Share

PESTA

Shiera menimbang, beranikah ia melakukan apa yang telah terbentuk di dalam kepalanya. Shiera mengukur seberapa cepat langkahnya bisa mencapai pintu yang terbuka, jika Dave murka.

Setelah yakin dirinya bisa selamat dari kemurkaan Dave, Shiera segera mengangkat kertas di tangannya dan dengan kecepatan kilat merobeknya menjadi dua lalu empat bagian.

Dave menatap dingin, tidak bergerak di tempatnya.

Shiera balas menatap Dave, jantungnya berdegup empat kali lebih cepat, menunggu saat-saat kapan Dave akan menerkamnya dengan buas karena ia telah merobek surat perjanjian yang telah ditandatanganinya di atas materai.

"Tidak ada perjanjian, tidak ada pesta." Shiera mengatakan dengan sisa-sisa keberaniannya yang sudah sangat tipis.

Dave kembali menampilkan senyum iblis di sudut bibirnya. "Tidak masalah. Untungnya aku bukan pria naif yang tidak mempertimbangkan segala kemungkinan yang akan kau lakukan dengan kertas salinan itu, Shiera. Sekarang cepatlah bersiap sebelum aku berubah pikiran. Kau telah menguji kesabaran ku di luar batas kemampuanku biasanya," kata Dave dingin, dan terdengar jelas nada ancaman di dalamnya.

Shiera membeku, kembali menelan ludah dengan kasar. Tentu saja. Bodoh sekali Shiera karen tidak berpikir Dave telah menyimpan salinannya atau bahkan yang asli. Pria selicik Dave tentu sudah memikirkan segala kemungkinan untuk menghindari kesalahan sekecil apa pun terjadi.

Shiera menarik nafas panjang, memejamkan mata sejenak untuk menenangkan diri. Bagaimana pun, dirinya tidak akan pernah menang dari Dave, jadi sebaiknya ia mengalah saja sambil memikirkan cara bagaimana ia bisa terlepas dari cengkeraman pria iblis di depannya ini.

"Baik, tunggu sebentar aku akan bersiap." Shiera akhirnya mengalah.

"Nah, begitu lebih baik, anak manis. Cepatlah, aku tidak suka menunggu terlalu lama," jawab Dave tenang.

"Pakaian apa yang harus kukenakan?"

"Mini dress."

"Aku tidak punya yang seperti itu!"

"Kalau begitu kenakan yang kau punya."

Shiera melangkah memasuki kamar, memilah-milah baju apa kiranya yang cocok ia gunakan bersanding dengan Dave di sebuah pesta, tetapi ia menghindari warna hitam agar tidak terkesan couple dengan pria itu. Akhirnya Shiera memilih slip dress seksi berbahan satin silky berwarna beige, di padu dengan stiletto cream setinggi 8cm.

Dave menelan ludah saat melihat Shiera muncul dari balik pintu kamar mengenakan gaun di bawah lutut yang menggantung jatuh di pundaknya yang terbuka. Warna beige membawa kelembutan alami di kulitnya yang putih bersih. Rambut panjangnya yang di sanggul rendah menyisakan dua larik anak rambut menggantung di sisi wajahnya, membuatnya terlihat dewasa sekaligus mempesona. Gadis sekretaris itu begitu cantik dan seksi, membuat hati Dave berdesir gelisah.

"Ada yang salah?" tanya Shiera saat melihat tatapan Dave yang tak berkedip.

"Ya."

"Baiklah, aku akan ...."

"Tidak ada waktu. Ayo!" Dave berdiri, melangkah keluar mendahului Shiera sebelum otaknya tak dapat lagi dikendalikan.

Shiera mendesah lemah, menatap bajunya dengan salah tingkah. Tetapi Dave sudah keluar, tidak mungkin baginya untuk mengganti baju dengan yang lain, kecuali ia ingin di damprat habis oleh Dave.

Shiera melangkah keluar dengan canggung. Dalam hati ia terus berpikir, apa yang salah degan pakaiannya. Kenapa Dave manatapnya seperti itu.

Shiera masuk ke dalam mobil, duduk dengan canggung di sisi Dave yang selalu mengemudikan sendiri mobilnya. Pria itu menatap jalan dengan diam, rahangnya mengetat. Shiera semakin merasa salah tingkah melihat Dave yang berusaha kuat menahan kemarahan di wajahnya yang tegang dan dingin.

"Pak Dave ...." Shiera ingin meminta maaf, tetapi nyalinya sudah lebih dulu terpuruk melihat lirikan tajan mata hazel Dave padanya. Shiera menunduk, menelan kembali seluruh permintaan maafnya yang tidak jadi terlontar keluar.

"Ada apa?" tanya Dave dingin.

Shiera cepat-cepat menggeleng. "Tidak, tidak ada," jawabnya.

Dave menarik nafas panjang, jelas sekali pria itu sedang berusaha mengendalikan diri dengan sangat kuat.

Dave memarkir mobil di depan sebuah butik. Shiera menelan ludah dengan kasar. Mungkin pakaian yang ia kenakan terlalu murahan di mata pria pengusaha itu, dan akan membuatnya malu. Itu kenapa Dave membawanya ke butik, pasti untuk membelu baju yang lebih pantas.

Dave turun. Shiera menatap pria itu, tetapi Dave sama sekali tidak menoleh pada Shiera yang masih diam di dalam mobil. Gadis itu pun tak berani bergerak, diam mematung di dalam mobil sementara Dave menghilang ke dalam butik.

Empat puluh kenit menunggu dengan rasa gerah karena ac mobil dimatikan, Dave muncul dari balik pintu kaca. Shiera membelalak melihat penampilan Dave yang sudah berubah. Pria itu mengenakan setelan jas dengan warna senada dengan gaun Shiera, berjalan mantap kembali ke mobil dengan wajah angkuhnya yang sudah lebih ramah dari sebelumnya.

Shiera melirik Dave dengan sembunyi-sembunyi, saat pria itu duduk di balik kemudi. Ada senyum yang ia tahan mati-matian melihat penampilan Dave yang begitu mencolok. Selama menjadi pimpinannya, belum pernah sekalipun Shiera melihat Dave mengenakan baju selain hitam dan biru gelap. Melihat Dave berada di balik warna beige, membuat aura seram di wajahnya memudar, menjadi aura tampan yang luar biasa menyolok mata.

"Ada yang salah?" tanya Dave, tanpa memalingkan wajah dari keramaian jalan.

"T-tidak," jawab Shiera cepat, kepalanya seketika tertunduk sambil menggeleng tegas.

"Bodoh, Shiera .... Bodoh!" teriak Shiera merutuki dirinya sendiri di dalam hati.

"Apa aku tampak aneh?" tanya Dave sekali lagi.

Shiera melirik sekilas dengan takut-takut, lalu kembali menggeleng. "Tidak. Sama sekali tidak," katanya lirih.

"Jangan membohongiku. Tatapanmu padaku, seolah kau sedang melihat badut sirkus."

"Tidak!" pekik Shiera, menoleh cepat dengan ketakutan. "Saya sama sekali tidak berpikir seperti itu."

"Kalau begitu katakan yang kau pikirkan."

"Saya hanya ...." Shiera kembali terdiam.

"Nah, kalau kau tidak mau mengatakannya, maka jangan salahkan aku kalau menyimpulkannya sendiri."

"Tidak, Tuan Dave. Sungguh. Saya hanya berpikir, maaf, tapi selama saya menjadi sekretaris Tuan, baru kali ini saya melihat Tuan mengenakan pakaian dengan warna sedikit lebih terang."

"Dan apa itu menjadikan aku terlihat aneh di matamu?"

Shiera kembali menggeleng cepat. "Tidak. Sama sekali tidak."

"Jadi?"

"Tidak apa-apa."

"Baiklah. Aku akan menyimpulkan sendiri arti tatapanmu."

"Tidak, Tuan. Sungguh. Saya tidak berbohong. Tuan hanya terlihat ... lebih ramah."

Dave menarik satu ujung bibirnya ke atas, tersenyum miring. "Jadi selama ini aku terlihat kejam dan tidak ramah?"

Shiera kembali menundukkan pandangan. "Sejujurnya ya, Tuan."

"Berhenti memanggilku Tuan."

Shiera menoleh, mengerutkan kening.

"Panggil aku Dave saja."

"Mana mungkin, Tuan. Anda bos di tempat saya bekerja."

"Apa pun, yang penting tidak Tuan. Itu terkesan bahwa aku sudah sangat tua."

Shiera tak sengaja terkikik, karena ia pun selama ini berpikiran Dave sama sekali tidak pantas dipanggil Tuan seperti ayahnya, karena Dave masih terlalu muda. Ia lebih pantas dipanggil Bos seperti di film-film mafia yang sering dilihatnya.

"Kau tidak akan bersamaku terus saat di pesta nanti, jadi jaga dirimu baik-baik. Jangan mempermalukan aku dengan tingkahmu yang murahan terhadap pria lain."

Shiera membelalak kaget. "Tapi, Pak Dave ... saya tidak mengenal siapa pun di pesta. Bagaimana saya ...."

"Kalau kau tidak mengenal siapa pun, maka duduk saja dengan baik di tempatmu, saat aku meninggalkanmu, jangan kemana-mana."

Shiera menarik nafas panjang. "Baik," katanya pelan. Sungguh ini akan menjadi sebuah pesta yang melelahkan dan memuakkan, Shiera yakin. Bagaimana mungkin seorang laki-laki membawanya ke sebuah pesta, tetapi kemudian meninggalkannya seorang diri di sana. Sia*an!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status