Share

bab 7

Penulis: Lotus putih
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-09 09:04:39

Bagi Mey Yan, sebuah kehadiran yang menyelamatkannya dari kesendirian.

Suatu sore, Jinhai membawakan Mey Yan sebuah buku dengan sampul yang tampak tua. “Ini mungkin bisa membantumu,” katanya sambil menyerahkan buku itu padanya.

Mey Yan membuka buku itu dan melihat bahwa isinya adalah tentang strategi bisnis dan manajemen. “Terima kasih, Jinhai. Ini pasti sangat berguna,” ujarnya dengan tulus.

“Jangan hanya berterima kasih. Kau harus berhasil, Mey Yan. Aku yakin kau bisa,” balas Jinhai dengan senyuman penuh semangat.

Namun, kedekatan mereka tidak luput dari perhatian Duke Zhao. Suatu malam, ketika Mey Yan baru saja pulang dari pertemuannya dengan Jinhai, dia mendapati Duke Zhao menunggunya di ruang tamu. Tatapan pria itu terlihat lebih tajam daripada biasanya.

“Ke mana saja kau?” tanyanya dengan nada yang lebih menuntut daripada biasanya.

Mey Yan merasa ada sedikit getaran dalam suaranya, tapi dia mencoba untuk tetap tenang. “Aku bertemu dengan seorang teman. Dia membantuku mempelajari beberapa hal tentang bisnis,” jawabnya jujur.

“Seorang teman?” Duke Zhao melipat tangannya di dada, alisnya terangkat. “Laki-laki?”

“Namanya Jinhai. Dia seorang teman lama yang kebetulan memiliki pengalaman dalam bisnis. Aku hanya ingin memanfaatkan waktuku sebaik mungkin dan belajar sebanyak mungkin,” Mey Yan menjelaskan tanpa ragu.

Duke Zhao terdiam sejenak. Ada kilatan emosi di matanya yang sulit diartikan. “Hati-hati, Mey Yan. Jangan sampai kau terlibat terlalu jauh. Ingat, kau adalah istriku,” katanya sebelum berbalik dan meninggalkan ruangan, seolah-olah itu adalah peringatan sekaligus pengingat.

Setelah percakapan itu, Mey Yan menyadari bahwa mungkin ada secercah kecemburuan dalam nada bicara suaminya. Meskipun demikian, dia tetap berusaha fokus pada tujuan utamanya: membuktikan dirinya mampu dan layak mendapatkan tempat dalam hidup Tuan Muda Xu, bukan hanya sebagai istri yang tinggal di rumah, tapi sebagai mitra yang dapat diandalkan.

Mey Yan tahu, perjalanan ini masih panjang dan banyak halangan yang mungkin akan menghadangnya. Namun, dengan dukungan Jinhai dan sedikit demi sedikit perhatian yang mulai tumbuh dari Duke Zhao, dia merasa bahwa mungkin, hanya mungkin, ada harapan bagi mereka untuk menemukan jalan kembali satu sama lain.

Setelah percakapan mereka yang terakhir, Duke Zhao mulai memperhatikan hal-hal kecil yang sebelumnya luput dari perhatiannya. Dia melihat perubahan pada Mey Yan—bagaimana dia lebih sering terlihat sibuk dengan buku-buku dan dokumen-dokumen bisnis di ruang kerjanya, bagaimana dia mulai mengatur waktu dan kegiatan rumah tangga dengan lebih teratur, dan bahkan bagaimana dia berbicara dengan lebih percaya diri. Perubahan ini membuatnya mulai merasa penasaran.

Suatu pagi, Duke Zhao kembali menemukan Mey Yan di ruang kerja, duduk dengan beberapa lembar kertas yang tampak berantakan di atas meja. Dia terlihat begitu fokus hingga tidak menyadari kehadiran suaminya di ambang pintu. Duke Zhao melangkah mendekat dengan perlahan, membuat Mey Yan tersentak sedikit ketika dia mendengar suaranya.

“Kau benar-benar serius mempelajari semua ini, ya?” tanyanya dengan nada datar namun mengandung sedikit rasa ingin tahu.

Mey Yan menatap suaminya sejenak sebelum tersenyum tipis. “Ya, aku ingin tahu lebih banyak tentang bisnis keluarga ini. Aku merasa sudah saatnya aku berkontribusi lebih banyak.”

“Sejak kapan kau tertarik pada hal seperti ini?” Duke Zhao bertanya, kali ini dengan pandangan yang lebih lekat.

“Sejak aku merasa bahwa menjadi istri yang hanya tinggal di rumah tidak cukup. Aku ingin menjadi seseorang yang bisa diandalkan, bukan hanya seseorang yang selalu menunggu,” jawab Mey Yan dengan suara yang tegas namun lembut. Ia menatap suaminya, berharap dapat membaca sedikit emosi di balik ekspresi datarnya.

Duke Zhao terdiam, tampak berpikir sejenak. “Kalau begitu, mungkin kau bisa mulai dari sesuatu yang sederhana,” katanya sambil menyodorkan beberapa dokumen kepadanya. “Ini laporan keuangan dari salah satu anak perusahaan. Kau bisa mencoba memahaminya. Jika ada yang tidak kau mengerti, kau bisa bertanya padaku.”

Mey Yan terkejut, namun dengan cepat mengambil dokumen-dokumen itu. “Terima kasih, aku akan mencoba,” jawabnya penuh semangat. Ini adalah pertama kalinya Duke Zhao memberinya tugas secara langsung, dan meskipun tugas itu mungkin kecil, bagi Mey Yan ini adalah langkah besar.

Sejak saat itu, hubungan mereka mulai berubah secara perlahan. Setiap malam, ketika Duke Zhao pulang, Mey Yan akan duduk bersamanya di ruang kerja dan berbagi tentang apa yang sudah dia pelajari. Kadang-kadang, mereka terlibat dalam diskusi yang serius, kadang hanya percakapan ringan. Meskipun interaksi mereka masih jauh dari hangat, ada kemajuan yang terasa. Setidaknya, keheningan yang sebelumnya selalu menyelimuti rumah mereka mulai terkikis.

Pada suatu sore, saat Mey Yan sedang meninjau ulang laporan keuangan yang diberikan padanya, dia mendapati beberapa kesalahan kecil dalam pencatatan. Dia ragu-ragu sejenak sebelum memutuskan untuk mengangkat hal ini kepada Duke Zhao. Saat suaminya pulang, dia menunggu kesempatan untuk berbicara.

“Duke, aku menemukan beberapa kesalahan dalam laporan ini,” kata Mey Yan ketika mereka duduk di ruang makan bersama. Dia memberikan dokumen itu kepada suaminya dan menunjuk bagian yang ia maksud.

Duke Zhao mengambil dokumen tersebut dan memeriksanya dengan seksama. Raut wajahnya berubah sedikit ketika dia menyadari bahwa Mey Yan benar. “Ini memang kesalahan yang terlewatkan,” ujarnya sambil menatap Mey Yan. “Kau memiliki mata yang tajam. Baiklah, aku akan mempercayakan laporan-laporan ini padamu mulai sekarang.”

Ucapan itu, meskipun singkat, membuat hati Mey Yan melompat senang. Ini adalah pengakuan pertama dari suaminya terhadap usahanya selama ini. Walaupun tidak diungkapkan secara langsung, dia merasa ada sedikit penghargaan dalam nada bicara Duke Zhao.

Namun, bukan berarti semuanya berjalan mulus. Ada saat-saat di mana Mey Yan merasa putus asa, terutama ketika dia menghadapi masalah yang sulit dan tidak tahu harus berbuat apa. Di saat seperti itu, dia masih sering menemui Jinhai untuk meminta nasihat. Jinhai selalu bersedia membantu, dan setiap kali bertemu dengannya, Mey Yan merasa mendapatkan suntikan energi baru, seolah energinya tak pernah terkuras.

Kabar mengenai kedekatan mereka akhirnya sampai juga ke telinga Duke Zhao. Namun, bukannya menunjukkan tanda-tanda cemburu, dia malah semakin tertarik untuk mengetahui apa yang sebenarnya mendorong Mey Yan berubah. Rasa penasaran ini membuatnya diam-diam mengamati istrinya dengan lebih seksama. Dia mulai memperhatikan senyum kecil yang muncul di wajah Mei Yan saat dia menyelesaikan suatu tugas, atau bagaimana matanya berbinar ketika bercerita tentang sesuatu yang baru saja dia pelajari.

Suatu hari, ketika mereka sedang bersama di ruang kerja, Duke Zhao tiba-tiba bertanya, “Temanmu, Jinhai… sepertinya dia banyak membantumu. Apakah dia yang membuatmu tertarik pada dunia bisnis?” Wajah nya datar saja tanpa ekspresi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • MENAWAR TAKDIR    bab 55

    Pagi yang SepiCahaya matahari perlahan menyusup melalui celah jendela, menerangi kamar sederhana tempat Mey Yan beristirahat. Namun, matanya sudah terbuka sejak lama. Semalaman ia tidak tidur nyenyak, pikirannya terus dipenuhi oleh kejadian tadi malam.Ia mendengar langkah kaki pelan di luar kamarnya, mungkin seorang prajurit yang sedang bertugas. Tidak lama kemudian, suara Xiao Yu terdengar, membangunkannya dengan lembut.“Nyonya, apakah ingin sarapan sekarang?”Mey Yan menghela napas. “Tidak perlu, Xiao Yu. Aku tidak lapar.”Xiao Yu menatapnya khawatir. “Tapi Nyonya harus tetap makan. Hari ini cuaca cukup dingin.”Mey Yan tersenyum tipis. “Nanti saja.”Xiao Yu masih tampak ragu, tetapi akhirnya mengangguk dan meninggalkan kamar. Setelah Xiao Yu pergi, Mey Yan duduk di tepi tempat tidur, menatap ke luar jendela dengan tatapan kosong.Ia merasa lelah.Bukan hanya fisiknya, tetapi juga hatinya.Ia mengira bahwa dengan datang ke perkemahan, semuanya akan menjadi lebih jelas. Bahwa ia a

  • MENAWAR TAKDIR    bab 54

    Mey Yan tetap diam dalam pelukan Zhao. Hatinya masih dipenuhi perasaan yang bercampur aduk, tetapi setidaknya, kata-kata suaminya tadi memberinya sedikit kelegaan.“Jadi…” Zhao bersuara setelah beberapa saat, tangannya perlahan melepas pelukannya meski masih menggenggam bahu Mey Yan. “Apa kau akan tetap di sini malam ini, atau hanya ingin memastikan aku baik-baik saja lalu pergi?”Mey Yan menatapnya ragu. Keputusan awalnya memang hanya untuk datang, melihat dengan mata kepala sendiri, lalu pulang. Tapi sekarang setelah berada di sini… ia tidak yakin bisa pergi begitu saja.“Aku…”“Jika kau mau tinggal, aku akan meminta seseorang menyiapkan tempat untukmu,” potong Zhao, suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya.Mey Yan menggigit bibirnya. Ada kehangatan dalam nada suara Zhao, sesuatu yang jarang ia tunjukkan dengan jelas.“Baiklah,” jawabnya akhirnya. “Aku akan tinggal malam ini.”Senyum kecil muncul di wajah Zhao sebelum ia mengangguk dan melangkah keluar, memanggil seorang praju

  • MENAWAR TAKDIR    bab 53

    Perjalanan ke PerkemahanMey Yan duduk di dalam tandu, matanya menatap tirai yang sedikit terbuka, memperlihatkan jalan tanah yang semakin jauh dari kediaman keluarganya. Perjalanan ke perkemahan tidak terlalu jauh, tetapi cukup untuk membuat pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan.Ia sudah memutuskan untuk datang, tetapi pertanyaan dalam benaknya belum juga mereda.Bagaimana jika ternyata kekhawatirannya benar? Bagaimana jika Zhao dan Lady Lin memang memiliki sesuatu yang tak bisa dijelaskan dengan sekadar kata-kata?Ia mengepalkan jemarinya di atas pangkuan, berusaha menahan kegelisahan.Di sebelahnya, Xiao Yu sesekali melirik tuannya dengan cemas. “Nyonya, apakah Anda baik-baik saja?”Mey Yan tersenyum kecil. “Aku baik-baik saja.”Xiao Yu menunduk, tetapi tetap terlihat khawatir. “Jika ada sesuatu yang tidak menyenangkan di sana… kita bisa kembali kapan saja.”Mey Yan mengangguk, tetapi hatinya tahu bahwa ia tidak akan kembali tanpa mendapatkan jawaban.---Di Gerbang Perkemahan

  • MENAWAR TAKDIR    bab 52

    Pagi itu, saat mentari baru saja muncul di ufuk timur, Mey Yan sudah bersiap. Ia mengenakan pakaian yang lebih sederhana daripada biasanya, namun tetap menunjukkan statusnya sebagai seorang nyonya. Rambutnya disanggul rapi, hanya dihiasi sebuah jepit giok sederhana.Di halaman depan, sebuah tandu telah disiapkan, didampingi oleh beberapa pengawal keluarga Mey. Ia tidak bisa pergi sendirian, tentu saja, tetapi kali ini ia memilih untuk membawa sedikit orang agar tidak terlalu menarik perhatian.Ibunya berdiri di dekat pintu, menatapnya dengan penuh kasih. “Hati-hati di perjalanan, Mey Yan. Ingatlah, apapun yang kau temukan di sana, jangan biarkan emosi menguasai dirimu.”Mey Yan mengangguk. “Aku mengerti, Ibu.”Dengan langkah mantap, ia naik ke dalam tandu. Perjalanan ke perkemahan memakan waktu beberapa jam, dan sepanjang jalan, pikirannya terus dipenuhi berbagai kemungkinan. Apakah Zhao benar-benar berkata jujur? Ataukah ia hanya mencoba menenangkannya?Saat tandu mulai mendekati per

  • MENAWAR TAKDIR    bab 51

    Sepanjang perjalanan kembali ke kediaman mereka, Mey Yan duduk diam di dalam tandu. Hatinya masih gelisah, bukan hanya karena pertemuan tadi, tapi juga karena tatapan Lady Lin yang seakan menyimpan sesuatu.Di sampingnya, Zhao juga tidak banyak bicara. Tangannya menggenggam tangan Mey Yan, memberikan kehangatan, tetapi pikirannya jelas masih dipenuhi banyak hal."Kamu marah?" suara Zhao akhirnya memecah keheningan.Mey Yan menggeleng pelan. "Bukan marah… hanya merasa lelah. Sepertinya apa pun yang kita lakukan, selalu ada orang yang ingin menjatuhkan kita."Zhao menghela napas, lalu menarik Mey Yan lebih dekat ke dalam dekapannya. "Aku tahu. Tapi aku tidak akan membiarkan siapa pun mengusikmu. Apalagi seseorang seperti Lady Lin."Mey Yan menatapnya. "Tuan yakin tidak ada yang terjadi di antara kalian?"Zhao mengernyit, tampak kesal karena pertanyaan itu muncul lagi. "Mey Yan…""Aku hanya ingin mendengar jawaban langsung darimu."Zhao mengangguk. "Tidak ada apa-apa. Dia memang sering d

  • MENAWAR TAKDIR    bab 50

    Zhao menggenggam tangan Mey Yan lebih erat, seolah ingin meyakinkannya bahwa ia ada di sini, bahwa tak ada yang perlu ia ragukan. Namun, sebelum keduanya bisa tenggelam lebih jauh dalam ketenangan sesaat itu, ketukan pelan di pintu menginterupsi keheningan mereka. Mey Yan menoleh ke arah pintu, sedikit terkejut. Zhao melepaskan genggaman tangannya dengan enggan sebelum akhirnya berdiri. "Masuk," katanya dengan suara dalam. Seorang pelayan masuk dengan kepala tertunduk, membawa sebuah surat di tangannya. "Tuan, ini pesan dari Permaisuri. Beliau ingin bertemu dengan Anda segera." Zhao menerima surat itu dan membuka gulungannya dengan tenang, tetapi matanya dengan cepat menangkap isi pesan yang ditulis dengan tinta merah. Ia mengernyit, lalu menggulung kembali surat itu dengan ekspresi tak terbaca. "Aku harus pergi," katanya pada Mey Yan, suaranya lebih dingin dari sebelumnya. Mey Yan menatapnya, mencoba membaca ekspresi suaminya. "Ada apa?" tanyanya dengan suara khawatir. Zha

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status