Share

Part 5

Author: Ria Wijaya
last update Last Updated: 2024-01-19 16:59:16

"Heh, Retha. Kenapa dari tadi kamu diam aja? Padahal tadi waktu berangkat kamu banyak bicara, tapi sekarang ...."

"Nggak apa-apa, cuma lagi 'bad mood' aja. Yuk, cari tempat ngobrol, sekalian nanti aku ceritain."

Dengan cekatan Lina membawa Aretha ke kedai teh dulu, setelah membeli minuman, lalu kemudian Lina membawa Aretha ke alun-alun desa.

Setelah mereka berdua sampai di alun-alun, Lina mengajak Aretha duduk di trotoar sembari menikmati cilok dan segarnya angin malam.

"Ada apa?" tanya Lina seraya menatap wajah murung Aretha.

"Gini Lin, setelah lihat semua teman-teman kita tadi, kayaknya cuma aku sendiri ya yang hidupnya kelihatan susah banget."

"Ish, kamu ngomong apaan sih, Reth. Hei, Ingat ya! Di dunia ini semuanya itu cuma 'sawang sinawang', jadi kita tidak bisa menilai kehidupan orang lain dari pandangan kita aja, dan kita mana tahu kalau orang yang kelihatannya sukses, terus bahagia. Tapi, pada kenyataannya justru sebaliknya, jadi jangan pernah merasa rendah sendiri, oke?"

"Iya sih, tapi yang tadi itu jelas kelihatan banget, terus kamu coba ingat lagi deh, semua orang yang datang di sana pada pakai baju model baru, kamu juga. Dan, sudah jelas banget cuman aku sendiri lah yang pakai baju buat lebaran dari lima tahun yang lalu," sahut Aretha seraya tersenyum sedih.

Lina sontak meringis, ia jadi bingung harus menanggapinya bagaimana? Sebab, apa yang dikatakan Aretha memanglah kenyataan.

Jangankan berpikir untuk bisa berpenampilan mewah seperti orang-orang tadi, Aretha bahkan kesulitan hanya sekedar untuk beli satu baju lebaran yang datangnya hanya satu tahun sekali.

Sungguh miris sekali bukan? Sebab, Aretha selama ini memang selalu mendahulukan anaknya terlebih dahulu, karena Aretha harus memastikan bahwa anaknya tidak akan mengalami nasib yang sama dengannya, oleh karena itu Aretha selalu berusaha agar anaknya terlihat sama dengan anak sebayanya, ya contohnya dengan membeli baju baru di setiap lebaran idul fitri datang, ya walaupun itu juga cuma satu.

"Dan, pasti tadi pas aku ambil 'dessert', semua orang pasti tadi sedang ngomongin aku kan? Mereka pasti mengomentari penampilanku yang terlihat ketinggalan zaman banget."

"Hus! Kamu ini ngomong apaan sih! Nggak ada yang ngomongin kamu, jangan kepedean deh ...." sahut Lina berbohong.

Sebab kenyataannya teman-teman mereka tadi memang sedang membicarakan Aretha, semua orang mengatakan prihatin, namun sorot mata mereka tadi tidak bisa menipu kalau mereka tadi sedang mencemooh Aretha.

"Lin, pokoknya aku pingin banget sama seperti yang lain, kalau nggak bisa, separuhnya aja deh nggak apa-apa, ya minimal bisa dandan cantik kayak kamu dan yang lainnya gitu. Tapi, gimana caranya ya? Soalnya Mas Fauzan pelit banget, dan aku juga tidak dibolehin bekerja, lantas kapan aku bisa bahagia sama dengan seperti kamu dan yang lainnya?"

"Kamu yang sabar dulu ya, Reth. Mereka tadi kelihatan 'wah' karena rata-rata mereka memang bekerja sendiri, contohnya seperti Dinda, dia kan jadi TKW di luar negeri, jadi tidak heran kalau pakaian dan tasnya bagus, terus perhiasannya juga banyak. Tapi, jika soal pahala, kemungkinan besar pahalamu lebih besar dari dia, soalnya kamu kan nggak kerja karena menuruti perintah suamimu untuk tetap di rumah saja, ya kan?"

"Halah, kamu itu memang pandai menghibur orang. Ya udah kalau begitu ayo, kita pulang sekarang," ajak Aretha yang kemudian langsung diangguki Lina.

Sesampainya di rumah, Vano sedang menonton televisi dengan neneknya. Namun, setelah ia mendengar Aretha sudah pulang, ia buru-buru menghampiri ibunya.

"Bu, tolong ajarin aku jawab PR dong, tadi Ayah nggak mau bantuin aku," ujar Vano seraya menarik-narik baju Aretha.

Sedangkan Aretha yang mendapat laporan dari Vano, ia sontak melirik suaminya yang baru saja keluar dari kamar.

"Aku kan tadi lagi sibuk disuruh rekap penjualan dari atasan, jadi nggak bisa ngajarin Vano dong."

Aretha mendesah, jika Fauzan memang sibuk bekerja, ia pun tidak bisa mengomeli suaminya.

"Ya sudah kalau begitu ayo, kita kerjakan PR mu," ajak Aretha seraya menggandeng tangan Vano masuk ke dalam kamar mereka.

Di dalam kamar hanya ada Aretha dan Vano saja, sebab Fauzan pindah duduk di teras seraya masih asyik dengan ponselnya sendiri.

Setelah beberapa menit kemudian, Vano sudah menyelesaikan tugas sekolahnya, lalu kemudian ia memasukkan kembali buku-bukunya ke dalam tasnya.

"Bu, tadi Ayah lo nggak sibuk kerja, tapi Ayah lagi sibuk WA an sama orang. Aku juga lihat Ayah tadi senyum-senyum sendiri, kan kalau sibuk seharusnya mukanya serius kayak aku lagi belajar kayak tadi."

"Iya, nggak apa-apa biarin aja, mungkin Ayah lagi capek, jadi cari alasan biar nggak bantuin kamu belajar," sahut Aretha seraya mengusap kepala Vano.

"Ya sudah lebih baik kamu tidur sana, biar besok bangunnya nggak kesiangan."

"Iya, Bu."

Setelah kepergian Vano, Aretha mendesah, ia masih memaklumi sikap Fauzan tadi karena mungkin Fauzan memang lagi capek, namun kenapa suaminya itu juga harus membohonginya? Dan, seseru apa sih chat an suaminya, hingga dia bisa tersenyum-senyum sendiri dan bahkan sampai mengabaikan Vano.

"Hadeh ... daripada aku mikir yang nggak-nggak, lebih baik aku ganti baju aja sekarang, terus pergi salat lalu tidur," gumam Aretha yang kemudian mengganti pakaiannya.

Setelah selesai berganti pakaian, Aretha hendak meletakkan baju kotornya ke dalam ranjang baju kotor. Namun, ia mengurungkan niatnya ketika melihat sesuatu di punggung baju kerja suaminya tadi.

"Apa ini? Kayak lipstik, tapi kenapa ada bekas lipstik di baju suamiku?"

Berulang kali Aretha mengamati warna lipstik tersebut, lipstik itu jelas bukan punyanya, apalagi Nina ataupun Ibu mertuanya. Lalu kalau begitu lipstik ini punya siapa?

"Halah, mungkin tadi ada pembeli yang tidak sengaja nabrak punggungnya," gumam Aretha yang tidak ingin curiga pada suaminya sendiri. Sebab Aretha yakin kalau Fauzan itu sosok suami yang setia.

Daripada berpikir yang macam-macam, Aretha memutuskan pergi ke kamar mandi yang terletak di dapur untuk mengambil air wudhu.

Namun, saat Aretha hendak kembali ke kamarnya untuk salat, Aretha sempat mendengar suaminya terkekeh kecil seraya memegang ponsel.

"Mas Fauzan lagi chatting an sama siapa sih? Kenapa dari tadi kelihatan seneng banget, memangnya hal lucu apa yang sedang mereka bahas."

Karena penasaran, Aretha berniat mengintip sedikit isi pesan Fauzan lewat jendela kaca depan rumah yang menghalangi tubuh mereka. Akan tetapi, apa yang Aretha lakukan malah membuat Aretha merasa menyesal sendiri.

Aretha tidak menyangka bahwa kepercayaan yang ia berikan pada Fauzan, nyatanya malah membuatnya kecewa sendiri, sebab sekarang Aretha melihat Fauzan sedang asyik berbalas pesan dengan Nila. Ya, Nila, yaitu nama dari seorang gadis yang beberapa hari ini datang mengganggu kehidupannya.

Lalu, kalau sudah terjadi kejadian seperti ini, apakah itu berarti sekarang memang sudah waktunya untuk Aretha melepaskan pernikahannya?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 42 (Tamat)

    [Aku lagi di rumah temenku, memangnya kenapa kok pingin ketemu aku?] [Ih, Kak. Memangnya Kak Nayra nggak lihat postingan teman Kakak, dia kayaknya sengaja pingin jatohin harga diri kamu kak.] [Udah biarin aja, lagi pula sebentar lagi semuanya juga akan terbongkar, jadi kamu tenang aja, kamu cukup tunggu kabar baiknya aja.] Setelah membalas pesan tersebut, Nayra kemudian memasukkan ponselnya kembali ke dalam tasnya, dan ia sebenarnya juga tidak sabar mengakhiri semua sandiwaranya ini. Lalu setelah mereka semua puas makan rujak, Melisa mengajak teman-temannya keliling, termasuk Nayra. Nayra dan yang lainnya diajak Melisa melihat sawah dan kebun jeruk milik suaminya Melisa. Tidak hanya itu, Melisa juga memamerkan dua lahan kosong milik suaminya, ketika mobil mereka melewati jalanan tersebut, sehingga membuat Nayra semakin yakin dengan dugaannya tentang suaminya Melisa. [Mas, gimana?] [Sudah semuanya Yank. Ini dia sudah dijemput polisi, dan sebentar lagi aku akan jemput k

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 41

    Sesuai dengan kesepakatan kemarin, hari ini Nayra, Diah, Intan, dan Sari, akan bertemu di rumahnya Melisa."Loh, Yank. Kenapa kamu pakai baju ini? Kamu nggak suka ya, dengan baju yang dibelikan Mama kemarin?" tanya Vano saat melihat Nayra memakai baju bawaannya sendiri, sebuah baju yang warnanya sudah kusam, dan tentunya terkesan bikin mata jadi sepet."Suka Yank. Suka banget malah, tapi hari ini aku mau menghormati orang yang mengundangku, dia kan mau terlihat lebih WOW dari aku, masa iya aku dengan jahatnya ngerusak rencananya itu."Sejenak Vano memahami kata-kata Nayra, lalu kemudian ia mengatakan, "Oh ... sekarang aku jadi lebih paham lagi, kenapa kamu nggak mau pake Rolls-Royce, dan minta antar aku. Kamu masih belum mau nunjukin dirimu yang sekarang ya?""Iya, lagi pula kemarin Melisa udah mamerin semua perhiasannya, dan hari ini dia mau pamerin hartanya yang lainnya lagi, jadi aku harus dukung dia dong, dan jangan sampai buat dia malu."Nayra yang sudah mengetahui watak Melisa,

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 40

    Setelah puas mengobrol, mereka berdua akhirnya memutuskan pulang."Eh, Nay. Main ke rumahku yuk, kan kamu mumpung ada di sini, nanti kita jalan-jalan juga sama, Intan, Diah, dan Sari.""Lho, mereka juga tinggal di sini?" tanya Nayra yang juga jadi teringat dengan nama-nama teman SMP nya dulu."Iya, mereka juga dapat suami yang berasal dari kota ini, namun kami tinggal di desa yang berbeda.""Baiklah, nanti kamu kabarin aku aja kalau mau ngumpul, aku akan datang ke sana.""Oke, terus kamu ke sini tadi naik apa?" tanya Melisa yang berniat memberi tumpangan untuk Nayra, jika Nayra datangnya dengan jalan kaki, maka Melisa bisa pamer ke Nayra, betapa enaknya naik mobil mahal milik suaminya itu."Naik mobil itu," sahut Nayra sembari menunjuk mobil yang ia tumpangi tadi.Melisa hampir menyemburkan tawa ketika melihat mobil butut milik Nayra, yang berbanding jauh dengan mobil miliknya."Oh, kalau begitu aku duluan ya, itu sopirku udah siap." Melisa menunjuk mobil Alphard yang ditumpanginya ke

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 39

    "Mas, hari ini aku ingin pergi ke alun-alun, kan katanya di sana ada bazar, aku pingin beli jajan, boleh ya?" tanya Nayra sembari menyuapi Vano, sebab saat ini kedua tangan Vano masih sibuk mengetik di laptopnya."Iya, beli saja apa yang kamu mau, dan kamu boleh pergi ke mana pun, asalkan diantar sama sopir.""Siap, Bos," sahut Nayra sembari memberi hormat, lalu kemudian ia menyuapi Vano lagi.Setelah sarapan mereka habis, Vano kemudian langsung berangkat ke kantor, sedangkan Nayra juga langsung bersiap-siap untuk pergi."Pak, memangnya nggak ada motor ya? Alun-alun kan Deket, masa kita pergi naik mobil ini?" Nayra merasa kurang nyaman saja kalau pergi ke mana-mana harus memakai Rolls-Royce, dan ia juga takut akan jadi pusat perhatian nantinya."Waduh, Bu. Kalau di sini nggak ada motor, dan dari Surabaya saya memang sudah disuruh bawa mobil ini untuk mengantar ke mana pun Bu Nayra pergi."Melihat wajah Nayra berubah murung, lalu sang sopir memiliki ide lain."Kalau Bu Nayra nggak ing

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 38

    "Aku juga nggak tahu, Ma," sahut Fadil yang juga baru saja mendengar nama itu."Oh, Melisa itu tetangga saya di Melawi," timpal Nayra."Owh ...." sahut semua orang kompak."Iya, wanita itu memang dari Melawi, dan dia menikah dengan salah satu manajer Wangs Food yang ada di kota ini, dan mertuanya juga seorang kepala desa Nglegok, jadi mereka mendapatkan undangan dari kami karena termasuk perangkat desa. Dan, mengenai alasan para staf mengira wanita itu menantunya Pak Davin, karena tadi wanita itu menaiki mobil Alphard," jelas Aryo, yang membuat semua orang mengangguk mengerti.Lalu kemudian mereka berbicara hal lain, hingga kemudian Fadil, Rita, dan Aryo, pamit pulang.Setelah itu, Vano dan Nayra juga pamit pulang ke hotel kembali, namun saat di perjalanan, Vano mengambil jalan yang berbeda dari sebelumnya, sebab ia sekaligus mengajak Nayra mengelilingi sebagian kota Ledok Ombo.Sesampainya di hotel, mereka berdua langsung masuk kamar."Ini, ambillah!" ujar Vano sembari menyodorkan be

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 37

    Para staf itu kemudian langsung bubar dan masuk ke dalam ballroom hotel, mereka hendak membicarakan masalah ini pada Aryo, namun saat ini Aryo sedang memberikan sambutan pada para tamu undangan."Sekali lagi saya memohon maaf untuk para tamu undangan yang sudah hadir, dan terutama untuk Bapak-bapak atau Ibu-ibu yang ingin berbicara langsung dengan Pak Davin dan Bu Aretha, yang saat ini mereka tidak bisa hadir dalam acara ini dikarenakan putri mereka baru saja mengalami kecelakaan, dan saat ini sedang dirawat di rumah sakit.""Sebenarnya hari ini menantu mereka, Bu Nayra, akan hadir di tengah-tengah kita, namun mungkin Beliau juga memiliki halangan lain, sehingga hari ini juga tidak bisa hadir dalam acara ini. Jadi saya mewakili Queen Hotel, memohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima kasih." Lanjut Aryo sembari menatap kursi yang ditata khusus untuk tempat duduk Nayra, namun sudah diduduki oleh wanita lain, jadi Aryo mengira Nayra tidak bisa datang dan para staf menyuruh tamu lain untu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status