut Arsya mendengar nama itu.

Azkaa adalah salah seorang kerabat yang sebaya dengannya. Mereka tidak terlalu dekat, hanya sering membicarakan tentang bisnis. Kebetulan perusahaan manufaktur yang dipimpin oleh Arsya merupakan pemasok ala-alat berat untuk perusahaan konstruksi milik Azkaa.

“Tante Rianti itu kan punya diabetes. Kemarin dia cerita sempat dirawat di rumah sakit beberapa kali karena komplikasi diabetes dan hipertensi,” ujar Yunita lagi.

Arsya hanya diam, menunggu Yunita melanjutkan perkataannya.

“Mama memang tidak mengidap diabetes seperti Tante Rianti. Mama juga bersyukur sampai sekarang mama sehat-sehat saja. Tapi yang namanya sudah tua, penyakit bisa saja menghampiri kapan pun.” Yunita kemudian meneguk jus jeruk di hadapannya.

Kini Arsya tahu ke mana arah pembicaraan Yunita. Ia menatap mamanya itu. “Mama akan sehat-sehat saja.”

Yunita tersenyum tipis. “Semoga.” Ia terdiam sejenak, lalu berkata, “Tapi kalau boleh mama meminta, saat mama masih sehat seperti ini, mama ingin melihatmu memiliki pendamping hidup.”

Perlahan Arsya menghela napas. “Saya sudah bilang, Ma. Saya akan menikah ketika saya sudah menemukan wanita yang tepat. Dan saat ini saya belum menemukannya.”

“Mama punya banyak teman yang memiliki anak perempuan. Dan kalau kamu masih ingat Delisha—”

“Saya juga sudah bilang bahwa saya tidak mau dijodohkan,” sela Arsya.

“Bukan bermaksud menjodohkan,” jawab Yunita pelan. “Hanya mencoba mengenalkan kamu dengan mereka. Mana tahu ada yang cocok.”

Arsya menggeleng. “Saya akan menemukan pendamping hidup saya sendiri.”

Akhirnya Yunita mengangguk. “Ya, sudah,” ucapnya memaksakan senyum.

Tak berapa lama Arsya bangkit dari duduknya dan berpamitan untuk pulang ke apartemen malam itu.

“Loh, tidak jadi menginap?” tanya Yunita.

“Maaf, Ma. Baru ingat besok ada meeting pagi,” dalih Arsya seraya beranjak.

Yunita kembali mengangguk kemudian mengantarkan anak laki-lakinya itu hingga masuk ke dalam mobil. Dengan tatapan hampa, Yunita memandang ke luar hingga mobil Arsya benar-benar berlalu. Ia baru masuk ketika Bi Diah—asisten rumah tangganya—mengajaknya masuk. Perlahan ia masuk ke rumah dan beranjak ke kamarnya.

Kembali Yunita mengingat pembicaraan singkatnya dengan Arsya tadi. Sebenarnya ia pun tak bermaksud mendesak Arsya untuk segera menikah. Tapi sepeninggalan suaminya, Yunita sering merasa rapuh. Ia selalu berpikir akan jatuh sakit dan tak sempat melihat Arsya menikah. Rasanya itu memang kekhawatiran banyak ibu di dunia ini, entah kenapa.

Namun ia sadar, hubungannya dengan sang anak memang bisa dibilang kaku. Arsya sejak kecil memang sangat pendiam dan tak banyak bicara, terlebih setelah kehilangan kakaknya. Yunita memiliki dua anak laki-laki, namun si sulung sudah meninggal dunia saat berusia 8 tahun. Arsen—anak sulungnya—hanya berbeda dua tahun dengan si bungsu, Arsya.

Yunita memejamkan matanya sejenak, tak ingin kehilangannya akan Arsen membuatnya semakin gundah. Arsen meninggal dunia karena kecelakaan, namun sampai sekarang ia tak tahu pasti bagaimana kecelakaan itu bisa terjadi. Yunita menghela napas, kemudian mencoba untuk tidur.

***

Di kamar apartemennya, Arsya termenung. Teringat kembali akan permintaan sang mama agar ia segera memiliki pendamping hidup. Meski ia sudah terbiasa mendengarkan permintaan mamanya itu, kali ini rasanya cukup menyentuh hatinya. Selama ini ia memang tidak pernah memikirkan tentang pendamping hidup karena ia sibuk dengan pekerjaannya, masih belum ingin berkomitmen, dan belum menemukan wanita yang mampu memikat hatinya. Alasan-alasan klise yang membuatnya betah melajang.

Bukan berarti Arsya tidak pernah berkencan. Sebagai lelaki normal, tentu saja ia memiliki hasrat dan ia sesekali berkencan dengan wanita-wanita cantik, meski ia sangat pemilih. Namun tak pernah ia bermain hati dengan para wanita yang pernah dikencaninya walaupun banyak dari mereka yang menginginkan hubungan lebih dengannya. Dan sudah setahun belakangan ia tak lagi menyentuh wanita. Tak ingin ada drama, pikirnya.

Bayangan wajah seorang gadis melintas di kepalanya. Delisha, gadis yang berusia beberapa tahun lebih muda darinya dan merupakan anak seorang kerabat sekaligus teman baik mamanya. Arsya dan Delisha sewaktu kecil pernah dijodohkan. Tapi itu sekadar perjodohan masa kecil yang terlontar dari pembicaraan orang tua yang bersahabat. Setelah dewasa, perjodohan itu tak lagi terdengar meski kadang sang mama masih membicarakan Delisha.

Arsya benar-benar menjaga jarak dari Delisha. Bukan karena tak menyukai penampilan dan sifat wanita itu atau bagaimana. Delisha adalah gadis cantik dengan perilaku yang manis. Tapi Arsya memang tak memiliki perasaan pada wanita itu dan ia juga belum ingin membuka hati pada wanita mana pun. Dalam beberapa kesempatan pada acara-acara keluarga besar—yang kadang dihadirinya karena perintah sang mama—ia kerap bertemu dengan Delisha karena wanita itu selalu menghampirinya. Kabar yang ia dengar beberapa tahun belakangan ini, Delisha menetap di Balikpapan karena tuntutan pekerjaan.

Arsya menghela napas kemudian mengambil ponselnya. Tiba-tiba saja ia teringat akan obrolan dengan beberapa temannya beberapa waktu yang lalu. Mereka pernah menggunakan situs kencan online untuk mencari pasangan kencan, bahkan ada yang sampai menemukan jodoh. Arsya hanya diam mendengarkan saat itu karena sama sekali tak tertarik dengan topik obrolan. Tapi ternyata rekaman percakapan itu muncul lagi di kepalanya malam ini.

Haruskah dia mencoba bergabung di situs kencan online? Siapa tahu dari situ dia menemukan jodohnya dan memenuhi permintaan sang mama. Arsya menggeleng cepat. Konyol! Hal itu benar-benar bodoh untuk dilakukan. Seperti pria tak laku saja. Arsya disukai oleh banyak wanita dan mudah saja baginya untuk berkencan dengan wanita mana pun, hanya saja dia yang belum mau berhubungan serius dengan seorang wanita. Ia melempar ponselnya ke ranjang, lalu memutuskan untuk mandi. Ia membasahi seluruh tubuhnya dengan air yang mengucur dari shower, berharap pikiran bodohnya tadi lenyap.

Akan tetapi, setelah selesai mandi dan berbaring di ranjangnya, pikiran untuk bergabung dengan situs kencan online muncul lagi di kepalanya. Meski ia menganggap bahwa hal itu konyol, ia tak bisa menyangkal bahwa ia sangat penasaran untuk mencoba. Kemudian ia pun membiarkan jemarinya membuat akun dan mengisi profil di sebuah situs kencan online bernama TheCupid.

Damn it! Arsya memaki kebodohannya sendiri.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
ayyona
nah...td baca Tante Rianti...lsg klik..eh beneran ada Azkaa ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • MELODI ABELIA   From Author

    Hello, MELODI ABELIA readers! Thank you so much for reading love story of Abelia and Arsya. Hope you like it. Cerita ini memang bukan tema populer, tapi aku menyukainya. Tema novel ini memang sedikit dark dengan mengangkat isu kesehatan mental dan konflik keluarga yang pelik. Di sini hampir setiap tokohnya melakukan kesalahan, tidak ada yang sempurna. Masing-masing memiliki sisi baik dan buruk, juga memiliki keterikatan dengan masa lalu. Masing-masing tokoh juga mengalami perkembangan karakter.Terlepas dari kelebihan dan kekurangan dari novel ini, semoga kamu bisa mengambil pelajaran di dalamnya, ya. Semoga juga bisa menjadi bacaan yang menghibur dan berkesan. That's it. Thank you and see you. With Love,Author Remahan Croissant NOTE: JANGAN MENJIPLAK KARYA INI SEBAGIAN ATAUPUN SELURUHNYA. SANK

  • MELODI ABELIA   50. The Eternal Love

    Sekian tahun berlalu. Abelia terbangun di pagi hari karena sinar mentari yang mengintip dari sela tirai jendela kaca. Segera ia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelahnya, ia melihat kalender. Ia tak akan pernah lupa pada tanggal itu. Hari ulang tahun Arsya, pria yang sangat dan akan selalu ia cintai. Perlahan Abelia menghela napas. Sambil menyunggingkan senyum, ia beranjak ke kamar anaknya. Putranya yang bernama Abizhar, berumur 5 tahun. Putrinya yang bernama Aubrie, berumur 3 tahun. Abelia segera membangunkan mereka untuk mandi dan bersiap-siap. Karena mereka sulit sekali dibangunkan, Abelia menciumi pipi mereka hingga terbangun. "Ayo, bangun. Hari ini ulang tahun papa," ucap Abelia. Abizhar dan Aubrie segera bangkit dari ranjang mungil mereka masing-masing. "Oh, ya. Hari ini ulang tahun papa!" seru mereka. "Apakah kita akan menemui papa hari ini, Ma?" tanya Abizhar. "Tentu saja, Sayang. Makanya mandi, biar cepat bertemu papa." Abelia tersenyum. "Ayo, mandi, M

  • MELODI ABELIA   49. For The Love of Abelia

    Penantian Arsya berakhir sudah. Hari bahagianya bersama Abelia yang sempat tertunda kini telah terwujud. Sebuah hari bahagia di mana ia dan sang kekasih akhirnya mengucap ikrar suci dan janji untuk saling setia dalam ikatan pernikahan. Mereka mengikuti semua prosesi pernikahan yang sakral dalam suasana syahdu. Para tamu yang hadir pun ikut terlarut. Ijab kabul dan prosesi adat telah selesai dilakukan. Sekarang saatnya mereka bersanding di pelaminan mengebakan sepasang gaun pengantin hasil rancangan desainer ternama. Arsya terlihat semakin tampan dalam balutan tuxedo berwarna putih, sedangkan Abelia mengenakan gaun panjang sederhana berwarna putih yang terlihat mewah dengan taburan payet di bagian dada. Para tamu mengagumi keelokan penampilan mereka. Ditambah dengan dekorasi pernikahan yang didominasi dengan warna putih semakin membuat suasana pesta pernikahan itu begitu agung. Arsya menoleh pada Abelia, wanita yang sudah sah menjadi istrinya. Keel

  • MELODI ABELIA   48. Penantian Arsya

    Kebekuan melingkupi Abelia dan Arsya sepanjang perjalanan. Setibanya di apartemen Abelia pun mereka masih saling berdiam diri tanpa sepatah kata terucap. Sambil menahan air mata, Abelia menatap Arsya. Mereka saling menatap dalam diam dengan pandangan yang redup. Suasana yang dingin pun tercipta. Semua kebahagiaan yang terjadi pada mereka belakangan ini seolah lenyap begitu saja. Abelia merasa dia harus kembali mengulang masa-masa sakit, tetapi kali ini lebih perih. Masa lalu yang kelam kembali datang menghampiri. Membuat luka yang sudah hampir sembuh kini menganga kembali. "Arsya," panggil Abelia pelan. "Lebih baik kita akhiri hubungan ini." Perlahan Abelia melepaskan cincin tunangan yang melekat di jari manisnya. Melihat itu, Arsya menahannya dan menggeleng. "Aku tidak mau, Abelia." "Lalu maumu bagaimana? Tetap menjalani hubungan sampai ke pernikahan setelah semua fakta itu?" cecar Abelia. Sejenak Arsya terdiam, lantas mengangguk. "Bagaimana mungkin aku bisa menikah dengan seora

  • MELODI ABELIA   47. Misery

    Suasana bahagia masih meliputi hati Abelia dan Arsya sejak hari pertunangan mereka kemarin. Mereka tak bisa menyembunyikan kelegaan akan hubungan mereka yang sudah masuk ke jenjang yang lebih serius. Kedua pihak keluarga juga sudah membicarakan persiapan pernikahan mereka yang rencananya akan dilaksanakan dalam beberapa bulan ke depan. Hanya tinggal selangkah lagi untuk benar-benar saling memiliki.Kini Abelia bisa sedikit lebih fokus pada outlet barunya yang sudah dibuka dan beroperasi. Ia sudah mempekerjakan beberapa orang karyawan yang didapatnya dari rekomendasi supplier produk jualannya. Hari-hari yang sibuk akan segera dimulai. Abelia harus membagi waktu antara mengurusi bisnis dan mempersiapkan pernikahan.Namun, Abelia tak merasakan masalah berarti karena ada Arsya yang selalu mendukungnya. Hari itu Arsya menemani Abelia mengunjungi outlet-nya yang dinamakan Abelia Mode. Selain menjual kain, Abelia juga berencana untuk memproduksi pakaian berbahan d

  • MELODI ABELIA   46. Engagement and Something

    Hari pertunangan Abelia dan Arsya secara resmi tengah berlangsung. Mereka memilih tema garden party sebagai dekorasi. Lantunan musik romantis terdengar dari sebuah band akustik yang berada di salah satu sudut taman. Nada dan melodi yang merdu itu seakan membuat para tamu terhanyut dalam kesyahduan. Keluarga dari kedua belah pihak telah datang. Abelia datang hanya bersama keluarga intinya yang sempat menginap semalam di hotel. Sementara dari pihak keluarga Arsya tidak hanya dihadiri oleh keluarga inti, tetapi juga kerabat dekat termasuk Derry dan Delisha. Semua tamu tampak menikmati suasana pesta yang hangat itu. Arsya dan Abelia berdiri berdampingan di depan sebuah dekorasi hiasan bunga bertuliskan inisial nama keduanya. Mereka mengobrol dengan para kerabat yang sebaya. Setelah para kerabat itu berlalu, Delisha berjalan mendekati Arsya dan Abelia yang tampak sibuk bercanda satu sama lain. Melihat itu, Dikta menyusul karena merasa khawatir Delisha akan membuat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status