Satu bulan berlalu, Aryo kini jadi sering dirumah ketimbang diluar. Entah mengapa ia jadi lebih betah barsama Via sekarang. Namun bagaimanapun ia juga sangat mencintai Salsha, jadi sekarang ia sudah bisa mengatur waktunya.
Via rasa ini sudah saatnya ia menjalankan rencana selanjutnya. Via segera mengambil testpack positif yang ia dapatkan dari Intan, entah darimana Intan mendapatkannya.Melihat Aryo yang baru saja keluar dari kamar mandi, Via pun segera melakukan aktingnya."Hoekkk," Via langsung menutup mulutnya dan berlari ke kamar mandi dan menutup pintunya"Via, kamu kenapa?" tanya diluar pintu. Via tak menyahut ia terus berakting muntah-muntah."Via, kamu sakit?" tanya Aryo lagi mulai merasa khawatir.Tak lama kemudian Via keluar dengan wajah lemesnya. Aryo langsung menghampirinya"Kamu kenapa? Wajah mu sepertinya lemas sekali, kita harus kedokter sekarang." ucap Aryo dengan cepat ia raih dan memakai kaos berwarna putih"Aku sebenarnya nggak sakit, Mas. Aku cuma mau bicara sesuatu saja sama kamu,""Bicara apa?" tanya Aryo penasaranVia mengambil tangan suaminya, lalu meletakkan benda yang ada ditangannya kedalam genggaman Aryo.Aryo pun perlahan mengangkat tangannya, seketika ia pun membelalakkan matanya melihat benda tipis panjang ditangannya dengan menunjukan garis dua ditengahnya.Jantungnya berdegup dengan cepat ketika ia memperhatikan benda itu dengan lamat-lamat.Ia memandang ke arah Via yang kini tersenyum menampakkan gigi putihnya.'Tidak! Mungkin saja ini milik orang lain," gumam Aryo dalam hati meyakinkan dirinya"Maksudnya apa ini Via?" tanya Aryo menatap Via meminta penjelasan"Apa yang kamu lihat disana, Mas?" Via balik tanya pada suaminya yang pura-pura tak mengerti"Dua garis biru!""Iya, betul sekali. Dan itu artinya sekarang aku sedang hamil anak kamu, Mas." ucapnya dengan sangat bahagia, Iya, bahagia melihat respon suaminya yang beberapa kali menelan ludahnya"Mas, kenapa nggak dijawab? Kamu nggak senang kalau aku hamil anakmu?""B—bukan begitu sayang, saking senangnya aku nggak bisa berkata apa-apa." ujar Aryo dengan senyuman yang dibuat-buat.Via tersenyum dan berhambur memeluk suaminya, dalam hati sangat bergembira melihat penderitaan suaminya akan segera dimulai.Walaupun Aryo berusaha sekuat mungkin untuk menutupi ketegangannya tapi Via masih bisa melihatnya dengan sikap Aryo yang salah tingkah.'Kena kamu, Mas.' batin Via sambil mempererat pelukannya.Aryo tak menyangka karena ulahnya yang mabuk berat malam itu ternyata benar-benar membuahkan hasil, sekarang Via sedang mengandung anaknya itu artinya ia semakin terikat dengan istrinya itu. Semua rencana untuk melepaskan Via secara perlahan menjadi berantakan."Mas, bagaimana kalau sekarang kita ke supermarket hari ini, belanja beberapa keperluan kehamilanku ini.""Ya udah, ayo." ucap Aryo pelan"Mas, kenapa kok wajahnya ikutan lemes begitu? Apa Mas laper, akan ku buatkan sarapan dulu ya." ujar Via yang pura-pura tidak tahu"Aku nggak apa-apa, dan belum lapar juga, mending kita jalan sekarang.""Ya udah aku ganti baju dulu ya, Mas. Kamu tunggu diluar.""Baiklah," ucap Aryo pelan lalu berjalan gontai keluar kamarSetelah Aryo menutup pintu, Via menghela napas panjang karena sandiwaranya tadi.Satu persatu rencananya berjalan dengan lancar, dan ia akan menjalankan rencananya yang satu ini berharap bisa berjalan mulus.Selesai memilih pakaian yang cocok, Via juga memolesi sedikit wajahnya dengan makeup. Setelah itu ia keluar menemui suaminya yang telah menunggunya."Ayo mas, kita jalan sekarang." ucap Via menghampiri Aryo yang sedang termenung di sofa ruang tamu.Mereka pun berjalan kedepan. "Eh Mas, pakai mobilku aja," ucap Via saat Aryo hendak masuk ke dalam mobil miliknya.Aryo menurut saja apa yang dikatakan oleh istrinya.Setengah jam kemudian mereka pun tiba di supermarket, Aryo masuk dan mengikuti langkah Via sambil membawa keranjang belanjaan.Untuk memperlancar sandiwaranya, Via pun berjalan sambil memilih beberapa produk susu untuk ibu hamil.Setelah mendapatkan beberapa merek susu dengan rasa yang berbeda, Via juga mengambil beberapa cemilan untuk nanti temannya dirumah.Via tersenyum sendiri, karena ia akan menjalankan perannya sebagai ibu hamil. membuatnya banyak maunya.Ia ambil semua apa yang ia inginkan, apalagi ia belanja dengan mengunakan uang suaminya. ATM yang masih ada padanya juga tidak akan ia kembalikan.Setelah Aryo membayar di kasir, mereka pun keluar dari supermarket, dengan beberapa kantong penuh dengan belanjaan Via.Selesai makan di cafe dan tidak ada lagi yang mau dibeli, mereka pun memutuskan untuk pulang.Didalam perjalanan Aryo tidak banyak bertanya, ia seakan mengerti dengan perubahan sikap Via yang jadi doyan belanja itu karena Via hamil anak pertama mereka. Tapi pikirannya kembali kacau, bagaimana ia jelaskan semuanya pada Salsha, dan bagaimana rencananya untuk menikahi Salsha ia juga tidak mungkin meninggalkan Salsha yang sangat ia cintai.Misteri handuk basah diatas kasur.Karena tidur lebih awal, Via terbangun tepat jam sebelas malam, di mana saat itu Andre baru saja terpejam beberapa menit yang lalu. Ia baru menyelesaikan banyak pekerjaan yang menumpuk akibat beberapa lama tidak masuk kerja karena insiden kemarin."Sayang." Via mencubit hidung suaminya, merasa kesal karena tidak mendapatkan respon dari Andre."Sayang." Kali ini Via menggoyangkan tubuh Andre dengan kuat."Hmm," jawab Andre dengan mata masih terpejam karena ia sangat mengantuk."Hei, bangun buka matanya." Via masih terus berusaha membujuk Andre untuk membuka mata."Iya, kenapa Sayang?" tanya Andre juga berusaha menahan kantuknya."Aku pengen banget makan rujak buah dan mangga muda.""Sayang, ini sudah sangat larut malam, mungkin sudah tidak ada yang jual rujaknya. Besok saja ya, mas janji akan beliin banyak.""Nggak mau besok, maunya sekarang." Rengek Via disertai wajah yang mulai cemberut.Waktu berlalu begitu cepat, tanpa terasa hari berganti minggu,
Via kembali kerumah sakit membawa perasaan yang tak menentu, langkahnya sangat terasa berat ketika mengetahui semua kebenarannya.'Wanita itu kini benar-benar telah berhasil merusak semua kebahagiaanku,' batin Via kembali menuju ruangan Aryo. Didepan ruangan Aryo, terlihat dokter sudah keluar dengan cepat Via menghampirinya."Dok, bagaimana keadaan teman saya?" tanya Via khawatir.Dokter menghela napas, "Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi takdir berkata lain. Darah yang dikeluarkan sudah sangat banyak."Seketika Via merasa shock mendengar penjelasan dokter. Ia tidak menyangka sesuatu yang sangat ia takutkan kini benar-benar terjadi.*Semua yang ada di pemakaman itu beranjak pulang, kini hanya tinggal Via dan beberapa teman kerja Aryo.Via menyeka sisa-sisa air mata di wajahnya, kini Aryo benar-benar telah pergi untuk selamanya.Walau bagaimanapun Aryo adalah orang yang pernah mengisi hari-harinya, tentunya Via merasa sedih, apalagi Aryo meninggal akibat tusukan yang dilak
"Hallo."".....""Apa! Kecelakaan?"Seketika semua tubuhnya terasa melemah.****Via menatap sekitar di dalam ruangan serba putih. Dengan aroma obat-obatan atau anti bacterial sejenisnya.Menghapus sisa-sisa air matanya, mata yang sudah bengkak karena sudah menangis beberapa hari.Setelah beberapa waktu yang lalu melewati 8 jam yang menegangkan menunggu operasi berlalu, dan ini sudah 1 minggu ia disini, rasanya sangat sulit baginya untuk bernapas, Andre belum juga sadarkan diri, matanya masih terpejam damai dengan selang infus di hidung dan tangannya.Via disini sendirian, karena Mika juga mengabarkan kalau mertuanya juga jatuh sakit ketika mereka tiba di Jerman."Sayang, kapan kamu bangun? Aku mohon bangunlah." ucapnya lirih, dengan bulir-bulir air mata mulai membasahi pipinya.Ia pun menjatuhkan bokongnya ke lantai, mencoba menumpahkan semua rasa sedihnya dengan kembali menangis.Mendengar langkah kaki yang akan masuk ke dalam ruangan, Via mendongakkan kepalanya."Via, apa yang kamu
Pukul 05.30 Via sudah sedari tadi berkutat di dapur, menyiapkan sarapan untuk suaminya.Saat ia sedang pokus mencicipi masakannya, kedua tangan tiba-tiba melingkar di pinggangnya."Sayang, kamu sudah bangun?" ucapnya yang sedikit kaget dengan kehadiran suaminya."Iya Sayang, kamu terlalu pagi bangunnya, padahal tadi dingin banget, butuh kehangatan," ucap Andre terus mencium tengkuk istrinya."Nah, sekarang kamu cepetan mandi, abis itu akan ku suguhkan yang hangat-hangat.""Benarkah?""Iya, ini kan baru dimatiin kompornya, tentunya masih hangat dong.""Ah, kalau itu panas namanya,""Apa bedanya?""Yang hangat itu kamu." Andre mempererat pelukannya, dengan tangannya yang mulai nakal.Via perlahan sedikit menjauh, takut suaminya meminta lebih, "Sekarang sarapannya sudah siap, cepatan mandi, abis itu kita sarapan bareng." Tak bisa berbuat lebih, Andre akhirnya menurut. 30 menit kemudian Andre datang lagi, kali ini ia sudah terlihat rapi dengan seragam kerjanya.Via mulai mengambil nasi
Malam ini, Andre mengajak Via untuk makan malam diluar. Via pun menurut saja, walaupun dalam hatinya penuh tanda tanya, tidak biasanya Andre mengajaknya makan malam di tempat yang agak jauh dari rumah mereka."Sayang, emangnya kita mau kemana?" tanya Via saat mereka diperjalanan."Ya, mau dinner lah," jawab Andre enteng."Dinner? Tidak biasanya, lagipula sudah sudah beberapa restoran mewah yang sudah kita lewati, emangnya kita akan makan dimana?""Kamu diam saja, sebentar lagi kita akan sampai."Dengan hati yang tak menentu, Via pun akhirnya diam sejenak. Namun, merasa perjalanan sudah sangat jauh Via kembali bertanya. "Sayang, ini sudah terlalu jauh, sebenarnya kita mau kemana?" "Paling 10menit lagi kita akan sampai.""Sayang, setengah jam yang lalu kamu juga bicara seperti itu, nyatanya kita belum juga sampai, kalau terus-terusan begini perut kita akan keroncongan."Andre hanya bisa tersenyum mendengar celotehan istrinya.Benar saja, 10 menit kemudian mereka pun tiba ditempat tuju
Aryo juga sangat tidak menyangka kalau ia akan bertemu Via disini, ia sangat ingin berjumpa dan meminta maaf pada Via. Tetapi, sekarang keadaannya sudah berbeda. Via sudah menikah lagi, bahkan suaminya sekarang adalah sahabatnya sendiri.Selain itu ditempat kerja bukanlah waktu yang tepat untuk meminta maaf.Selama ini Aryo sudah berusaha mencari Via kemana-mana, tetap saja ia tidak menemukannya. Via benar-benar menghilangkan bagai ditelan bumi.Aryo pun frustasi, alhasil pekerjaannya terbengkalai sehingga ia dipecat dari perusahaan tempatnya bekerja.Uang hasil penjualan rumah yang sudah dibagi dua oleh Via juga sudah habis, ia gunakan untuk berpoya-poya, minum-minum, membayar wanita dan berjudi. Aryo benar-benar hancur dan seperti orang gila karena ditinggal oleh Via.Baru satu bulan ini, ia berusaha untuk bangkit kembali untuk meneruskan hidupnya.Saat pertemuan selesai, semua orang yang ada diruangan itu keluar, begitu pula dengan Andre dan Via. Diam-diam Aryo memerhatikan mereka