Sinar mentari lamat-lamat menyelusupi seisi ruangan dari rumah milik Letnan Jenderal (Purn) Pablo Callister. Di antara semua orang di rumah, dia yang paling ceria pada pagi yang cerah. Tidak ada yang bisa menandingi kegembiraannya di antara siapa pun sebab hari ini adalah hari terakhir dia akan melihat menantu payah dan tidak berguna, Alex Luther!Bangganya, ketika dia sedang ngopi sambil menikmati cerutu kuba di beranda rumah, tiba-tiba saja dua orang dari militer datang bertamu dan membawa undangan spesial.Pablo berdiri menyambut mereka. Dia membaca undangan bertinta emas, lalu terperangah. “Undangan menghadiri upacara Penobatan Jenderal Naga Emas sebagai Panglima bintang lima menggantikan Panglima saat ini?”Dua periwara di sana mengangguk hormat.“Benar, Tuan Pablo. Acaranya akan dilangsungkan hari Senin nanti. Tiga hari lagi.”“Tuan bisa membawa anak, istri, menantu, dan keluarga lainnya pada acara tersebut.”Tidak menyangka, layaknya mendapatkan durian runtuh, Pablo tidak bisa
Tapi, tidak mungkin juga Alexander mengarang opini menyesatkan. Gabriella tahu bahwa suaminya terkenal jujur dan tidak suka berbohong. Dan setelah dipikir-pikir, bisa jadi dia sakit karena diracuni. Asumsi itu cukup beralasan mengingat dirinya tidak pernah ada riwayat penyakit aneh meskipun dalam tekanan besar.Cepat, Winnie langsung merespons, “Siapa orang yang tega meracuni, Gabriella? Tidak ada! Aku? Sangat tidak mungkin! Atau ayah kandungnya sendiri? Juga mustahil. Atau, kau malah mencurigai sopir dan para pembantu di sini, Alex? Apa kau mencurigai mereka? Atau mungkin bisa jadi malah diri mu sendiri yang meracuni istri mu. Jadi, kalau kau tidak mau dituduh yang tidak-tidak, sebaiknya kau tarik lagi spekulasi tanpa bukti itu sekarang juga sebelum kami di sini berpikir terlalu jauh.” Cukup lama Winnie merepet untuk menepis omongan Alexander tadi. Winnie tidak mau Alexander menggiring opini di Keluarga Callister yang pada akhirnya isu untuk mengusir Alexander lantas teralihkan pada
Sore harinya, lima saudara dan saudari kandung Pablo Callister berkunjung lagi ke rumahnya. Sesuai info dari Pablo bahwa sore hari ini pas menjelang malam, tepatnya setelah matahari terbenam, akan ada pesta kecil untuk merayakan kepergian Alex Luther. Mereka satu per satu hadir di sini setelah sibuk dengan pekerjaan masing-masing di luar sana.Namun, mereka terkinjat saat melihat Alexander dan Gabriell sedang asyik main badminton di halaman samping rumah.Brendon terbelalak. Berulang kali dia mengerjapkan matanya guna memastikan bahwa dia memang tidak salah lihat. “Gabriella sudah sembuh?”Dokter Shinta berlari-lari kecil setelah turun dari mobil. Dia terus mendekati Alexander dan Gabriella di sana. “Ha? Bagaimana ceritanya Gabriella bisa sehat? Hari ini adalah hari ketujuh dia sakit parah. Apa mungkin Alex yang sudah menyembuhkan penyakit keponakanku?”Tidak lama setelah itu, datang pula Harlow, Neilson, dan Laura. Mereka semua kaget begitu menyaksikan Gabriella sehat wal afiat.“Apa
Neilson menggeleng tak percaya. Pasti ada sesuatu yang disembunyikan oleh Alexander. “Mengakulah! Siapa yang telah mengajari mu? Katakan!”Alexander malah sedikit tertawa. “Bisa jadi sang idola mu, Paman. Ya, Mike Ali!”“Dia sudah tiada. Kau jangan bercanda, Alex! Kalau masih main-main, aku patahkan kaki mu!” koarnya menyeringai marah.Seandainya Alexander bicara sebenarnya, apa mungkin orang tua itu bisa percaya? Tidak bakalan juga. Jadi lebih baik Alexander diam saja dan tidak menggubrisnya.Namun mengejutkan, tiba-tiba saja Neilson melompat cepat lalu melepaskan satu sepakan dari samping dengan kaki kanan lurus dan kaki kiri tertekuk. Hanya orang yang bisa kung fu dapat melakukan teknik itu.Tidak punya kesempatan menghindar dan merunduk, terpaksa Alexander memagari wajah samping kirinya dengan punggung lengan kiri.BUGH!“Aduuhh!” Neilson langsung menggelepar di tanah seperti cacing kena bakar sambil memegangi kaki kananya yang perih. Sendinya dari pergelangan kakinya langsung rus
Bola mata Winnie lantas langsung tergelohok lebar. Wajahnya langsung menyala. “Kurang ajar! Bicara apa kau?! Jangan buat fitnah!”Pablo terperangah. Untuk ke sekian kalinya dia mendengar menantunya mengeluarkan omong kosong yang sulit dipercaya. “Berhenti mengada-ada, Alex! Jangan mentang-mentang kau bukan siapa-siapa dan Martin merupakan perwira militer, lantas kau ingin menjatuhkan dia!”“Aku punya bukti,” balas Alexander dengan amat dingin dan tenang. “Dari informasi yang aku dapatkan, dia sebenarnya sudah punya kekasih, dan sudah menjalani hubungan yang sangat lama. Lebih dari tujuh tahun dan mereka sudah merencanakan pernikahan. Sebentar, sebelum kalian menjawab, aku juga mau kasih tahu info tambahan bahwa Martin adalah seorang pecandu narkoba. Entah bagaimana ceritanya dia bisa dengan berani seperti itu sementara dia menempuh pendidikan selama bertahun-tahun. Bagaimana dia bisa masuk jadi perwira sementara dia pemakai?"“Kau! Alex Luter bajingan! Berhenti menebar fitnah tentang
Lima pesawat tempur mengudara di atas langit, melesat cepat, meninggalkan kepulan asap kuning emas yang melintang panjang. Bergemuruh, semua orang terkesima. Lalu suara genderang dan terompet pun menggema di sekitar alun-alun. Ratusan tank, mobil perang, dan alutsista lainnya berjalan beriringan di jalanan di sana, disaksikan oleh puluhan ratusan ribu prajurit yang berbaris rapi. Setelah itu, ratusan pasukan elit dengan perlengkapan militernya bergerak maju di belakang alat tempur tadi, membentuk barisan teratur dengan gerakan menakjubkan. Di tenda kehormatan, ratusan perwira dan petinggi militer berdiri dan menikmati semuanya, sekaligus memberikan apresiasi luar biasa terhadap pembukaan acara yang begitu spektakuler. Hingga tibalah pada acara pelantikan Panglima baru. Alexander Agung! Dia bernama Alexander Agung! Tongkat kehormatan diberikan langsung oleh Jenderal George Mac Artur langsung kepada Alexander dan disaksikan oleh jutaan orang yang ada disana. Kemudian Presiden
“Sekarang, begitu miris. Mereka bisanya duduk manis di kantor. Membaca koran sambil menikmati kopi. Memarahi bawahan. Memberikan perintah seenak perut. Tapi ketika sedang terjadi kemelut dan kekacauan, mereka malah ketakutan. Janji bahwa mereka mau mati untuk negara ini hanyalah omong kosong belaka. Padahal, bahkan mereka tidak mau setetes darah mereka jatuh ke tanah.” Pablo merinding mendengarnya. Meskipun dia memang pernah tergabung dalam satuan dalam sejumlah misi serta beberapa kali menjadi pemimpin, tapi dia mengaku bahwa tidak pernah punya jasa besar, seperti halnya yang telah ditorehkan oleh Jenderal Naga Emas. Begitu pula dari para petinggi lainnya. Jenderal George misalnya. Meskipun menjabat sebagai Panglima tertinggi sudah belasan tahun menggantikan Jenderal Somers, dia pun tidak pernah memimpin langsung ratusan ribu pasukan untuk mengalahkan para penjajah. Dia hanya beberapa kali memimpin pasukan dalam operasi dan tugas yang kecil, yang mana misi tersebut masih dalam lin
Alexander meluaskan pandangannya ke semua orang di hadapannya. “Saya memberikan nasehat untuk saya sendiri dan kepada kita semua untuk tidak menjadi seperti mereka yang jahat hatinya. Mereka bersembunyi di balik seragam kebanggaan untuk menyimpan kebusukan yang mereka simpan di dalam hati. Percayalah, mereka tidak akan pernah merasa aman dan tenang selama saya berada di sini.” Lalu para hadirin di lapangan sana pun berteriak : “Jayalah Jenderal Naga Emas!” “Bangkitlah negeri kita tercinta!” “Tumpaskan kejahatan!” “Merdeka!” “Merdeka!” Di saat Alexander bicara lantang penuh semangat, sejumlah orang di belakangnya menggigil ngeri. Mereka pun sadar bahwa mereka memang sedang tidak aman-aman saja. Isi pidatonya yang terakhir tidak kalah seru dari yang sebelumnya. Kali ini dia mau memberikan pelajaran kepada seorang pria yang berkeinginan menghancurkan rumah tangganya bersama Gabriella. Dengan terang-terangan Alexander berkata, “Saya mendapat info bahwa ada satu perwira baru yang