Share

6. BELAJAR BELA DIRI

last update Last Updated: 2023-10-13 10:32:02

Masih di hari itu. Setelah menempuh perjalanan hampir dua jam, akhirnya Arsenio sampai di kawasan Distric Cucumber. Sejauh mata memandang, kawasan ini sangat ramai. Banyak pertokoan dan pelayanan publik. Ada alun-alun juga.

Arsenio cukup takjub. Namun, tujuannya datang ke Distric Cucumber bukanlah untuk jalan-jalan, melainkan mencari Organisasi Hitam.

"Apa kau tahu, di mana markas besar Organisasi Hitam?" tanya Arsenio, pada Bastian yang fokus menyetir.

Bastian melihat ke arah belakang dari kaca spion kecil yang tepat berada di atas kepalanya. "Sesungguhnya, saya tidak tahu pasti markas besar mereka karena tidak banyak orang yang mengetahui lokasi pastinya, tetapi saya bisa mencaritahu informasi detailnya untuk, Tuan Muda."

Arsenio pun bergumam kecil, melipat kedua tangannya di dada, kemudian mengalihkan pandangannya ke luar jendela mobil.

"Kalau begitu, cari tahu informasi tentang markas besar mereka. Aku ingin informasi selengkap mungkin tentang Organisasi Hitam karena diriku akan membuat perhitungan dengan seseorang yang bernama Felix ....," gumam Arsenio serius.

"Baik, Tuanku. Secepatnya saya akan melaporkan seluruh informasi tentang Organisasi Hitam, yang Tuanku inginkan."

Arsenio tidak memalingkan sedikit pun matanya dari jalan raya Distric Cucumber. Sesungguhnya, ia bukan terpesona akan Distric Cucumber yang dipenuhi gedung-gedung bertingkat itu, tetapi pikirannya sedang melalang buana sekarang.

Ya, apa lagi jika bukan notifikasi itu. Sungguh, peringatan terakhir kali, sangat mengganggu pikiran Arsenio.

'Apakah aku akan benar-benar mencapai tujuanku, jika berhasil menyelesaikan setiap misi?' Pertanyaan ini pun terus membayang di benaknya.

Arsenio pun mengelus dagunya, memikirkan ulang rentetan peristiwa yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.

"Tuan Muda," panggil Bastian, pelan. Agak cemas, lantaran Arsenio tidak merespon kembali ucapannya tadi. Terlebih lagi, Bastian bisa melihat, bahwa Arsenio sedang melamun. Entah apa yang sedang dipikirkan Arsenio sekarang? Bastian pun sedikit bertanya-tanya.

"Tuanku ... Adakah tempat yang Tuanku ingin datangi? Saya bisa mengantar Anda ke sana." tanya Bastian kembali. Kali ini, berhasil menyadarkan Arsenio dari lamunannya.

"Tidak ... Kita kembali saja ke kantor. Urusanku sudah selesai di sini. Setelah mendapatkan seluruh informasi tentang Organisasi Hitam, barulah aku menyusun rencana dan kembali ke tempat ini," ungkap Arsenio serius, terlihat jelas dari sorot matanya yang tajam laksana singa yang hendak menerkam mangsa.

"Baik, Tuan Muda."

Bastian pun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Menerobos keramaian Distric Cucumber di siang hari ini.

***

Di lokasi terpisah. Elisha pun mengurung dirinya di kamar. Setelah kejadian di restoran tempo hari, Elisha tidak lagi keluar rumah, meskipun Felix mengajaknya untuk jalan-jalan dan berbelanja. Semua itu seakan tidak bergairah lagi.

Elisha pun tidak bisa melupakan perlakuan Arsenio, yang mempermalukan dirinya di hadapan banyak orang.

Suara tawa dari pengunjung restoran saat itu, masih bergema di gendang telinga Elisha. Sampai-sampai Elisha sangat takut untuk keluar rumah. Sebegitu memalukannya saat itu.

Seseorang pun mengetuk pintu kamar Elisha.

"Nona!" Ia memanggil dari luar kamar. Namun, tidak digubris oleh Elisha yang duduk melamun di tepi ranjangnya, dengan posisi memeluk kedua kaki. Tatapan Elisha bahkan kosong pada objek di depannya.

"Nona! Tuan Muda Felix datang, ingin bertemu dengan, Nona!"

Lagi-lagi panggilan itu, tidak mendapatkan respon dari Elisha. Hingga akhirnya, Felix masuk dengan sendirinya tanpa menunggu persetujuan Elisha.

"Sayang ... Aku datang. Lihat, apa yang aku bawa?"

Felix masuk dengan senyuman sumringah dan antusias penuh semangat. Elisha pun melirik sejenak, sebelum ia mengalihkan pandangannya kembali, seolah kedatangan Felix tidak begitu berarti.

Senyuman yang semula merekah indah, perlahan-lahan mulai menghilang. Felix membuang box coklat dan buket bunga mawar yang dibawanya itu.

"Elisha!"

Felix kesal. Tersulut emosi lantaran, Elisha terus-terusan mengabaikannya, tanpa ia ketahui penyebabnya. Padahal, kedatangannya semata-mata ingin menghibur kekasihnya itu.

Felix menggenggam erat pergelangan tangan Elisha. Menjatuhkan tatapan tajam, yang membuat Elisha merasa tidak nyaman dan kesakitan.

"Felix. Lepaskan tanganku! Kamu menyakitiku, Felix!"

Gertakan dan perlawanan yang Elisha coba lakukan, sama sekali tidak menggoyahkan Felix. Tatapannya tetap tajam, bahkan lebih ganas dari sebelumnya.

"Aku tidak akan melepaskanmu, Elisha. Tatap mataku, Elisha!" bentaknya yang langsung dituruti oleh wanita cantik itu. Namun, selang beberapa detik, Elisha kembali memalingkan wajahnya. Seolah perkataan itu, hanyalah gertakan semata.

"Aku bilang, tatap mataku!"

Kali ini Felix mencengkeram erat pipi Elisha dengan sebelah tangan, yang sontak membuat Elisha membulatkan matanya.

"Aku sudah memerintahkan orang untuk membunuh Arsenio. Dengan begitu, dendammu akan terbalaskan ..."

Mendengar ucapan itu, Elisha pun menarik tangan Felix secara kasar. "Kapan, Sayang?" tanyanya geram. "Kapan orang-orangmu itu membunuh Arsenio?"

Elisha yang beberapa hari ini diam, kini telah bersuara. "Aku merasa malu, Sayang. Kejadian di restoran, tidak bisa aku lupakan begitu saja. Aku ingin Arsenio juga tersiksa karena apa yang telah dia lakukan padaku!"

Tak mendengar balasan dari Felix, Elisha kembali berteriak lantang. "Kamu adalah anak dari ketua organisasi Hitam. Kenapa kamu tidak perintahkan seluruh anggota Organisasi Hitam untuk membunuh Arsenio? Pokoknya, aku ingin Arsenio mati secepat mungkin!"

Elisha mengatakan semua hal yang ingin ia inginkan dan Felix pun mengangguk cepat. "Kau tenang saja, Sayang. Dalam waktu dekat, kita akan mendengar kabar kematian Arsenio. Kamu tenang saja. Aku tidak akan membiarkan Arsenio hidup lebih lama. Ini janjiku kepadamu!"

Setelah berkata demikian, kemudian Felix pun memeluk Elisha. Dalam hatinya, Felix berjanji akan memastikan bahwa Arsenio tidak lagi hidup di dunia ini.

Elisha pun tersenyum miring dalam pelukan kekasihnya. 'Arsenio ... Aku akan membalas semua penghinaanmu hari itu,' batinnya.

****

Hari berikutnya. Seperti hari sebelumnya, sarapan dan pakaian sudah siap ketika Arsenio membuka mata.

Namun, kali ini ia dikejutkan dengan munculnya layar notifikasi baru di hadapannya. Tertulis.

[Misi baru!]

[Belajar bela diri, maka kau akan mendapatkan tambahan energi.]

Notifikasi itu menghilang secara otomatis. Arsenio, tersentak ketika Bastian memanggilnya.

"Iya, ada apa?" tanyanya spontan sambil menatap Bastian. Gugup, merasa seperti seseorang yang terciduk habis mencuri.

"Tidak ada apa-apa, Tuan Muda. Silahkan nikmati sarapan, Anda. Jika ada yang ingin Tuanku mau, maka katakan saja."

"Tidak perlu. Ini sudah lebih dari cukup. Oh, iya. Apakah kau bisa mengajariku bela diri? Seperti Kung Fu, karate atau yang lainnya? Apa kau bisa mengajariku sekarang?" tanya Arsenio ragu-ragu.

"Tentu saja, Tuan Muda. Jika, Tuan muda menginginkannya, maka saya bisa memanggil pelatih khusus untuk mengajari Tuan Muda berlatih bela diri," tawar Bastian, yang langsung mendapat anggukan kepala dari Arsenio.

"Boleh ... Setelah sarapan, aku ingin bertemu dengan pelatih itu. Diriku sangat ingin sekali berlatih bela diri dan juga menembak. Kemarin aku, melihat ruang menembak di sini."

"Baiklah, Tuan Muda."

Bastian membungkuk, memberi hormat, sebelum akhirnya dia melenggang pergi dari ruangan tersebut. Beserta kedua pelayan yang membawa sarapan dan pakaian untuk Arsenio.

***

Selang tiga puluh menit. Arsenio pun berada di ruang latihan yang memang disediakan secara khusus untuk melatih ilmu bela diri.

Alexander Guan sering menggunakan ruangan tersebut untuk melatih ilmu bela dirinya, dengan dibantu seorang pelatih.

Arsenio pun memberi hormat kepada pria empat puluhan tahun, yang menjadi pelatihnya itu.

Tendangan pertama coba Arsenio arahkan ke kepala gurunya itu. Namun, pria itu dapat menghindar.

Arsenio tersenyum miring. Ia merasakan adanya aliran energi yang kuat dalam tubuhnya. Arsenio yakin, ini adalah energi tambahan dari quest yang sedang dijalaninya.

Pukulan, tinjuan yang datang bertubi-tubi membuat pelatihnya sedikit kewalahan. Namun, ia juga tidak semudah itu untuk menyerah. Sedikitnya ia memberikan perlawanan untuk memacu semangat Arsenio.

Satu jam telah berlalu, Arsenio sudah mengeluarkan banyak keringat. Namun, staminanya tetap stabil dan energinya semakin bertambah.

Notifikasi baru pun muncul.

[Selamat, kau berhasil menyelesaikan quest.]

[Tambahan energi 20%. Stamina 30%.]

[DATA TERKINI]

[Nama: Arsenio Bagas Guan]

[Usia: 30 tahun]

[Skill: 50/100

[Stamina: 50/100]

[Poin Kemenangan: Tidak ada]

[Poin Aksi: Tidak ada]

[Hadiah yang sudah didapatkan: 11 Juta Dollar]

Notifikasi pun menghilang secara otomatis. Tentunya hanya Arsenio saja yang bisa melihat layar notifikasi itu.

Arsenio tersenyum penuh kemenangan. Sedangkan Bastian tetap tenang, memerhatikan Arsenio dari kejauhan.

Tidak lama kemudian, Bastian pun menghampiri Arsenio.

"Tuanku ..."

"Iya, katakan. Oh iya. Apa agendaku hari ini?" tanya Arsenio cepat, sembari mengusap keringat di wajahnya dengan handuk kecil.

"Agenda Anda hari ini, adalah menghadiri rapat penting dengan beberapa investor luar negeri. Mereka ingin tahu, sampai sejauh mana perkembangan proyek terbaru perusahaan kita, yaitu peluncuran game Mafia The Next Level ..."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Anak Yonif
tersenyum miring..miring kali kau selalu ada tersenyum miring, SE x x tersenyum nungging lah..nahh..asisten itu tdk selalu tiba2 masuk kamar, tiba2 muncul dimuka MC seperti si Bastian ini..menghampiri jika dipanggil saja.. kaget aja tiba2 muncul kaya setan, dan tanda baca nya amburadur, titik, koma,
goodnovel comment avatar
Bojo Galak
Elisha kasihan banget,,,, tapi itu balasan sepadan buat cewek mata duitan, xixixixi
goodnovel comment avatar
Sky putra Oskar
sip, asyik jg
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • MENDADAK MILIARDER DENGAN SISTEM MAFIA TERKUAT    123. TAMAT.

    Hari berikutnya. Arsenio menaklukkan X One di Bandara internasional, yang hendak melarikan diri ke luar negeri. Di hari itu juga, Organisasi yang selama ini dipimpin X One pun ditaklukkan. Mereka tidak bisa berkutik lantaran pemimpin mereka telah ditangkap.Pada akhirnya, Arsenio pun menjadi penguasa Tiga Wilayah Bagian, seperti yang telah kakeknya janjikan. Sebagaimana seharusnya, pewaris utama keluarga Guan, yang akan memimpin Tiga Wilayah Bagian. Sejak hari itu, Arsenio mulai berbenah. Dia membentuk Organisasi Naga Merah yang lebih kuat lagi, kokoh dan sedikit berbeda dari yang dipimpin Alexander Guan sebelumnya.Arsenio membuat banyak perubahan di mana-mana. Berkat kontribusinya itu, semua orang di Tiga Wilayah Bagian tersenyum. Tidak ada yang tidak mengenal Arsenio sekarang.Arsenio pun mulai mempersiapkan pernikahannya dengan Anindira. Tepat dua bulan setelah Luke Mallory tiada. Pernikahan yang telah nantikan itu akan segera terwujud.Satu hari sebelum pernikahan. Malam harinya

  • MENDADAK MILIARDER DENGAN SISTEM MAFIA TERKUAT    122. MENUJU TAMAT

    "Kejutan!" Suara Elsa begitu nyaring dan sangat melekat di telinga Arsenio.Siapa yang menduga, bom yang dimaksud Luke Mallory sebelum ia menghembuskan napas terakhirnya, adalah Elsa. Arsenio tidak habis pikir. Jika ia tahu, mungkin gadis itu sudah berpindah dunia kemarin. "Ada apa dengan ekspresimu, Kak? Apa kau terkejut melihatku seperti ini?" sambungnya berpura-pura polos, seolah tak terjadi apa-apa.Dia memah pandai bermain sandiwara. Kemarin Elsa berlagak layaknya seseorang yang sangat menderita. Mampu, menarik simpati Arsenio dan yang lainnya. Namun, sekarang? Elsa seperti serigala yang menyusup ke dalam gerombolan domba, lalu siap menerkam mereka.Arsenio bergeming. Dia terlalu cepat untuk mempercayai seseorang tanpa mencari tahu asal usulnya lebih jauh. Sampai akhirnya ia berada di ujung jurang karena rasa kepercayaannya itu, tapi semua ini tidak bisa ia sesali terus menerus. "Kenapa kau diam, Kak? Bukankah kau selalu saja banyak bicara ini dan itu? Kau terus saja berkata, b

  • MENDADAK MILIARDER DENGAN SISTEM MAFIA TERKUAT    121. KEKALAHAN LUKE MALLORY

    Arsenio berlari ke ruang perawatan. Dia mendapat kabar bahwa Elsa telah sadar. Dia bersyukur karena operasi pengangkatan cip itu berhasil. Bruk ...Pintu dibuka secara kencang, hingga menciptakan suara nyaring, sontak membuat dua gadis di dalamnya tersentak kaget."Arsenio ...""Kak Arsenio ..."Keduanya menyebut nama sang pria di waktu bersamaan. Terdengar kompak. Arsenio bernapas lega setelahnya. Lantaran dua wanita yang ia sayangi, ternyata baik-baik saja.Terutama saat melihat senyuman Anindira, selalu membuat hatinya tenang. "Kalian baik-baik saja bukan?" tanya Arsenio pada keduanya. "Iya, Kak Arsenio."Anindira ingin menjawab juga. Namun, dia kalah cepat dengan Elsa yang sudah lebih dulu berucap. Anindira pun hanya diam dan menunggu giliran ia berkata.Pandangan Arsenio lurus pada Anindira dan begitu juga senyuman. Ya, meskipun tangannya mengelus kepala Elsa."Lantas bagaimana dengan Kak Arsenio? Apa kakak berhasil menyelamatkan teman-temanku? Aku mendengar cerita Kak Anindir

  • MENDADAK MILIARDER DENGAN SISTEM MAFIA TERKUAT    120. MEREKA SELAMAT

    "Kapan pengirimannya?" Terlihat Luke Mallory sedang berada di sebuah ruangan, lebih disebut sebagai gudang karena banyak tumpukan kardus terbengkalai di sana.Jaring laba-laba menjadi penghias di setiap sudut ruangan. Lubang angin pun sudah tertutup debu yang sangat tebal.Lantai yang dipijak pun bukan dari keramik, melainkan masih lapisan pasir. "Pengirimannya akan dilakukan sore ini, Bos. Ketua Bulan Darah, yang akan mengantarnya sendiri," jawab salah satu anak buahnya, tertunduk ke bawah."Bagus. Para investor kita sudah banyak menanyakan soal anak-anak itu, yang akan mereka pekerjaan sebagai penari di club-club malam."Luke Mallory tersenyum sinis. Mengayunkan kakinya santai sambil menyesap sepuntung rokok yang hendak habis."Lantas, apa kalian sudah mendapatkan informasi tentang Arsenio?"Tiba-tiba dia membahas soal Tuan Muda keluarga Guan itu. Setiap saat dirinya tidak bisa tidur, terus saja terbayang-bayang bajah pemuda tiga puluh tahun, yang telah membunuh Leonardo. "Kami be

  • MENDADAK MILIARDER DENGAN SISTEM MAFIA TERKUAT    119. SUDAH DITEMUKAN

    "Sebenarnya, Kak Arsenio ini, siapa? Mengapa kakak bisa masuk ke rumah besar itu? Memangnya rumah itu, milik kakak juga?"Pertanyaan Elsa, sontak membuat Arsenio menghela napas berat. Sebenarnya dia ingin menyembunyikan identitasnya yang tidak lain adalah Pewaris Utama Keluarga Guan, dari Elsa. Namun, sepertinya keadaan yang telah memaksa ia untuk berkata jujur."Rumah mewah itu milik ayahku. Sebenarnya aku ini, pewaris utama keluarga Guan. Arsenio Bagas Guan. Putra satu-satunya Alexander Guan," beber Arsenio ragu. Dia tidak yakin momentumnya pas untuk mengungkapkan identitas. Elsa menatapnya sangat lama dan tanpa kata, seolah kalimat tadi adalah mantra yang mengutuknya menjadi patung batu. "Elsa?" Panggilan Arsenio menyadarkan gadis cantik dua puluh tahun itu, dari diamnya. "Mengapa sejak awal Kak Arsenio tidak jujur padaku?" Elsa mengubah posisi duduknya yang semula sedikit menghadap Arsenio, kini melihat keluar jendela."Aku tidak suka orang yang berkata bohong," sambungnya kesa

  • MENDADAK MILIARDER DENGAN SISTEM MAFIA TERKUAT    118. KEKACAUAN APA LAGI INI?

    Arsenio pun kembali ke rumah. Kemarin malam ia tidak pulang karena menemani Elsa. "Tuan Muda. Kemana saja Anda kemarin malam?" tanya Bastian, yang langsung mencecar. "Tuan, terus mencari Anda. Mengapa ponsel Anda tidak aktif? Sebenarnya pergi kemana Anda, Tuan Muda?"Arsenio menghela napas panjang, "ada hal yang sedang kuurus. Sekarang aku minta padamu untuk mencari informasi tentang Organisasi Bulan Darah.""Bulan Darah?" Bastian menautkan sebelah alisnya. "Bukankah organisasi itu sudah hilang. Lantas, untuk apa, Anda mencari informasi tentang mereka lagi?""Aku akan jelaskan nanti. Sekarang, aku ingin menemui ayah. Di mana Ayah?" "Tuan Alexander ada di ruangannya." Setelah mendengar kalimat itu, Arsenio buru-buru menaiki anak-anak tangga, menuju lantai dua.Arsenio pun langsung masuk ke ruangan itu tanpa mengetuk pintunya lebih dulu."Ayah," kata Arsenio terkesan buru-buru."Arsenio. Kemana saja kamu, Nak?" tanya Alexander Guan cemas. Sampai bangu dari tempat duduknya. "Aku ber

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status