Home / Romansa / MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA / SEMAKIN MANIS, SEMAKIN MENDEBARKAN

Share

SEMAKIN MANIS, SEMAKIN MENDEBARKAN

Author: bonanzalalala
last update Last Updated: 2024-02-11 17:04:05

Riana bisa merasakan hatinya berdesir tak karuan saat pandangannya bertemu dengan mata David. Sepasang bola mata gelap itu sesaat membuat Riana terhanyut. Segera Riana mengedipkan matanya.

"Hmm, makasih," Riana ikut mengusap bawah bibirnya dengan telapak tangan agar tak kelihatan grogi. Buru-buru dia kabur dari pandangan David menuju antrian.

Gila! batin Riana. Rasanya kedua pipinya memanas untuk beberapa saat. Tenang Riana. Kamu cuma kaget aja.

"Teh, maju, Teh," pembeli lain yang ada di belakang Riana membuyarkan usaha Riana menenangkan diri.

"Oh, iya. Maaf," Riana buru-buru bergerak maju. Detak jantungnya yang tak beraturan membuatnya susah berkonsentrasi.

Untungnya, Riana tak melakukan kesalahan fatal seperti menumpahkan mangkok ramen atau menabrak pembeli lain. Riana bersyukur dirinya masih aman sampai kembali ke tempat duduk dengan ramen pesanannya.

Saat akan mengambilkan mangkok ramen untuk Rafa, tangannya bersentuhan David yang ternyata berniatan sama dengannya. Sentuhan berbeda. Tapi memunculkan desiran yang sama di jantung hati Riana.

"Oh, maaf," buru-buru Riana menarik tangannya. Membiarkan David yang mengambilkan mangkok ramen itu untuk Rafa.

"Ini untukmu," David juga mengambilkan mangkok ramen dari nampan ke meja Riana.

Laki-laki itu dengan sigap mengambil tiga gelas minum di atas meja yang sudah kosong.

"Om, Rafa mau yang manis. Sama air putih,” tutur Rafa.

"Kamu mau apa?" David menatap Riana.

"Oh, hmm, sama dengan Rafa," jawab Riana kikuk.

David langsung beranjak mengambilkan minuman untuk mereka. Riana langsung menghembuskan napas panjang saat David sudah tak ada di hadapannya.

"Mama kenapa? Nggak suka mi-nya?" Rafa menatap heran Riana.

"Oh, nggak kok. Mama suka banget. Nih lihat. Mama makan banyak," Riana langsung menyumpit mi yang masih mengepulkan asap di mangkoknya. Ya, lebih baik sekarang fokus makan aja. Perut kenyang bisa bikin hati tenang, pikir Riana.

Akhirnya makan siang mereka selesai juga. David menggendong Rafa sambil berjalan mengelilingi mall. Riana mengikuti dari belakang. Ya, sebagai pembantu, Riana cukup tahu diri tidak berjalan di samping bosnya. Walaupun dari segi usia mungkin Riana sebelas dua belas dengan David.

"Ma! Jangan kejauhan! Sini di samping, Om!" pinta Rafa dari gendongan David. Belum sempat Riana membalas permintaan Rafa, David sudah mendekatinya lalu menggandeng tangannya.

"Eh?"

'DIAM'. Itulah gerakan mulut tanpa suara yang bisa ditangkap Riana dari bibir David. Riana pun menunduk. Mau tak mau menuruti saja ucapan David. Membiarkan laki-laki itu menggandengnya sesuka hati.

"Om, nonton film dulu yok? Rafa pengen nonton Frozen. Temen-temen ngomongin itu terus. Katanya bagus. Mau lihat Elsa!" pinta Rafa.

Ah, iya sih. Bocah kecil pasti suka film macam itu. Apalagi memang lagi hype filmnya.

"Kita bisa nonton di CGV," celetuk Riana otomatis.

"Oke," David pun mengiyakan tanpa berpikir panjang.

Jadilah mereka bertiga sudah nangkring dengan nyamannya menonton film Frozen 2 di CGV. Sangat beruntung menonton film di hari kerja seperti ini. Selain biayanya tak setinggi saat weekend. Tentu jumlah penontonnya sedikit.

Rafa memilih tempat duduk di antara David dan Riana. Ditemani popcorn manis ukuran jumbo dan soda, mereka bertiga menikmati kisah petualangan Elsa dan adiknya mencari misteri suara-suara misterius yang menghantui Elsa di sebuah hutan rahasia yang penuh keajaiban.

Tak hanya Rafa yang menikmati film itu. Riana juga terhanyut. Apalagi visual dan musikalisasi film Frozen 2 ini jauh lebih bagus dan memanjakan dibanding film Frozen yang pertama. Belum lagi tingkah jenaka Olaf yang selalu berhasil membuat Riana tertawa keras. Mengalihkan sejenak beban pikiran Riana atas hutang besar yang harus dilunasinya.

David hanya diam. Masih memperhatikan Riana. Hatinya cukup lega, perempuan yang sudah lama dicarinya itu mulai menikmati kehidupan bersama dirinya.

Ini bukan pertama kalinya bagi David bertemu dengan Riana. Jauh lama sebelumnya, dia sudah pernah bertemu dengan Riana. Tentu dengan sebuah kenangan yang membekas di hati David. Sayangnya, Riana sepertinya sudah melupakan hal itu.

******************

Sepulang liputan profil seorang desainer busana muda ternama di daerah Tamansari, Sena langsung mengebut menuju tempat kerja Riana. Dia berniat menemui sahabatnya itu. Mengecek apa sahabatnya memang masih melakukan aktivitas seperti biasa atau tidak.

Ya, memang kemarin Sena berpikir untuk melaporkan hilangnya Riana ke kepolisian. Namun, saat mengunjungi ibu Riana di rumah sakit, dia tahu Riana baik-baik saja. Ya, ibu Riana tampak santai menceritakan Riana dan seorang bocah kecil bernama Rafa yang kata ibu Riana adalah anak bos Riana.

"Ini bocah emang lagi aneh sih. Tapi telusuri dulu aja deh sampai ketemu," putus Sena.

Sayangnya, lagi-lagi usaha Sena gagal. Kepala HRD dan produser tim Riana mengatakan sudah lama Riana tidak masuk kerja. Mereka mengatakan mungkin Riana sudah resign dan menyayangkan cara Riana resign yang tanpa kabar seperti itu.

"Aaargh! Ini bocah kemana sih?" Sena jadi memukul-mukul setir mobilnya yang tak bersalah apa-apa.

"Apa aku harus tungguin dia di rumah sakit ya?" Sena terdiam sejenak. “Tapi ada kemungkinan ketemu Jo lagi. Soalnya suster yang ngerawat ibu Riana bilang kalau Jo itu dokter baru yang bertugas nanganin ibu Riana."

"Whatever-lah! Yang penting ketemu si bocah aneh itu dulu! Interogasinya bisa nanti-nanti!" Sena langsung menyalakan mesin mobilnya. Bergegas ke rumah sakit.

*******************

"Loh? Popcornku kok nggak ada?" gumam Riana. Sejenak saat menoleh, ternyata Rafa sudah mengambil jatah popcornnya dan memeluk erat di dada.

Duh, emang ya bocah. Kalau jatahnya habis, langsung ambil punya orang. Riana geleng-geleng sendiri melihat tiga buah tempat popcorn ada di tangan Rafa semua. Tiga buah. Punyanya, punya David, dan tentu punya Rafa.

Perlahan Riana mulai mengambil popcorn jatahnya. Di saat yang sama, David melakukan hal yang serupa. Jemari mereka berdua pun saling berdesakan  di wadah yang sama.

Duh! Kok kayak gini lagi sih? batin Riana.

"Kamu ambil duluan aja," David langsung menarik jarinya keluar dari tempat popcorn. Mempersilakan Riana mengambil popcorn sepuasnya. Baru setelah itu, David yang mengambil popcorn.

Jantung Riana yang dari tadi sudah tenang, kembali berdetak kencang. Sambil mengunyah popcorn, sesekali Riana melirik ke samping. David tampak tenang menikmati film Frozen 2 seperti Rafa.

Duh, kenapa sih jantungku jadi nggak jelas gini? Masa' iya, penyakit jantung ibu mulai nurun ke aku? batin Riana gelisah. Tangan kirinya masih memegangi dadanya. Berharap detak jantung kembali normal lagi.

Akhirnya, film Frozen 2 yang mereka tonton selesai juga. Walau sempat terbagi fokus di pertengahan film, Riana puas bisa menamatkan film itu. Sebagai pecinta film, Riana sangat menikmati ending Frozen 2 yang selalu hangat.

"Rafa mau punya adik juga," celetuk Rafa girang sambil menggandeng Riana.

"Ma, nanti kalau Papa pulang, bilang ya? Kalau Rafa mau adik. Kayak Anna di Frozen 2. Biar bisa Rafa ajak berpetualang. Ya?"

Riana mematung. Tak menyangka Rafa akan mengajukan permintaan semacam itu pada dirinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   NGGAK MASALAH PUNYA ADIK

    "Pagi, Rafa!" Riana menyapa dengan hangat. Jalan pagi berdua dengan David membuat mood Riana naik drastis.Rafa yang baru keluar kamar tertegun menatap mamanya yang tampak bersemangat. Sudah hampir sebulanan mamanya tampak lesu seperti orang tak ingin hidup. Kata Mbok Shinta, itu karena adiknya tak jadi lahir. Calon adiknya di perut mamanya menghilang dan gara-gara itu mamanya jadi sedih.Mendengar kabar itu, Rafa juga sedih. Tapi, mamanya sudah sangat sedih. Jadi, dia memutuskan untuk tidak tampak bersedih dan melakukan kegiatan sehari-hari dengan lebih mandiri. Intinya, Rafa bertekad lebih mandiri dan tidak bergantung pada mamanya agar tidak menambah duka dan beban pikiran mamanya."Udah mandi? Mau Mama mandiin?" tanya Riana dengan senyum cerah."Mama lagi seneng ya?" tanya balik Rafa. Hatinya ingin memastikan mamanya memang baik-baik saja.Riana tersipu malu sambil memegangi pipinya," Hehehe, senenglah. Kan lihat Rafa pagi ini."Rafa semakin melongo dengan tingkah aneh mamanya itu.

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   THANK YOU FOR LOVING ME (RIANA POV)

    Dulu, saat bangun dari tidur, aku selalu takut melihat ke sisiku karena ada dirimu di sana. Aku sangat takut. Tiap kali berdua denganmu, jantungku seperti berhenti berdetak. Pikiranku selalu berdoa agar suatu saat bisa terlepas darimu.Nyatanya, setelah waktu berlalu. Aku malah berharap selalu bisa berada di sisimu. Hatiku selalu merasa lebih tenang, jika kamu bersamaku.Seperti saat ini. Waktu pagi datang. Kedua kelopak mataku terbuka. Aku langsung menoleh ke samping, mencarimu. Senyumku otomatis berkembang saat indera penglihatanku menangkap bayang dirimu ada di sisiku.Sudah banyak hal yang kami lalui bersama. Suka duka menjalani kehidupan sehari-hari yang terasa seperti naik roller coaster. Aneh. Sejujurnya aku takut naik roller coaster dan tentunya kehidupan seperti roller coaster saat bersama denganmu juga membuat jantungku tak bisa berdetak tenang barang sesaat. Namun, semuanya tak terasa menakutkan saat bersamamu.Memang ada kalanya kesedihan yang teramat menyakitkan membuatku

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   KENAKALAN DI BIOSKOP

    Ekor mata Riana melirik-lirik gugup ke arah David. Dia tak berani langsung menoleh. Apalagi sekarang adegan panas di layar sedang berjalan.Masih terus melirik-lirik, Riana pura-pura mengambil popcorn yang ada di antara dirinya dan David. Tentu dengan pikiran agar terlihat natural. Namun, jari-jarinya tak bisa menemukan tempat popcorn yang diinginkannya."Kok? Harusnya kan di sini?" gumam Riana. Niatnya pun berubah. Jari-jarinya bergerak menelusuri sekitaran tubuh David. Bodohnya, dia melakukannya sambil tetap melirik. Tidak langsung menoleh."Eh? Kok? Menonjol?" Riana terkaget lalu akhirnya menoleh. Tampak David sudah berdeham-deham saja menatap ke arahnya.Kedua mata Riana membelalak lebar. Gara-gara asal meraba saat mencari popcorn, jarinya malah memegang junior David. Bukan popcorn yang dia cari!"Maaf, David!" buru-buru Riana menarik kembali tangannya. Mukanya sangat panas. Bahkan, suhu dingin AC di bioskop tak bisa meredam hawa panas yang menjalari wajahnya. Yang bisa Riana laku

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   KAMU PIKIR AKU GENTONG?

    Sepulang dari menjenguk Risa, David mengajak Riana makan. Dia membelokkan mobilnya ke arah Cihampelas Mall."Kok ke mall?" Riana menatap David bingung."Ke Mujigae. Kamu suka korea-koreaan kan?""Hmm, iya sih. Tapi, kamu doyan?""Kalau sama kamu mah, apa saja bisa jadi enak. Yang penting kamu makannya banyak. Oke?" David membuka pintu mobil lalu keluar. Setelah itu, dia berlari ke tempat Riana berada untuk membukakan pintu mobil buat Riana."Makasih," Riana memegangi erat jemari David sambil melangkah keluar mobil.David terus menggandeng tangan Riana sampai tiba di tempat makan. Dia memesan hampir semua aneka makanan di buku menu yang disediakan oleh pramusaji."David! Siapa yang mau makan itu semua?" Riana melongok pada tab menu pemesanan yang diklik oleh David. Matanya membelalak melihat banyaknya makanan yang David pilih."Kamu. Tugasmu sekarang makan banyak," David menekan tombol order untuk mengakhiri pesanan.Riana terpaksa mengikuti ucapan David. Toh, orderan sudah terlanjur d

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   BERUSAHA UNTUK MENDEWASA

    Entah ini sudah hari ke berapa aku berada di rumah sakit. Aku tak tahu. Atau mungkin tepatnya tak ingin tahu.Luka di tubuhku sudah mendingan. Seharusnya aku sudah bisa pulang ke apartemenku. Tapi, aku tak mau pulang. Tempat itu hanya akan mengingatkan pada kenangan-kenangan manis yang ternyata hanyalah tipuan. Memikirkannya saja membuat air mataku meleleh.Padahal, aku sudah sangat percaya. Kukira memang sudah benar-benar mau menerimaku. Nyatanya, dia hanya menipu dan merampas semua kenangan indah yang dia berikan padaku secara sepihak. Bahkan, janin dalam kandunganku ikut dia rampas. Betapa dia sangat tidak memiliki hati. Anak di kandunganku kan anaknya juga. Tapi kenapa dia tega melakukan itu? Membuat janin yang belum genap tiga bulan itu sirna dari dunia. Sungguh sangat jahat dirimu, Jo. Harusnya aku menyadari ini semua dari awal. Tapi, semua sudah terlambat. Dari awal, batin dan pikiranku sudah tertutupi oleh cinta butaku padamu, Jo. Jika saja… jika saja aku masih bisa berpikir j

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   ANAK KITA MASIH ADA DI HATI KITA

    Sudah seminggu lebih waktu berlalu sejak kejadian itu. Kejadian yang sangat memilukan. Bagiku dan Riana.Hari-hari kami di rumah jadi sepi. Riana lebih suka mengurung diri di kamar. Jarang makan. Wajahnya jadi lebih pucat dan tirus.Aku tahu. Ini pasti sangat berat untuknya. Ibunya sudah menginap di rumahku. Bahkan, Sena. Kubiarkan mereka menemani Riana. Karena kupikir, lingkungan yang lebih ramai, bisa membuat dirinya lebih ceria.Memang saat bersama orang lain, dia sudah bisa menanggapi dengan baik. Walau hanya beberapa patah kata dan senyum simpul. Menurut laporan psikolog yang tiap harinya kutugaskan untuk membantu terapi Riana, kondisi Riana memang masih membutuhkan proses. Dikarenakan Riana tipe perasa. Butuh waktu lebih lama menuntaskan rasa duka."Kira-kira ada alternatif lain tidak untuk membantunya?" tanyaku pada sang psikolog. Sejujurnya aku juga tak sanggup jika tiap malam mendengar Riana menangis sendirian. Hatiku selalu ikut teriris mendengarnya. Aku pun sudah tak bisa b

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   HILANGNYA SANG BUAH HATI

    "David...." panggil Riana lemah."Iya, Sayang," David mencoba mencari wajah istrinya yang masih tersembunyi dalam dadanya. Tangannya bergerak mengusap-usap rambut dan pelipis istrinya."Rumah sakit…. Aku mau ke rumah sakit," rengek Riana. Tangannya meremas kaos polo David yang berwarna hitam pekat."Iya. Ayo," David langsung menggendong Riana keluar kamar. Riana menelusupkan kepalanya dalam dekapan dada David. Memang hatinya masih tak tenang karena obat yang baru ditelannya. Tapi, sudah ada David di sisinya. Bukankah semuanya akan berjalan baik-baik saja kan?"Bos, yang di luar sudah beres," Jono tampak tergopoh-gopoh menghampiri David."Jo di dalam. Jalankan sesuai perintahku tadi," pesan David."Iya, Bos," Jono menyanggupi perintah bosnya.David melangkah menuruni tangga. Dia berjalan membawa Riana masuk dalam mobil Jeep."Pak, ke rumah sakit terdekat," ujarnya pada sopir sewaan yang dari tadi menunggu."Siap, Bos," jawab sang sopir.Sepanjang perjalanan, David terus memangku Riana.

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   KAMU SUDAH SELAMAT SEKARANG

    David terbangun dari kantuknya. Perjalanan panjang menuju lokasi Riana disekap membuatnya semakin lelah. Tanpa dia sadari, dirinya sudah terlelap begitu saja tadi."Jam berapa sekarang?" tanya David pada Joni yang ada di sisinya."Jam sembilan, Bos. Sekitar dua puluh menit lagi sampai," jelas Joni.Butuh waktu sehari penuh bagi David untuk mendapatkan lokasi Riana berada. David harus mencari info dari geng preman maupun kepolisian sekitar. Sangat beruntung, David belum pernah memiliki masalah dengan pihak kepolisian. Makanya, urusannya bisa berjalan lebih lancar dan bisa menemukan posisi Riana meski hanya berbekal plat nomor mobil saja.Jalan yang mereka lalui semakin lama kasar. Berulang kali ban mobil Jeep yang David kendarai seolah-olah meloncat melayang terbang saking terlalu sering bersentuhan dengan jalan bebatuan tak rata.David menatap ke belakang. Anak buahnya mengikuti dengan mobil di belakang. Dia kembali menoleh ke depan. Berulang kali dia menghembuskan napas penuh kegelis

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   BE A GOOD GIRL

    Aku pikir aku mati. Ya. Saat ini kematian benar-benar dekat denganku. Malaikat pencabut nyawa ada di sisi. Walaupun aku sudah meraung-raung memohon, tak ada kepeduliannya yang tersisa untukku. Sebaliknya, mulutku malah dibungkam dengan lakban hitam.Hanya tangisku yang bisa kuandalkan. Entah sudah berapa liter air mata kucucurkan. Mataku pun sudah lelah. Tapi, hanya ini protes yang bisa kulakukan. Tak ada yang lain.Aku tak berdaya. Tak bisa melakukan apapun. Jo mengikatku begitu kencang. Tak mau menerima sedikit pun penjelasan dariku. Malah, dia meminumkan obat aneh padaku.Aku tak tahu obat apa itu. Tapi, dia memaksaku meminumnya. Jemarinya menjejalkan buliran pil berwarna putih itu ke dalam mulut dengan kasar. Aku berusaha untuk melawan, memuntahkannya. Tapi, jari-jarinya mendorong masuk pil itu ke pangkal tenggorokanku dan mengguyurnya dengan air mineral sebanyak mungkin. Aku pun tersedak bersamaan dengan pil dan air mineral yang menelusup masuk dalam tenggorokanku."Bagus!" itula

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status