Satu Bulan kemudian ...."Masya Allah, ... mempelai wanita nya cantik banget ya?""Iya, dan yang aku dengar, Aretha katanya lebih tua dari Davin, tapi ini kok kayak nggak kelihatan ya? Mereka malah kayak bocah baru lulus SMA yang langsung nikah.""Iya, mereka berdua awet muda banget.""Huh, pasti mantan suaminya Aretha saat ini juga menyesal karena sudah ninggalin Aretha, dan malah milih pelakor itu.""Iya, dan rezekinya Aretha sih, setelah ditinggalin laki-laki bajingan, sekarang dia malah dapet brondong kaya, mana ganteng lagi."Para tamu yang lain pun sontak mengangguk. Sekarang adalah acara resepsi pernikahan yang digelar di kabupaten Cempaka Ungu, sebelum nantinya juga akan ada acara resepsi pernikahan yang digelar di Surabaya.Aretha sebenarnya ingin mengadakan pesta yang sederhana, namun kedua orang tuanya Davin telah mengatur pesta pernikahan mewah, yang saat ini digelar di salah satu hotel mewah bintang lima yang ada di kabupaten Cempaka Ungu."Nggak nyangka ya, dulu terakhir
Beberapa bulan kemudian ..."Ma, ini masih pagi, kamu mau ke mana?" tanya Davin sembari mengalungkan tangannya ke dada Aretha, agar Aretha tidak bisa bangun dari tempat tidurnya."Apanya yang masih pagi? Ini sudah jam sembilan, dan aku lapar. Memangnya kamu nggak kasihan sama anak kita?" gerutu Aretha sembari mengusap perutnya yang sudah membesar.Aretha tengah hamil tiga puluh enam Minggu, dan seharusnya saat ini ia mulai sering beraktivitas untuk memperlancar proses lahirannya nanti, namun suaminya yang manja ini terus mengurungnya di kamar."Ya udah tinggal panggil Mbok Yem aja, suruh Beliau nganterin sarapan kita ke sini.""Nggak ah, kasihan Mbok Yem nya banyak kerjaan, lagi pula setiap hari di kamar terus bosen tau!""Tapi, Ma ... Kamu kan lagi hamil, nggak boleh capek-capek, jadi banyakin istirahat aja di kamar.""Pa, aku ini sudah hamil tua, seharusnya aku mulai banyak beraktivitas, seperti ngepel sambil jongkok, atau jalan-jalan. Tapi, ini malah disuruh tiduran terus, lagi pula
Sinopsis.Hanya karena menjadi tukang cuci piring di hajatan pernikahan, Nayra dihina oleh Dewi dan Angga, yaitu adik tiri dan mantan suaminya.Namun, Nayra hanya tersenyum saja di saat mereka berdua menghinanya.Akan tetapi, sesuatu terjadi di saat Angga dan Dewi menikah dan menyewa Nayra sebagai tukang cuci piring di pesta pernikahan mereka.Kira-kira ada apa ya? Yuk, ikuti kisah selengkapnya...Halo semuanya...Terima kasih untuk para pembaca yang masih setia membaca novel ini, dan Ria mohon untuk season kedua ini agar para pembaca lebih aktif untuk kasih komentar ataupun vote, agar Ria juga lebih bersemangat untuk up setiap harinya, sekali lagi terima kasih banyak... Dan, happy reading (◍•ᴗ•◍)❤
"Nayra, ini beneran kamu?" Angga bahkan sampai memiringkan kepalanya demi memastikan seseorang yang ada di hadapannya saat ini memanglah mantan istrinya.Sedangkan Nayra yang saat ini sedang sibuk mencuci piring, ia sejenak mendongakkan kepalanya lalu ia pun menoleh ke arah Angga yang saat ini sedang tertawa terbahak-bahak."Owalah ... aku kira setelah kamu meminta cerai waktu itu, kamu saat ini sudah menjadi orang sukses. Tapi, nggak taunya ternyata sama aja, sama-sama kere kayak dulu, haha ...."Nayra yang mendengar ejekan dari Angga, ia hanya menghela napas panjang, lalu ia pun kembali mengerjakan pekerjaannya di saat Angga sedang sibuk memanggil Dewi."Yank, ... coba kamu lihat, Mbak mu ternyata sekarang hanya jadi tukang cuci piring, haha ... aku kira dia bakalan jadi bos besar saat mengingat bagaimana sombongnya dia di saat dia pergi waktu itu."Angga terus menerus mengungkit hal tersebut sebab harga dirinya benar-benar tercoreng di malam itu.Dewi yang melihat kakak tirinya saa
"Assalamualaikum ....""Wa'alaikumsalam, udah pulang, Nduk? Waduh, bawa apaan itu? Banyak banget.""Iya, Mbok. Ini ada nasi, sayur sama lauk dari tuan rumah yang punya acara, terus yang ini bingkisan dari bos pemilik terop, ada beras, gula, dan sabun cuci baju.""Alhamdulillah ... terus dapat duit berapa kamu?"Nayra tersenyum sembari membuka amplop yang diberikan oleh ketua terop tadi."Dapet tiga ratus ribu, Mbok. Kan aku dua hari kerja.""Alhamdulillah ... lumayan juga ya, kalau begitu kalau ada panggilan kerja seperti ini lagi, lebih baik kamu mau aja.""Iya, Mbok.""Eh! Tapi, emang nggak apa-apa kamu izin nggak masuk toko, terus malah ikut terop?""Nggak apa-apa, Mbok. Aku malah sudah izin langsung sama Bu Aretha, dan beliau kasih cuti libur sehari lagi buat pijet, biar katanya aku nggak kecapean.""Owalah ... baik banget ya Bu Aretha, dia pengertian banget sama kamu.""Oh ya, tadi Mbok udah buatin jenang sum-sum buat kamu, biar badannya nggak sakit semua.""Aduh, Mbok. Sekarang
"Oh ya, Gas. Terus gimana buaya dan cecurut kemarin?"Buaya yang dimaksud Nayra adalah Angga, sedangkan cecurut itu adalah Dewi. Semalam Nayra langsung memberi arahan apa saja yang harus dilakukan Bagas pada Angga dan Dewi."Beres, Mbak. Bahkan mereka mengambil paket eksklusif premium, haha ...."Bagas tertawa puas mengingat kejadian semalam, ia tidak menyangka bahwa ia berhasil membujuk sepasang calon pengantin itu untuk memilih paket yang mahal untuk acara pernikahannya."Wah! Pinter kamu. Pokoknya kalau pembayaran mereka lunas, aku kasih bonus gede buat kamu dan anak-anak.""Wah ... yang bener, Mbak?"Nayra mengangguk, ia memang harus memberi apresiasi plus atas kerja keras Bagas dan yang lainnya, sebab mereka telah berhasil membalas sedikit rasa sakit yang ditorehkan Angga dan Dewi waktu itu."Tapi, gimana bisa mereka ngambil paket eksklusif premium?"Paket eksklusif premium adalah pelayanan super lengkap dari NP Wedding, dan tentu saja semua bahan dan barang adalah yang terbaik d
"Ada anak baru ya, Mas?!""Astaghfirullah ... Nayra! Kamu bikin kaget aja!" sahut Rendi seraya mengusap kepalanya yang terantuk rak gudang saat mengambil stok snack."Hehe ... maaf, Mas. Tapi, nggak apa-apa kan?" balas Nayra sembari meringis sebab merasa bersalah pada Rendi."Iya nggak apa-apa. Maksud kamu tadi Vano ya? Iya, dia baru masuk kemarin, anak Cempaka Ungu.""Owh ... anak rantau. Eh, tapi kan kabupaten Cempaka Ungu bukannya pusatnya Avan Group ya? Tapi, kenapa dia malah ke sini? Apa memang dipindah tugaskan dari toko pusat ya?"Rendi menggelengkan kepalanya. "Katanya sih enggak, emang dia sendiri yang pingin ngelamar kerja di sini."Di saat Rendi dan Nayra sedang mengobrol, tiba-tiba saja ada seseorang yang menyembulkan kepalanya dari pintu gudang tersebut."Mas Rendi, dicari Pak Yono tuh," ujar Agnes dengan wajah yang terlihat menahan kesal, sebab ia melihat Nayra yang berdiri cukup dekat dengan Rendi."Oh, iya. Aku duluan ya, Nay." Sang supervisor itu pun langsung pergi un
"Heh, anak baru, bantuin kita beresin barang yang baru datang!" pinta senior Vano, namun lebih tepatnya nada suaranya bukan seperti orang yang sedang meminta tolong, akan tetapi memaksa.Tanpa menjawab, Vano pun segera mengikuti langkah seniornya, dan ia pun menuruti semua perintah seniornya itu."Yang ini diletakkan di sana, terus yang ini kamu bawa ke situ, dan yang dus-dus snack ini kamu lempar semua ke atas."Vano manggut-manggut, namun ia mulai bingung ketika seniornya malah duduk, bukannya ikut bekerja seperti saat dia mengarahkannya tadi."Lho, ini aku aja yang beresin?" tanya Vano yang langsung ditertawakan oleh para seniornya tersebut."Kenapa? Mau protes? Sudah untung kita kasih tau tempat-tempatnya. Udah sana cepat beresin, jangan banyak bacot!"Vano menghela napas, ia pernah mendengar istilah senioritas di tempat kerja, namun ia tak menyangka akan mengalaminya juga di awal ia bekerja.Berulang kali Vano mencoba melempar kardus-kardus berisi snack itu ke atas, dan walaupun