Alexander tetap ramah dan sopan. “Betul, aku Alex Luther. Ayah apa kabar?”
Namun, Pablo tidak juga menyambut baik kehadiran Alexander di rumahnya. Karena sudah sering dicuci otak oleh omongan persuasif istrinya, dia juga memendam kebencian dan rasa muak pada Alexander. Dulu Pablo juga kerap memberikan serangan dan perlakuan tak pantas pada Alexander serta berkeinginan kuat agar Alexander bercerai lalu pergi. Itulah kenapa pria yang sudah beruban dan baru berusia lima puluhan itu tidak senang begitu melihat kehadiran Alexander.“Bagaimana ceritanya kau bisa balik? Kami pikir kau sudah mati.” Pablo tidak bisa menahan ekspresi terkejutnya. Dia sangat syok dan sampai memegangi rambutnya.“Ceritanya panjang, Ayah. Yang penting, aku sudah kembali. Maafkan karena lebih dari satu tahun aku menghilang tiada kabar. Sekali lagi, maafkan aku.” Alexander menunjukkan ekspresi merasa bersalah meskipun sebenarnya dia tidak sepenuhnya bersalah. Kepergian dirinya dan perpisahan dengan istrinya bukan berasal dari kemauannya pribadi. Jelas bukan. Karena itulah dia ingin mengusut kira-kira siapa orang yang telah melakukan penculikan terhadap dirinya sehingga semua tragedi ini bisa terjadi. Dia harus menemukan siapa otak pelakunya.Pablo melengos. “Kau tidak perlu meminta maaf karena tidak perlu!”Winnie melingkarkan lengannya ke pinggang Pablo sembari mengomel. “Suamiku, dia lebih dari satu tahun tidak ada kabar. Dia sangat kurang ajar. Izinkan aku menampar wajahnya sepuluh kali. Aku muak melihat wajah menantu brengsek macam dia!” umpatnya berapi-api. Tatapan Winnie semakin jijik dan darahnya semakin mendidih.Akan tetapi Pablo tidak mau ada keributan di rumahnya. Menghajar menantu sampah yang lemah macam Alexander sangat mudah bagi seorang mantan jenderal seperti Pablo. Dulu, Pablo pernah menjadi pemimpin sebuah pasukan khusus militer Angkatan Darat dan beberapa kali mengepalai operasi yang ditugaskan padanya. Jabatan terakhir yang dia emban adalah Wakil Kepala Staf AD, dua level di bawah Panglima, itu artinya dia terlampau hebat di militer, dan jika saja tidak ada kasus yang menimpanya, dia sudah jadi Panglima.Sangat gampang bagi Pablo untuk menghajar pria payah dan tidak ada harga diri macam Alexander. Meski sudah tidak berada di lingkungan militer, Pablo masih bisa mempengaruhi militer untuk melakukan sesuatu, terlebih sekarang dia mulai menyibukkan diri di politik setelah empat tahun belakangan berkecimpung di dunia bisnis. Kesibukan Pablo akhir-akhir ini adalah mengurusi investasinya di sebuah perusahaan minyak guna menambah pemasukannya.“Sial! Kenapa ajudan ku di pos mengizinkan mu masuk?!” umpat Pablo menyeringai marah. “Seharusnya pria tidak ada harga diri seperti mu tidak boleh masuk ke sini!”Namun, Alexander bukan lagi pria biasa saja seperti beberapa tahun lalu ketika dia belum dibuang ke Pulau Lambora. Dia sekarang bukan pria biasa saja yang sering di-underestimate. Dia bukan lagi suami menyedihkan dan menantu sampah.Alexander berdiri tegap, dadanya bidang, wajahnya teguh, dan matanya selalu tegas. Ada aura berbeda yang dibawa Alexander.“Aku masih berstatus sebagai suami Gabriella, Ayah,” ujar Alexander dengan tenang dan lantang.Mendengar suara Alexander yang tegas sekaligus melihat bahasa tubuhnya yang begitu mengesankan, membuat Pablo tercengang dan menaikkan kedua alisnya ke atas. Pablo tidak melihat Alexander seperti yang biasa dia lihat. Dia pun merasakan aura yang memancar pada wajah Alexander, membuat dadanya berdesir dan ujung jemarinya bergetar.Alexander berusaha bersikap biasa saja tapi apa yang tampak dari dirinya justru menunjukkan dirinya seperti ksatria yang gagah. Semua timbul secara alamiah setelah melewati masa satu tahun pembelajaran dan enam bulan menjadi pemimpin perang. Karakter dan cara bicaranya terbentuk dengan sendirinya, membuat Pablo semakin terheran-heran.“Aku masih berstatus sebagai menantu Ayah, jadi aku tidak mungkin pergi meninggalkan rumah ini,” sambung Alexander dengan suara yang tegas.Pablo sadar itu semua tidak dibuat-buat, dengan kata lain Alexander tidak sedang berpura-pura seolah-olah dia adalah pria perkasa.Hanya saja, Pablo tidak bisa menerima dan tidak pula senang melihat Alexander tampak gagah dan berwibawa. Dia menudingkan ujung telunjuknya pas ke wajah Alexander seraya mencela, “Kau adalah menantu hina yang sangat tidak berguna! Kalau saja Sarah tidak membujuk aku supaya menerima mu, kau tidak akan pernah aku terima sebagai menantu! Jadi kehadiran mu di sini jelas sesuatu yang sia-sia. Dan jangan pernah pula kau membicarakan soal cinta mu bersama putriku sebab cinta mu juga tiada berguna. Kau adalah sampah yang harus aku singkirkan. Aku yakin kau sudah tahu kalau Gabriella akan menikah dengan Martin Scott.”Tiba-tiba saja Winnie menyerobot, “Letda Martin Scott! Keponakanku yang begitu membanggakan. Baru selesai dari pendidikan militernya dan menjadi salah satu perwira kebanggaan!”Pablo mengangguk penuh arti seraya mendengus tipis. “Ya, Letda Martin Scott! Aku akan sangat bangga karena bisa punya menantu yang berasal dari kalangan militer dan bakal menjadi penerusku kelak. Tidak seperti menantu menyedihkan seperti mu, Alex!”Mendengar semua ejekan dan hinaan terhadap dirinya, Alexander cukup tersenyum tipis. Berulang kali dia mendengar kata Letnan Dua yang dimiliki oleh Martin Scott dan itu membuat kupingnya terasa gatal. Namun, sedikit pun dia tidak terusik atas kehadiran Martin Scott di rumah tangganya.Letnan Dua?Yang benar saja!Kendati pun begitu, Alexander tetap tidak merasa jumawa dan congkak. Dia tetap kalem dan menjaga statusnya. Apa pun makian dan ejekan yang dia terima, tidak akan mengurangi cintanya pada Gabriella dan tidak akan pernah mengurangi asa dan semangat juangnya untuk membuktikan kebenaran.“Gabriella tidak akan pernah mau menikah lagi,” ucap Alexander penuh percaya diri. “Aku tahu siapa istriku. Aku sudah mengenalnya semenjak kami masih berada di sekolah menengah. Jadi tidak ada alasan bagi dia untuk tidak setia padaku. Artinya, dia akan tetap menjaga cinta dan ketulusannya, hanya pada ku.”Winnie menggerenyotkan bibirnya lalu menunjuk mata Alexander lurus-lurus. “Kau! Tidak punya malu! Sok percaya diri pula kalau Gabriella akan setia pada mu! Sekarang ayah dan ibu Gabriella sudah sangat setuju agar kalian berdua berpisah lalu Gabriella dinikahi oleh Letda Martin Scott! Tidak ada yang bisa menghalangi dan membatalkan pernikahan mereka bulan depan! Jadi kau jangan percaya diri kalau kau masih bisa bertahan di rumah ini. Camkan itu!” cecar Winnie, dadanya bergemuruh, matanya sampai berkedut mengiringi gerak bibirnya.Alexander nyaris terpojok. Pablo dan Winnie secara bergantian memborbardir Alexander dengan beragam hujatan dan hinaan.Namun, di saat Alexander mulai terdesak, tiba-tiba saja muncul seorang wanita yang sangat cantik dari balik pintu. Kulit tubuhnya putih halus seperti kulit bayi, rambutnya panjang terurai membingkai wajahnya yang natural, dan suaranya sangat merdu.Dia adalah Gabriella Callister.Lalu, apakah dia masih mau menerima kehadiran Alexander setelah ditinggal lebih dari setahun?Berbeda dari Winnie dan Pablo, justru Gabriella menyambut kehadiran Alexander dengan penuh antusias dan kegembiraan. Dia membuka lebar pintu rumah lalu berjalan melewati ayah dan ibu tirinya. Tidak berpikir panjang dan mengingat-ingat apa pun sebab dia yakin itu adalah suaminya, Gabriella memeluk Alexander dengan sangat erat.“Kau ke mana saja, Sayang?” Gabriella sampai menitikkan air mata karena saking terharu. Pelukannya sangat kencang, seakan-akan itu adalah pelukan terakhir untuk suaminya, seolah-olah hari ini adalah hari terakhir pertemuan mereka. Wanita penyayang itu benar-benar tidak mau lagi kehilangan Alexander untuk ke dua kalinya.Alexander menjawabnya dengan nada yang lembut tapi menggetarkan, “Ke mana pun aku pergi, aku tidak mungkin pernah meninggalkan mu, istriku sayang.”Melihat adegan menjijikkan itu, Winnie membekap mulutnya sendiri, matanya terbelalak dan nyaris keluar dari tempatnya. Dia sangat kaget begitu tahu bahwa ternyata Gabriella masih mau menerima kehadiran
Namun, Pablo membuyarkan romantisme itu. Pablo memandangi wajah Alexander dengan gusar sambil mengutuk, “Kau adalah menantu sialan pilihan Sarah! Jadi sebenarnya kau memang tidak pantas menjadi suami putriku! Ingat itu baik-baik!”Dengan tenang dan santai Alexander menjawab, “Ayah adalah orang yang menikahkan aku dengan Gabriella. Tidak mungkin Ayah menarik lagi sebuah keputusan yang sudah disaksikan banyak orang pada waktu itu.”Gabriella tak bergeming. Dia menggeser badannya sedikit dan memandangi wajah ayahnya seraya berkata, “Alex benar, Ayah. Ayah waktu itu merestui dan telah menikahkan aku di hadapan banyak saksi. Mana mungkin Ayah menarik omongan Ayah kembali.Alexander memang bukanlah berasal dari kalangan atas yang terlibat di dalam pemerintahan dan militer. Sementara Pablo dan keluarganya sudah sangat terbiasa dengan hal yang berbau pemerintahan dan militer.Mending kalau Alexander berasal dari keluarga kaya, orang tuanya taipan terkenal, dan bisnis keluarga di mana-mana, na
Untuk memastikan berita tentang hilangnya orang tuanya, Alexander pun bergegas menuju rumah tempat di mana orang tuanya tinggal. Setibanya di sana, betapa terkejutnya dia melihat kondisi rumah tersebut yang kotor dan tidak terurus.Lantai berdebu dan sampah di mana-mana. Di langit-langit rumah banyak sarang laba-laba. Sebagian barang dan perabot hilang entah ke mana. Bisa jadi hilang dicuri. Intinya kondisi rumah satu lantai itu sudah tidak keruan, lebih buruk dari kapal pecah.Alexander menutupi hidungnya karena bau busuk yang menyengat. Dia sudah tidak bisa berkomentar. Jika kedua orang tuanya hilang sejak satu setengah tahun lalu, wajar kondisi rumahnya sudah separah ini.Pablo dan Winnie tidak mengizinkan Gabriella untuk merawat rumah milik orang tua Alexander, bahkan mereka tidak membiarkan Gabriella berkunjung hanya sesaat saja.Tetangga sekitar?Mereka tidak peduli.Bahkan bisa jadi mereka melucuti barang-barang yang ada di dalam sini.Tidak ada satu pun lagi benda berharga lagi
Alexander menoleh ke samping, mengawasi jalanan padat Kota Redchester yang sangat sibuk. Karena ibu kota negara, Megapolitan yang setidaknya ada sepuluh juta orang ini merupakan kota besar dan punya sejarah. Ada banyak cerita di Redchester, dan ada pula misteri yang mesti dikuak.Saat ini Farrell menjadi satu-satunya orang kepercayaan Alexander. Jika ada sesuatu yang bocor, itu pasti karena kecerobohan Farrell. Maka dari itu Farrell sudah bersumpah dan setia pada Alexander dalam mengemban semua pekerjaan yang diberikan serta melaksanakannya dengan sepenuh hati.Selain amanah, Farrell juga cerdas dan berbagai idenya sangat dibutuhkan oleh Alexander.Pada waktu pertempuran berlangsung, Farrell selalu berada di samping Alexander bersama sejumlah pasukan yang berada di bawah komandonya untuk memberikan penjagaan dan pengamanan kepada sang panglima perang.Sekarang, peran Farrel bisa dikatakan ajudan dan bodyguard sekaligus untuk mengawasi dan menjaga bosnya.Dan bagi Farrell sendiri, meng
Ruangan keluarga telah di-set sedemikian rupa. Ada satu buah kursi khusus yang diperuntukkan bagi Alexander. Semacam kursi yang akan diduduki oleh terdakwa sebuah kasus di pengadilan. Di depan kursi panas tersebut terdapat enam kursi lainnya. Di sanalah Brendon dan lima orang saudaranya akan menghukum Alexander.Sementara itu, anak-anak mereka yang besar dan kecil sudah dilarikan semua sehingga forum besar kali ini dijamin tidak akan terganggu oleh kebisingan. Mereka memastikan bahwa rapat keluarga penentu nasib Alexander akan berjalan lancar dan mendapatkan hasil yang diinginkan, tentu saja tujuan mereka adalah menyingkirkan keberadaan Alexander dari Keluarga Callister.Alexander dengan setelan kemeja abu-abu dan celana jeans biasa terduduk. Di hadapannya sudah berdiri enam orang tua yang akan mencecar beragam kalimat untuk memojokkan dia. Lalu, apakah Alexander mampu melewati ujian besar ini?Brendon menyilangkan kedua kakinya sambil melipat kedua tangan di depan dada. Dia menatap w
Anak nomor empat di bawah Pablo itu bernama Shinta Callister. Sebenarnya siang ini sang dokter semestinya bekerja tapi karena ada acara penting dan mendesak, terpaksa dia izin sebentar walaupun tidak lama juga, hanya demi mensukseskan agar Alexander berpisah dari keponakannya yang malang.Shinta memperbagus jas dokter kebanggaanya sebelum berkata, “Tadi aku sudah mengecek kondisi fisik Gabriella. Badannya sangat lemas. Dia merasakan sakit di beberapa titik. Salah satunya di bagian perut dekat ulu hati. Dia juga merasakan nyeri di tengkuk. Aku memastikan dia sedang stres. Kejiwaannya terganggu dikarenakan beban pikiran dan mental. Tidak lain tidak bukan tentu saja karena makan hati sudah menjadi istri dari mu, Alex. Dia sebenarnya terbebani selama tiga setengah tahun ini semenjak menjadi istri mu. Dia makan hati. Tapi tidak mau bercerita. Puncaknya adalah sekarang. Sebagai dokter umum berpengalaman, aku menyarankan agar Gabriella dibawa ke psikiater untuk mendapatkan pengobatan dan jug
Enam orang di hadapan Alexander sepakat kalau Alexander tidak mungkin bisa melakukannya. Jika Dokter Shinta saja tidak bisa, lantas bagaimana dengan pria menyedihkan dari Keluarga Luther itu? Mustahil, sangat mustahil.Pablo menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil menyindir geram, “Kau pernah tersiksa selama hampir dua tahun. Badan mu kurus dan penyakitan. Bahkan kau tidak mampu mengurusi diri mu sendiri. Lantas kau mau mengobati orang lain? Alex, sudahlah! Aku tahu kau sedang membela diri agar tidak ditendang dari rumah ini dan pergi untuk selama-lamanya. Kami semua di sini tahu kau pasti mengeluarkan beragam alasan supaya kau tetap bisa bertahan. Tapi, semua yang kau sampaikan akan sia-sia. Mana mungkinlah kami bisa percaya pada omong kosong mu?!”Dengan tenang dan percaya diri Alexander pun menjawab, “Aku sudah belajar banyak dari Tuan James Frick. Aku bisa meracik ramuan dan menguasai teknik akupuntur. Aku juga paham tentang teknik pengobatan modern seperti yang dikuasai oleh Do
Alexander berbicara dengan tegas. “Tuan Mike Ali juga difitnah. Beliau dituduh telah melanggar hukum berat. Katanya, beliau ingin menggulingkan Presiden Somers dengan power-nya yang luar biasa. Kita tidak tahu apakah beliau pro atau kontra dengan pemerintahan Presiden Somers. Kita tidak tahu apakah beliau benci atau suka dengan pemerintahan waktu itu. Tapi tuduhan yang mengatakan bahwa beliau ingin menggulingkan Presiden Somers, jelas hanyalah hoaks.”Pablo selaku menantu Somers langsung merespons cepat. “Kenapa kau malah membawa ayah mertuaku segala? Berita waktu itu santer memberitakan bahwa Mike Ali telah menyiapkan sepuluh ribu orang untuk menyerbu istana dan bahkan sampai ingin membunuh Presiden.”“Berita itu tidak benar,” balas Alexander penuh percaya diri.Dia satu tahun penuh belajar bersama Mike Ali dan tahu betul apa yang sebenarnya terjadi. Mike Ali sejatinya memang kurang suka dengan pemerintahan otoriter di bawah kekuasaan Presiden Somers, tapi bukan berarti dia radikal d