Share

JANTUNG YANG BERDESIR

Author: bonanzalalala
last update Last Updated: 2024-02-10 17:14:32

"Kurang ajar kamu!" Sena langsung mengambil gelas cappucino-nya yang baru saja datang dan mengguyurkannya ke muka Jo.

Jo memejamkan mata sesaat. Wajahnya masam mendapat perlakuan seperti itu dari Sena. Namun, dia tak bisa membalas Sena. Dia masih butuh informasi dari Sena seputar Riana.

"Sudah puas kan? Sekarang jawab pertanyaanku Sena. Siapa suami Riana?"

"Fuck off!" Sena berdiri dan meninggalkan Jo.

Arrrgh!" Jo memukul meja penuh rasa frustasi.

Sena langsung berlari ke tempat parkiran. Dia menyetir mobilnya menuju rumah Riana. Perasaannya cukup tak enak juga mendengar berulang kali pertanyaan Jo yang menyinggung pernikahan Riana.

"Si Riana kenapa lagi sih?! Bisa-bisanya ketemu sama Jo! Mana Jo-nya gila kayak gitu! Hah!" omel Sena sambil terus melajukan mobilnya.

Sena mengambil jalan pintas. Jam sore seperti ini biasanya jalanan Bandung sedang macet-macetnya orang pulang kerja. Walau begitu, tetap saja butuh waktu setengah jam lebih bagi Sena agar bisa sampai di rumah Riana di daerah Gegerkalong.

"Kok sepi? Belum pulang apa ya?" Sena memarkirkan mobilnya tepat di bawah pohon mangga depan rumah Riana.

Rumah tua itu sering jadi tempat singgah Sena waktu masih kuliah. Sena suka sekali menghabiskan waktu di sana untuk berguling-guling atau tiduran. Apalagi rumah Riana selalu tetap sejuk walau musim panas. Sangat cocok untuk beristirahat.

Langkah Sena berhenti di depan rumah Riana. Alis Sena naik. Pintu rumah Riana terbuka sedikit. Sena menelan ludah sambil masuk ke dalam rumah. Bulu kuduknya berdiri melihat kondisi rumah Riana yang carut marut. Dengan hati-hati dia menyalakan saklar ruang tamu. Kekacauan dalam kegelapan itu semakin tampak nyata setelah disorot oleh cahaya lampu.

"Ri? Ri? Kamu di rumah kan?" Sena mengendap-endap lebih waspada. Berharap semoga tak ada maling atau begal di rumah Riana.

Langkahnya bergerak hati-hati melihat sekitar. Tak ada siapapun. Bahkan, dirinya tak melihat bayangan Riana walau sekelebatan saja.

Sena terduduk di kursi kamar Riana. Memandangi kamar Riana yang berantakan. Tangannya mengeluarkan hape dari tas dan menekan nomor Riana.

Nada dering berupa lagu Stars milik Adam Levine vocalis Maroon Five itu mengalun dari bawah selimut. Ya, hape Riana tergeletak di sana. Sena mematikan hapenya.

"Ke mana dia?" Sena berdecak sambil menggigit bibir bawahnya.

*************************

"Ma, ini surat dari sekolah," Rafa memberikan surat undangan untuk pertemuan besok.

Bocah itu langsung naik di paha Riana usai melepas tasnya. Wajahnya tampak kelelahan.

"Capek?"

"Iya. Habis olahraga. Tadi disuruh lari-lari. Ini capek Ma," Rafa menunjukkan betis kakinya.

"Sini ... Sini…. Mama pijit," tangan Riana mulai memijat betis Rafa. Wajah Rafa tampak lega menikmati pijatan Riana. Masih memijat Rafa, Riana memicingkan mata saat melihat keluar jendela.

"Lhoh? Joni! Kok nggak ke arah rumah? Mau ke mana?"

"Kata Bos, sekarang waktunya belanja bulanan. Bos udah nunggu di mall."

"Yeeeeiy! Belanja bulanan!" Rafa langsung bangun dari posisi rebahannya. Bocah itu berteriak senang ketika mobil yang mereka tumpangi masuk ke area parkiran PVJ Mall.

"Rafa mau ramen! Marugame!" bocah itu langsung berlari memasuki area mall. Riana ikut mengejar dari belakang. Meninggalkan Joni yang masih di dalam mobil.

"Ramen!" Rafa sudah berbaris di tempat antrian. Riana merasa bingung. Selain tak membawa uang, dirinya juga tak punya hape. Belum lagi David atau Joni tidak ada.

"Rafa, kita tunggu Om Joni dulu ya? Hmm?" bujuk Riana.

"Rafa udah laper, Ma. Antri dulu. Nanti juga nyusul Om Joni," Rafa masih tak mau keluar dari antrian. Sementara itu, barisan antrian muda mudi pecinta ramen populer ini semakin bertambah di belakang Rafa.

Ah! Gimana nih?! Riana menggigit jari. Kepalanya celingukan. Berharap Joni segera muncul. Keringat dingin mulai bermunculan di dahi Riana.

Ah! Itu dia! Mata Riana menangkap bayangan tubuh David sedang berjalan sendirian.

"DAVID! SINI! DI SINI DAVID!" teriak Riana tak tahu malu. Kedua tangannya melambai-lambai agar David menyadari keberadaannya. Tak dipedulikannya tatapan orang yang tertuju padanya. Daripada dirinya malu dianggap tak bisa bayar makanan. Lebih baik dia malu karena sok akrab memanggil orang.

David yang mendengar panggilan Riana segera berlari mendekat. Laki-laki itu tampak lebih kasual dengan celana jeans dan kaos putih yang dibalut kemeja flanel.

"Ayo, Om, antri! Rafa udah laper nih!" cicit Rafa pada David.

"Iya. Iya," David hendak berjalan kembali ke antrian terakhir. Namun, tangan Riana mencegahnya.

"Di sini aja. Kamu antri gantiin aku," ujar Riana.

"Kamu nggak mau makan juga?"

"Mau sih," Riana terdiam lalu memberanikan diri berbisik di telinga David. “Tapi aku kan miskin. Nggak ada uang. Belum dapat gaji dari kamu. Gimana belinya?"

Hampir saja tawa David lepas mendengar bisikan polos Riana. David mengulum bibirnya. Berusaha mengendalikan diri agar tak tertawa.

"Kamu mau makan apa?" tanya David.

"Apa saja. Asal enak dan murah,” jawab Riana senang.

"Kamu duduk aja sana. Aku di sini sama Rafa."

"Di dalam atau di luar?" tanya Riana.

"Luar saja. Di sana," David menunjuk spot kosong yang ada di luar dekat jendela. “Bawa Rafa juga."

Riana mengangguk lalu menggiring Rafa duduk. Rafa pun menurut saja. Kini hanya David yang ada di tempat antrian.

Sambil menunggu, Riana hanya melihat-lihat orang lalu lalang di mall. Biasanya dia sering nonton film sendirian di sini. Terkadang juga bermain berdua dengan Sena, sahabatnya sejak kuliah.

"Haaah, gimana kabar Sena ya sekarang? Moga aja dia nggak iseng ke rumahku," gumam Riana setengah berharap.

Tak berapa lama David sudah datang dengan nampan berisi tiga buah ramen dan piring tiga piring kecil penuh dengan kudapan tambahan seperti telor omega goreng, udang, dan aneka tempura.

"Minumnya kalau mau tambah tinggal refill saja," beritahu David sambil membagikan mangkok ramen.

Asap dan aroma ramen mengepul begitu kencang. Membuat perut Riana sangat keroncongan. Tak Riana sangka akan bisa menikmati ramen enak ini di saat dirinya sedang banyak hutang.

Dengan lahap Riana menikmati ramen itu. Diam-diam ekor mata David memperhatikan gerak gerik Riana. Senyuman tersungging di ujung bibirnya melihat kelahapan Riana.

"Hmm? Kenapa?" Riana tersadar kalau David memperhatikannya.

"Hum?" Kedua bola mata David membesar. Kaget juga karena tertangkap basah oleh Riana.

"Umm, kamu nggak suka lihat orang makan kayak aku ya?" Riana mengelap mulutnya dengan situ. Ya, sebagian besar laki-laki kadang ilfeel jika melihat perempuan makan dengan rakus seperti yang dilakukan Riana saat ini.

"Nggak. Aku hanya mau menawarimu. Kalau mau tambah," jawab David.

Riana terdiam. Haruskah aku menerima tawaran itu? Sebenarnya dia masih bisa makan satu atau dua porsi ramen lagi.

"Boleh?"

"Kalau kamu mau. Pakai ini saja," David memberikan tiga lembar uang seratus ribuan ke Riana. "Pesan sesukamu. Sekalian pesankan Rafa juga."

Riana melongo sesaat. Buru-buru dia mengatupkan mulutnya sambil mengambil uang itu. David ini sangat loyal ya?

"Rafa, mau tambah lagi?” tanya Riana.

"Mau! Mau!" teriak Rafa penuh semangat.

"Mama antri ya? Kamu mau pesan apa?"

"Sama kayak Mama," sahut bocah itu dengan mulut masih penuh ebi tempura.

Riana bangkit dari duduknya. Mulai berjalan menuju antrian lagi.

"Bentar," David memegang tangan kiri Riana.

"Iya," Riana menoleh. Di saat itulah tangan David mengusap bagian bawah bibir Riana dengan tisu. Sesaat jantung Riana berdesir dan desiran itu menguat saat pandangannya bertatapan dengan mata David.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   NGGAK MASALAH PUNYA ADIK

    "Pagi, Rafa!" Riana menyapa dengan hangat. Jalan pagi berdua dengan David membuat mood Riana naik drastis.Rafa yang baru keluar kamar tertegun menatap mamanya yang tampak bersemangat. Sudah hampir sebulanan mamanya tampak lesu seperti orang tak ingin hidup. Kata Mbok Shinta, itu karena adiknya tak jadi lahir. Calon adiknya di perut mamanya menghilang dan gara-gara itu mamanya jadi sedih.Mendengar kabar itu, Rafa juga sedih. Tapi, mamanya sudah sangat sedih. Jadi, dia memutuskan untuk tidak tampak bersedih dan melakukan kegiatan sehari-hari dengan lebih mandiri. Intinya, Rafa bertekad lebih mandiri dan tidak bergantung pada mamanya agar tidak menambah duka dan beban pikiran mamanya."Udah mandi? Mau Mama mandiin?" tanya Riana dengan senyum cerah."Mama lagi seneng ya?" tanya balik Rafa. Hatinya ingin memastikan mamanya memang baik-baik saja.Riana tersipu malu sambil memegangi pipinya," Hehehe, senenglah. Kan lihat Rafa pagi ini."Rafa semakin melongo dengan tingkah aneh mamanya itu.

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   THANK YOU FOR LOVING ME (RIANA POV)

    Dulu, saat bangun dari tidur, aku selalu takut melihat ke sisiku karena ada dirimu di sana. Aku sangat takut. Tiap kali berdua denganmu, jantungku seperti berhenti berdetak. Pikiranku selalu berdoa agar suatu saat bisa terlepas darimu.Nyatanya, setelah waktu berlalu. Aku malah berharap selalu bisa berada di sisimu. Hatiku selalu merasa lebih tenang, jika kamu bersamaku.Seperti saat ini. Waktu pagi datang. Kedua kelopak mataku terbuka. Aku langsung menoleh ke samping, mencarimu. Senyumku otomatis berkembang saat indera penglihatanku menangkap bayang dirimu ada di sisiku.Sudah banyak hal yang kami lalui bersama. Suka duka menjalani kehidupan sehari-hari yang terasa seperti naik roller coaster. Aneh. Sejujurnya aku takut naik roller coaster dan tentunya kehidupan seperti roller coaster saat bersama denganmu juga membuat jantungku tak bisa berdetak tenang barang sesaat. Namun, semuanya tak terasa menakutkan saat bersamamu.Memang ada kalanya kesedihan yang teramat menyakitkan membuatku

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   KENAKALAN DI BIOSKOP

    Ekor mata Riana melirik-lirik gugup ke arah David. Dia tak berani langsung menoleh. Apalagi sekarang adegan panas di layar sedang berjalan.Masih terus melirik-lirik, Riana pura-pura mengambil popcorn yang ada di antara dirinya dan David. Tentu dengan pikiran agar terlihat natural. Namun, jari-jarinya tak bisa menemukan tempat popcorn yang diinginkannya."Kok? Harusnya kan di sini?" gumam Riana. Niatnya pun berubah. Jari-jarinya bergerak menelusuri sekitaran tubuh David. Bodohnya, dia melakukannya sambil tetap melirik. Tidak langsung menoleh."Eh? Kok? Menonjol?" Riana terkaget lalu akhirnya menoleh. Tampak David sudah berdeham-deham saja menatap ke arahnya.Kedua mata Riana membelalak lebar. Gara-gara asal meraba saat mencari popcorn, jarinya malah memegang junior David. Bukan popcorn yang dia cari!"Maaf, David!" buru-buru Riana menarik kembali tangannya. Mukanya sangat panas. Bahkan, suhu dingin AC di bioskop tak bisa meredam hawa panas yang menjalari wajahnya. Yang bisa Riana laku

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   KAMU PIKIR AKU GENTONG?

    Sepulang dari menjenguk Risa, David mengajak Riana makan. Dia membelokkan mobilnya ke arah Cihampelas Mall."Kok ke mall?" Riana menatap David bingung."Ke Mujigae. Kamu suka korea-koreaan kan?""Hmm, iya sih. Tapi, kamu doyan?""Kalau sama kamu mah, apa saja bisa jadi enak. Yang penting kamu makannya banyak. Oke?" David membuka pintu mobil lalu keluar. Setelah itu, dia berlari ke tempat Riana berada untuk membukakan pintu mobil buat Riana."Makasih," Riana memegangi erat jemari David sambil melangkah keluar mobil.David terus menggandeng tangan Riana sampai tiba di tempat makan. Dia memesan hampir semua aneka makanan di buku menu yang disediakan oleh pramusaji."David! Siapa yang mau makan itu semua?" Riana melongok pada tab menu pemesanan yang diklik oleh David. Matanya membelalak melihat banyaknya makanan yang David pilih."Kamu. Tugasmu sekarang makan banyak," David menekan tombol order untuk mengakhiri pesanan.Riana terpaksa mengikuti ucapan David. Toh, orderan sudah terlanjur d

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   BERUSAHA UNTUK MENDEWASA

    Entah ini sudah hari ke berapa aku berada di rumah sakit. Aku tak tahu. Atau mungkin tepatnya tak ingin tahu.Luka di tubuhku sudah mendingan. Seharusnya aku sudah bisa pulang ke apartemenku. Tapi, aku tak mau pulang. Tempat itu hanya akan mengingatkan pada kenangan-kenangan manis yang ternyata hanyalah tipuan. Memikirkannya saja membuat air mataku meleleh.Padahal, aku sudah sangat percaya. Kukira memang sudah benar-benar mau menerimaku. Nyatanya, dia hanya menipu dan merampas semua kenangan indah yang dia berikan padaku secara sepihak. Bahkan, janin dalam kandunganku ikut dia rampas. Betapa dia sangat tidak memiliki hati. Anak di kandunganku kan anaknya juga. Tapi kenapa dia tega melakukan itu? Membuat janin yang belum genap tiga bulan itu sirna dari dunia. Sungguh sangat jahat dirimu, Jo. Harusnya aku menyadari ini semua dari awal. Tapi, semua sudah terlambat. Dari awal, batin dan pikiranku sudah tertutupi oleh cinta butaku padamu, Jo. Jika saja… jika saja aku masih bisa berpikir j

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   ANAK KITA MASIH ADA DI HATI KITA

    Sudah seminggu lebih waktu berlalu sejak kejadian itu. Kejadian yang sangat memilukan. Bagiku dan Riana.Hari-hari kami di rumah jadi sepi. Riana lebih suka mengurung diri di kamar. Jarang makan. Wajahnya jadi lebih pucat dan tirus.Aku tahu. Ini pasti sangat berat untuknya. Ibunya sudah menginap di rumahku. Bahkan, Sena. Kubiarkan mereka menemani Riana. Karena kupikir, lingkungan yang lebih ramai, bisa membuat dirinya lebih ceria.Memang saat bersama orang lain, dia sudah bisa menanggapi dengan baik. Walau hanya beberapa patah kata dan senyum simpul. Menurut laporan psikolog yang tiap harinya kutugaskan untuk membantu terapi Riana, kondisi Riana memang masih membutuhkan proses. Dikarenakan Riana tipe perasa. Butuh waktu lebih lama menuntaskan rasa duka."Kira-kira ada alternatif lain tidak untuk membantunya?" tanyaku pada sang psikolog. Sejujurnya aku juga tak sanggup jika tiap malam mendengar Riana menangis sendirian. Hatiku selalu ikut teriris mendengarnya. Aku pun sudah tak bisa b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status