Share

Bab 8

"Enggak," balas Putri cepat.

"Maka dari sekarang sampai tiga bulan ke depan kamu harus mikirin saya. Kalau gak bisa, ya sudah paksakan saja." Aku berusaha mencairkan suasana tegang kami. Tapi ternyata semakin bertambah tegang.

"Kalo aku gak mau?"

"Mas bikin mau. Bisa karna terpaksa, begitu peribahasa lama."

"Apa, Mas? Peribahasa dari mana? Ngaco!"

Sehabis itu dia tertawa. Barangkali menganggap ucapanku tadi lucu. Melihat itu aku bagai menyelami sisi lain Putri. Selama ini wanita itu hanya terus bersungut sebal padaku.

"Kamu manis banget Dik, kalau ketawa begitu," pujiku.

"Mana ada!" Dia kembali lagi ke wujud asalnya.

Aku tersenyum. Harusnya kusimpan sendiri saja manisnya diam-diam. Di dalam sini, ada desir yang tidak bisa kujelaskan. Rasanya hangat, mendebarkan, sekaligus menyenangkan.

"Dari sekarang cobalah untuk banyak tersenyum, Dik." Aku memberikan nasihat. "Jangan lupa juga buat melibatkan Mas terus dalam urusanmu."

***

Kulihat Putri tengah merawat tanaman-tanamannya. Pemandangan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status