Share

MEMBALAS SUAMI DENGAN ELEGAN
MEMBALAS SUAMI DENGAN ELEGAN
Author: Jeni Sasmita

Berkhianat

"Mas, kok handuk basah diatas kasur begini?" tanya Via yang baru saja pulang dari menjenguk temannya yang sedang sakit.

"O–oo, Maaf sayang aku lupa," jawab Aryo kelihatan gugup.

"Lain kali handuknya langsung dijemur, biar kasurnya nggak basah." Via meraih handuk itu, kedua alisnya menyatu saat matanya tertuju pada rambut yang menempel di handuk itu.

"Rambut siapa?" lirihnya.

Jelas-jelas rambut panjang itu bukanlah rambut miliknya, yang cuma memiliki rambut sebahu.

Bola matanya melirik ke Arah Aryo yang masih berada di depan televisi, 'Mas Aryo masih memakai baju yang sama, itu artinya mas Aryo belum mandi, jadi siapa yang sudah masuk dan mandi di dalam kamarku?' Pikiranya terus traveling.

Akhir-akhir ini Via memang sudah menaruh curiga dengan perubahan sikap suaminya. Aryo lebih sering pulang telat, dengan berbagai alasan. Namun, Via tak menjadikan hal itu sebagai masalah. Tapi untuk kali ini Via tidak bisa berpikir positif lagi tentang suaminya.

Bukti nyata sudah ada ditangannya, 'Kamu akan tahu akibatnya kalau sudah bermain api dibelakangku, Mas.'

"Sayang, kamu Kenapa?" tanya Aryo yang sudah berdiri di sampingnya.

"Mm. Nggak apa-apa mas." Via berusaha untuk tetap tenang.

°°°

Usai berbalas pesan dengan teman-temannya di grub W******p, Via pun berniat untuk mengecas ponselnya. Kebetulan saat itu ponsel milik Aryo sudah terisi penuh.

Setelah memastikan colokan terpasang dengan rapi, Via pun hendak kembali ke tempat tidur. Tiba-tiba getaran ponsel Aryo, menghentikan langkahnya.

Memang sejak menikah Via tidak pernah meriksa ponsel suaminya, karena baginya cukup mempercayai satu sama lain. Tapi berbeda untuk malam ini. Entah mendapatkan dorongan dari mana, Via pun meraih dan membaca pesan yang baru masuk.

Beloved

[Sayang, makasih ya transferannya. Aku nggak bisa tidur nih ingat terus dengan sentuhan nakalmu tadi]

[Jangan lupa janjimu besok]

Deg, jantung Via berdegup kencang membaca pesan itu, ternyata apa yang ia duga benar adanya, suaminya sudah berani bermain api.

Tak mau menyiakan kesempatan, ponselnya yang baru saja di cas kembali ia lepaskan untuk menyadap W******p milik Aryo.

"Mulai sekarang aku tidak boleh kecolongan lagi," guman Via setelah selesai menyadap W******p Aryo.

Takut ketahuan Via segera meletakkan kembali ponsel milik Aryo seperti semula. Kemudian dia kembali menemui Aryo yang masih berada di ruangan keluarga.

"Mas, besok temani aku belanja ya," ucap Via sambil menjatuhkan bobotnya disebelah Aryo.

"Besok, Mm … Kalau besok tidak bisa sayang, soalnya aku ada meeting penting."

"Mas, kan udah lama kamu nggak nemenin aku belanja."

"Iya, tapi kalau besok nggak bisa. Kamu minta temenin Intan saja ya."

"Intan kan lagi sakit," rengek Via dengan sikap manjanya.

"Ya sudah kalau begitu lusa aja belanjanya ya. Aku janji akan luangkan waktu untukmu." Aryo mengelus rambut Via.

Via pun mengangguk pelan.

'Jangan kamu pikir aku tidak tahu kalau besok kalian ada rencana, Mas. Kita lihat aja besok apakah kamu akan pergi."

°°°

Seperti biasanya Via sibuk dengan rutinitas paginya, beberes rumah dan menyiapkan sarapan untuk Aryo.

"Pagi Mas, ini aku masak makanan kesukaan kamu loh," sapanya saat melihat Aryo yang baru saja keluar kamar.

"Aduh maaf banget sayang, aku harus cepat karena aku sudah ditungguin sama bos aku," jawab Aryo buru-buru.

"Mas, aku udah capek loh bela-belain bangun pagi untuk masak makanan kesukaan kamu." Via dengan memasang wajah sedihnya.

Aryo yang juga tidak mau Via menaruh curiga dengannya, dengan sangat terpaksa dia harus sarapan dulu di rumah.

Saat menemani Aryo makan Via kembali teringat pada percakapan Aryo dan wanita bernama Beloved itu di W******p Aryo yang telah ia sadap.

[Iya Salsha sayang, aku tidak akan lupa besok aku temani kamu belanja,] kata Aryo membalas pesan Salsha.

[Kok lama banget balasnya?] Balasan dari Salsha disertai emoticon orang menangis.

[Maaf sayang, aku harus nungguin Via tidur dulu]

[Ingat mas jangan sentuh dia lagi, aku cemburu.]

[Iya sayang, aku nggak akan sentuh dia lagi. Karena hanya kamu yang bisa memuaskan aku]

[Makanya besok kamu harus pagi. Kita sarapan di tempat biasa setelah itu ke apartemenku, akan ku berikan pelayanan full service]

Rasa sakit tentu ada, tapi rasa benci Via jauh lebih besar daripada rasa sakit hatinya.

Selesai sarapan Aryo bergegas pergi, ia tahu kalau Salsha pasti akan sangat marah kepadanya. Ditengah perjalanan Aryo merasa aneh dengan mobilnya, ia memutuskan untuk berhenti dan memeriksanya ternyata ban mobilnya kempes.

"Sial! Bagaimana aku harus menjelaskan semua ini kepada Salsha." Aryo mengusap kepalanya dengan kasar.

Dengan sangat terpaksa Aryo harus menggantikan ban mobilnya terlebih dahulu.

Sekitar satu jam berlalu, akhirnya Aryo tiba di cafe yang mereka janjikan. Tetapi disana ia tidak menemukan Salsha. Aryo pun merogoh ponsel di sakunya terlihat disana sudah ada pesan dari Salsha.

[Dasar buaya! Omonganmu memang tidak bisa dipegang, mau sampai kapan kamu menyuruhku menunggu di cafe? Hah! Sudahlah kamu tidak usah ke apartemen, aku muak melihat mukamu]

Aryo memijit pelipisnya setelah membaca pesan dari Salsha.

Sementara di lain tempat Via yang juga membaca pesan dari Salsha tersenyum puas. Rencana pertamanya berhasil.

"Ini baru permulaan, Mas. Setelah ini kamu akan banyak mendapatkan kejutan-kejutan yang tak terduga."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status