Share

Part 6

Author: Ria Wijaya
last update Last Updated: 2024-03-06 13:22:12

Satu bulan kemudian....

Setelah mengetahui Fauzan mulai bermain api di belakangnya, Aretha lantas tidak langsung mencecar atau menyudutkan Fauzan dengan tuduhan perselingkuhan. Namun, Aretha sengaja membiarkan Fauzan melangkah bebas ke mana pun ia mau.

"Bagaimana?"

"Sudah, semuanya sudah diurus sama saudara suamiku, jadi kapan pun kamu siap tinggal di PT, kamu tinggal pindah saja," sahut Lina seraya tersenyum sedih. Lina sedih karena sahabatnya ini akan pergi jauh ke belahan dunia yang lain.

"Terima kasih ya, terutama untuk Vano." Aretha yang tidak kuat membayangkan akan meninggalkan anaknya, ia langsung menangis ketika menyebut nama Vano.

"Sudah, sabar ... jangan nangis, aku nanti juga ikutan nangis lho. Pokoknya kamu yang tenang aja, aku pasti akan bantu jaga Vano seperti anakku sendiri, dan kamu juga tidak perlu khawatir soal kebutuhan Vano, karena kami akan selalu siap memenuhi segala kebutuhannya, pokoknya kamu cukup fokus bekerja saja."

Aretha yang mempunyai rencana untuk menjadi TKW di Taiwan, ia pun berniat memondokkan Vano di pondok pesantren milik saudaranya Lina, dan karena anak mereka berdua satu angkatan, jadi Lina juga ikut memasukkan anaknya ke pondok pesantren milik saudaranya agar anaknya juga bisa menemani Vano, agar Vano tidak merasa sendirian.

Mondok di usia anak yang baru memasuki SD memang tidak mudah, maka dari itu Aretha sedikit keberatan memasukkan Vano ke pondok, sebab anak seusia Vano terbilang masih manja dengan orang tuanya.

Akan tetapi, Aretha akan lebih rela jika Vano masuk pondok pesantren daripada membiarkan Vano tinggal dengan ayah beserta keluarganya yang malah sering tidak mempedulikan Vano, dan Aretha nantinya pasti juga malah akan kepikiran jika meninggalkan Vano bersama mereka.

Setelah membahas hal tersebut, Lina pamit pulang karena dia memiliki acara penting lainnnya. Kini tinggallah Aretha sendiri yang harus menghadapi para keluarga dan orang terdekat suaminya.

"Retha, cepat suguhkan es buahnya, kamu nggak lihat ya kalau di mangkok sudah habis!" teriak Yuni yang memancing atensi para tamu untuk ikut memperhatikan Aretha yang sedang mengelap piring.

Tanpa menyahut, Aretha pun langsung mengambil stok es buah yang berada di termos es besar. Lalu kemudian dengan kesusahan Aretha berjalan dari dapur hingga ke depan, yaitu ke tenda acara aqiqahan anaknya Nina.

"Eh, inikan istrinya Fauzan, kenapa dia jadi jelek banget ya sekarang? Mana gemuk lagi," bisik salah satu keluarga jauh Fauzan.

"Iya, inikan acara keluarga mereka, kenapa istrinya nggak sedikit dandan gitu? jadikan biar terlihat enak dipandang mata, kalau kayak gini kasihan ya, dia sudah mirip dengan pembantu."

Semua orang sontak mengangguk membenarkan perkataan orang tersebut. Sedangkan Aretha hanya diam saja ketika mendengar hal ini, sebab dia sudah terbiasa mendengar hinaan seperti ini.

Lalu tidak lama kemudian sebagian para tetangga yang berada dekat dengan keluarga Fauzan, mereka semua langsung ikut nimbrung ketika mendengar orang-orang mulai bergosip tentang Aretha.

"Iya lho, Bu-ibu. Kami saja sampai sepet lihat dia setiap hari kayak gitu, seharusnya kan jadi istri pinter-pinter rawat diri ya, dia mah enggak."

"Anaknya juga terlihat tidak terurus, tuh lihat aja anaknya, beda banget dengan anak-anak kita, kalau bahasa di kita mah rembes, kayak nggak pernah mandi gitu."

"Iya-ya, kucel banget anaknya, ih kok bisa Fauzan tahan dengan mereka."

Sepanas apapun yang mereka bicarakan, Aretha tetap bisa mengontrol emosinya, karena tujuannya hari ini bukan untuk meladeni hinaan mereka, akan tetapi Aretha sudah memiliki tujuan yang lain, dan ia akan membongkarnya nanti.

Namun, belum sempat Aretha pergi dari tempat itu, tiba-tiba saja Vano berlari kencang menghampirinya.

"Ibu, ... Ibu, ...."

Sedangkan dari arah belakang, terlihat Fauzan yang berlari mengikuti anaknya sambil memanggil Vano dengan wajah yang panik.

"Vano, ... Vano, ... tunggu penjelasan Ayah sebentar, Nak!"

Aretha semakin memicingkan matanya ketika melihat sosok Nila yang ternyata ada di belakang Fauzan, berarti Vano pasti habis melihat sesuatu hingga mereka berdua mengejar Vano seperti ini.

Dengan cepat Aretha segera menangkap tubuh Vano, lalu kemudian ia segera berjongkok menghadap Vano. "Ada apa, Van?"

"Bu, tadi-- tadi Vano lihat Ayah sedang mencium pipi Tante itu, Bu. Bu, Ayah jahat!" pekik Vano lantang. Vano yang sudah diajarkan batasan kontak fisik dengan orang lain, dia jelas mengerti kalau Ayahnya sudah melakukan hal buruk, dan yang pasti sudah menyakiti hati ibunya, jadi ia segera melaporkan ini pada Aretha.

"Retha, jangan kamu percaya kata-kata Vano, ya? Dia salah lihat!"

"Tidak, Vano tidak salah lihat!"

"Vano. Vano pergi ke kamar dulu ya, Nak. Nanti Ibu nyusul." Dengan patuh Vano langsung menuruti perkataan Aretha, setelah melihat kepergian Vano, Aretha kemudian mengeluarkan sesuatu dari kantong bajunya.

"Aku jelas mempercayai perkataan Vano, karena aku sendiri memiliki bukti atas kebejatan mu, Mas!" Aretha melemparkan beberapa foto dan juga bukti chat perselingkuhan suaminya di depan orang banyak.

Semua orang langsung mengambil bukti-bukti tersebut, dan mereka mulai berbisik-bisik melihat kejadian ini.

Sedangkan Fauzan dan keluarganya sontak panik melihat ini, begitu juga dengan Nila yang wajahnya langsung memerah karena malu.

Yuni yang malu pada para tamu undangan, namun ia lebih tidak terima jika anaknya dipermalukan seperti ini oleh Aretha, maka ia bergegas maju dan mengatakan, "Hei, Fauzan selingkuh itu gara-gara kamu sendiri yang tidak bisa merawat diri, jadi jangan salahkan Fauzan jika ia memilih selingkuh dengan Nila, karena Nila seratus persen lebih cantik darimu!"

"Huh, hanya karena fisik Ibu membenarkan putranya berselingkuh! Padahal anakmu sendirilah yang terlalu pelit membiayai istrinya untuk merawat diri, bahkan hanya untuk membeli bedak saja aku harus menunggu satu tahun sekali, apalagi uang buat ke salon? Mana ada?"

"Hah, itu hanya karena kamunya saja yang nggak bisa ngatur uang, padahal aku sudah kasih --"

"Lima ratus ribu! Lima ratus ribu perbulan kamu kira itu cukup? Uang itu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dapur! Bahkan anakmu saja harus mengalah untuk tidak jajan setiap hari karena kepelitanmu itu, aku dan anakmu juga harus rela mendengar hinaan tetangga dan keluargamu karena penampilan kita yang jauh dari kata pantas. Aku pun juga sudah rela selalu mengalah dengan keluargamu. Tapi, apa yang malah kamu berikan padaku? Kamu malah menyelingkuhi ku, Mas! Kamu merendahkan martabat istrimu demi pelakor seperti dia!"

Aretha menunjuk Nila dengan penuh emosi, yang membuat Nila semakin malu hingga bersembunyi di balik punggung Fauzan.

Melihat hal itu, Aretha menjadi semakin jijik, namun tidak dengan para tamu undangan yang hanya diam saja melihat kesalahan besar seperti ini.

Aretha kemudian tersenyum sinis melihat orang-orang di sekelilingnya, ia tidak menyangka jika semua orang yang ada di sini telah buta hati nuraninya, mereka bukannya membela Aretha dan menyalahkan perbuatan Fauzan beserta keluarganya, akan tetapi mereka diam layaknya membenarkan perbuatan ini.

Aretha benar-benar merasa kecewa dan terhina!

"Kalau begitu ceraikan aku sekarang, karena aku sudah tidak sudi lagi menjadi istrimu!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 42 (Tamat)

    [Aku lagi di rumah temenku, memangnya kenapa kok pingin ketemu aku?] [Ih, Kak. Memangnya Kak Nayra nggak lihat postingan teman Kakak, dia kayaknya sengaja pingin jatohin harga diri kamu kak.] [Udah biarin aja, lagi pula sebentar lagi semuanya juga akan terbongkar, jadi kamu tenang aja, kamu cukup tunggu kabar baiknya aja.] Setelah membalas pesan tersebut, Nayra kemudian memasukkan ponselnya kembali ke dalam tasnya, dan ia sebenarnya juga tidak sabar mengakhiri semua sandiwaranya ini. Lalu setelah mereka semua puas makan rujak, Melisa mengajak teman-temannya keliling, termasuk Nayra. Nayra dan yang lainnya diajak Melisa melihat sawah dan kebun jeruk milik suaminya Melisa. Tidak hanya itu, Melisa juga memamerkan dua lahan kosong milik suaminya, ketika mobil mereka melewati jalanan tersebut, sehingga membuat Nayra semakin yakin dengan dugaannya tentang suaminya Melisa. [Mas, gimana?] [Sudah semuanya Yank. Ini dia sudah dijemput polisi, dan sebentar lagi aku akan jemput k

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 41

    Sesuai dengan kesepakatan kemarin, hari ini Nayra, Diah, Intan, dan Sari, akan bertemu di rumahnya Melisa."Loh, Yank. Kenapa kamu pakai baju ini? Kamu nggak suka ya, dengan baju yang dibelikan Mama kemarin?" tanya Vano saat melihat Nayra memakai baju bawaannya sendiri, sebuah baju yang warnanya sudah kusam, dan tentunya terkesan bikin mata jadi sepet."Suka Yank. Suka banget malah, tapi hari ini aku mau menghormati orang yang mengundangku, dia kan mau terlihat lebih WOW dari aku, masa iya aku dengan jahatnya ngerusak rencananya itu."Sejenak Vano memahami kata-kata Nayra, lalu kemudian ia mengatakan, "Oh ... sekarang aku jadi lebih paham lagi, kenapa kamu nggak mau pake Rolls-Royce, dan minta antar aku. Kamu masih belum mau nunjukin dirimu yang sekarang ya?""Iya, lagi pula kemarin Melisa udah mamerin semua perhiasannya, dan hari ini dia mau pamerin hartanya yang lainnya lagi, jadi aku harus dukung dia dong, dan jangan sampai buat dia malu."Nayra yang sudah mengetahui watak Melisa,

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 40

    Setelah puas mengobrol, mereka berdua akhirnya memutuskan pulang."Eh, Nay. Main ke rumahku yuk, kan kamu mumpung ada di sini, nanti kita jalan-jalan juga sama, Intan, Diah, dan Sari.""Lho, mereka juga tinggal di sini?" tanya Nayra yang juga jadi teringat dengan nama-nama teman SMP nya dulu."Iya, mereka juga dapat suami yang berasal dari kota ini, namun kami tinggal di desa yang berbeda.""Baiklah, nanti kamu kabarin aku aja kalau mau ngumpul, aku akan datang ke sana.""Oke, terus kamu ke sini tadi naik apa?" tanya Melisa yang berniat memberi tumpangan untuk Nayra, jika Nayra datangnya dengan jalan kaki, maka Melisa bisa pamer ke Nayra, betapa enaknya naik mobil mahal milik suaminya itu."Naik mobil itu," sahut Nayra sembari menunjuk mobil yang ia tumpangi tadi.Melisa hampir menyemburkan tawa ketika melihat mobil butut milik Nayra, yang berbanding jauh dengan mobil miliknya."Oh, kalau begitu aku duluan ya, itu sopirku udah siap." Melisa menunjuk mobil Alphard yang ditumpanginya ke

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 39

    "Mas, hari ini aku ingin pergi ke alun-alun, kan katanya di sana ada bazar, aku pingin beli jajan, boleh ya?" tanya Nayra sembari menyuapi Vano, sebab saat ini kedua tangan Vano masih sibuk mengetik di laptopnya."Iya, beli saja apa yang kamu mau, dan kamu boleh pergi ke mana pun, asalkan diantar sama sopir.""Siap, Bos," sahut Nayra sembari memberi hormat, lalu kemudian ia menyuapi Vano lagi.Setelah sarapan mereka habis, Vano kemudian langsung berangkat ke kantor, sedangkan Nayra juga langsung bersiap-siap untuk pergi."Pak, memangnya nggak ada motor ya? Alun-alun kan Deket, masa kita pergi naik mobil ini?" Nayra merasa kurang nyaman saja kalau pergi ke mana-mana harus memakai Rolls-Royce, dan ia juga takut akan jadi pusat perhatian nantinya."Waduh, Bu. Kalau di sini nggak ada motor, dan dari Surabaya saya memang sudah disuruh bawa mobil ini untuk mengantar ke mana pun Bu Nayra pergi."Melihat wajah Nayra berubah murung, lalu sang sopir memiliki ide lain."Kalau Bu Nayra nggak ing

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 38

    "Aku juga nggak tahu, Ma," sahut Fadil yang juga baru saja mendengar nama itu."Oh, Melisa itu tetangga saya di Melawi," timpal Nayra."Owh ...." sahut semua orang kompak."Iya, wanita itu memang dari Melawi, dan dia menikah dengan salah satu manajer Wangs Food yang ada di kota ini, dan mertuanya juga seorang kepala desa Nglegok, jadi mereka mendapatkan undangan dari kami karena termasuk perangkat desa. Dan, mengenai alasan para staf mengira wanita itu menantunya Pak Davin, karena tadi wanita itu menaiki mobil Alphard," jelas Aryo, yang membuat semua orang mengangguk mengerti.Lalu kemudian mereka berbicara hal lain, hingga kemudian Fadil, Rita, dan Aryo, pamit pulang.Setelah itu, Vano dan Nayra juga pamit pulang ke hotel kembali, namun saat di perjalanan, Vano mengambil jalan yang berbeda dari sebelumnya, sebab ia sekaligus mengajak Nayra mengelilingi sebagian kota Ledok Ombo.Sesampainya di hotel, mereka berdua langsung masuk kamar."Ini, ambillah!" ujar Vano sembari menyodorkan be

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 37

    Para staf itu kemudian langsung bubar dan masuk ke dalam ballroom hotel, mereka hendak membicarakan masalah ini pada Aryo, namun saat ini Aryo sedang memberikan sambutan pada para tamu undangan."Sekali lagi saya memohon maaf untuk para tamu undangan yang sudah hadir, dan terutama untuk Bapak-bapak atau Ibu-ibu yang ingin berbicara langsung dengan Pak Davin dan Bu Aretha, yang saat ini mereka tidak bisa hadir dalam acara ini dikarenakan putri mereka baru saja mengalami kecelakaan, dan saat ini sedang dirawat di rumah sakit.""Sebenarnya hari ini menantu mereka, Bu Nayra, akan hadir di tengah-tengah kita, namun mungkin Beliau juga memiliki halangan lain, sehingga hari ini juga tidak bisa hadir dalam acara ini. Jadi saya mewakili Queen Hotel, memohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima kasih." Lanjut Aryo sembari menatap kursi yang ditata khusus untuk tempat duduk Nayra, namun sudah diduduki oleh wanita lain, jadi Aryo mengira Nayra tidak bisa datang dan para staf menyuruh tamu lain untu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status