Share

Lelaki Selembut Kapas

“Kenapa tadi datang pagi banget?”

Kak Daniel mengajukan pertanyaan sembari tangannya bergerak menarik tuas persneling.

Aku memilih menggelengkan kepala. Enggan menjelaskan. Namun terlalu lelah untuk mengarang sebuah alasan.

“Gak papa, kak.”

Kak Daniel seperti memahami maksudku. Lelaki berkulit putih bersih itu kemudian hanya diam, fokus pada kemudinya.

Perasaanku mendadak tak enak ketika kendaraan kami berpapasan dengan sebuah mobil jenazah dari arah berlawanan. Dengan sirene dimatikan, artinya kendaraan pengangkut jenazah itu sudah menurunkan muatannya.

Badanku bergerak mengikuti pandanganku yang mencoba membaca tulisan pada mobil jenazah itu. Benar. Itu mobil jenazah dari Ibu Kota. Aku menelan saliva. Apa ibu sudah sampai?

“Kenapa?” tanya lelaki di sebelahku.

Aku kembali menggeleng.

“Ra ....”

“Kamu bisa cerita ke aku kalau ada masalah. Jangan apa-apa serba dipendem sendiri. Gak baik buat kesehatan sama mental kamu. ” Kak Daniel menasihatiku. Sesekali kepalanya menoleh kepadaku, kemu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status