Share

MELA MENANGGUNG MALU

Sudah hampir sebulan aku tak pernah mengunjungi Ibu. Kejadian hari itu masih menyisakan kecewa, memaksaku menepikan rindu yang menggebu.

Sebenarnya aku sangat khawatir dengan keadaan Bapak. Dia pasti sangat sedih dengan semua ini. Namun, aku enggan jika berkunjung ke sana. Pasangan benalu itu pasti menertawakan kekalahanku.

“Pagi-pagi kok sudah melamun, Dek. Entar kesambet loh,” canda Mas Damar sembari memainkan telapak tangan di depan mataku.

“Eh... iya, Mas. Sejak kapan Mas di sini?” sahutku tergagap.

“Sejak tadi. Aku perhatikan akhir-akhir ini kamu sering murung di teras begini. Apa masih kepikiran rumah itu?”

Ya. Sejak kejadian itu aku memang jadi hobi menyendiri. Sampai saat ini masih tak paham dengan jalan pikiran Ibu. Kok bisa ya dia sampai mengemis untuk Mas Rendy.

“Enggak kok, Mas. Lagi suntuk saja,” jawabku bohong.

“Kayaknya kamu perlu healing deh. Ikut yuk!” Ajak suamiku.

“Ke mana, Mas?” tanyaku penasaran.

Jika dilihat dari pakaiannya, aku yakin Mas Damar tak akan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status