Home / Romansa / MENGAJAR CINTA / 12. Seperti Dua Anak Kecil

Share

12. Seperti Dua Anak Kecil

Author: Nd.park
last update Last Updated: 2025-07-05 21:39:07

SELAMAT MEMBACA SEMUANYA

Siang itu, matahari bersinar cerah, seolah tahu bahwa ada satu anak kecil yang akhirnya bisa kembali bermain lagi.

Ares berjalan pelan menggandeng tangan Putra. Di tangan kirinya, boneka ikan flanel berwarna biru yang ia beri nama Upang tak lepas dari pelukannya. Ia mengenakan jaket bergambar dinosaurus dan ransel kecil berkarakter Smurfs berisi biskuit buatan Nissa pagi tadi.

Begitu sampai di depan pintu rumah, Ares berhenti sejenak. Ia menatap pintu itu, lalu melihat sang pengasuh yang sudah menunggunya.

“Mbak Nita…” panggil Ares begitu melihat pengasuhnya. Ia langsung melepaskan genggaman tangan sang ayah dan berlari kecil ke arah Nita.

Nita menyambutnya dengan senyum lebar. “Adek… Mbak kangen sama Adek.”

“Hihi… Yes juga kangen sama Mbak. Yes cakit, loh, Mbak,” cerita Ares sambil mengangkat tangannya, menunjukkan perban kecil di lengannya.

Nita mengangguk penuh sayang. “Utu… utu… sayangnya Mbak sakit,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • MENGAJAR CINTA   14. Lobot dan Empat Jari

    SELAMAT MEMBACA SEMUANYA...Waktu berjalan semakin cepat sejak hari itu—sejak Putra mengantar Dinda pulang di tengah hujan. Entah bagaimana, hubungan mereka jadi terasa lebih dekat. Kini, setiap kali Dinda selesai mengajar Ares, mereka selalu menyempatkan diri untuk mengobrol, meskipun hanya sebentar. Bahkan Ares mulai menyadarinya.“Miss, Yes cekalang cudah becal, kata Papa,” ujar Ares tiba-tiba setelah mereka selesai belajar.Dinda yang sedang membereskan buku-buku menoleh sambil tersenyum. “Oh ya? Tapi menurut Miss, Ares masih kecil, loh,” godanya sambil mencubit pelan pipi Ares.“No... no... no!” jawab Ares cepat sambil menggoyangkan jari telunjuk ke kanan dan kiri, lengkap dengan gelengan kepala serius khas dirinya. “Kata Papa, Yes cudah becal kalena mau empat tahun!” lanjutnya bangga, lalu menunjukkan empat jarinya.“Wah, beneran? Kapan ulang tahunnya Ares?” tanya Dinda sambil benar-benar duduk di depan Ares, menatap

  • MENGAJAR CINTA   13. Sebelum Hujan Turun

    SELAMAT MEMBACA SEMUANYA…Pagi itu, setelah mandi dan hampir menyelesaikan sarapan, aroma roti panggang dan mentega masih menggantung di udara. Ares duduk di kursi makan kecilnya, menyelesaikan gigitan terakhir roti sambil mengetuk meja dengan sendok plastik biru.“Miss Dinda datangnya lama banget,” gumam Ares sambil menyuap rotinya yang sedikit lagi.Nita terkikik pelan. “Mungkin Miss-nya masih dandan, biar cantik buat ketemu Ares.”Ares langsung menggeleng. “Miss Dinda cudah cantik.”Belum sempat Nita menjawab, bel rumah berbunyi.“ITUUU DIAAAA!!” teriak Ares antusias. Ia melompat turun dari kursinya dan berlari ke arah pintu, masih menggenggam sisa roti di tangan.Putra yang baru turun dari lantai atas hanya bisa tersenyum melihat antusias anaknya.Begitu pintu dibuka, Dinda sudah berdiri di depan pintu dengan senyum lebar dan kantong berisi buku cerita di tangan kirinya. Ia sendiri tak menyangka bahwa sudah

  • MENGAJAR CINTA   12. Seperti Dua Anak Kecil

    SELAMAT MEMBACA SEMUANYA…Siang itu, matahari bersinar cerah, seolah tahu bahwa ada satu anak kecil yang akhirnya bisa kembali bermain lagi.Ares berjalan pelan menggandeng tangan Putra. Di tangan kirinya, boneka ikan flanel berwarna biru yang ia beri nama Upang tak lepas dari pelukannya. Ia mengenakan jaket bergambar dinosaurus dan ransel kecil berkarakter Smurfs berisi biskuit buatan Nissa pagi tadi.Begitu sampai di depan pintu rumah, Ares berhenti sejenak. Ia menatap pintu itu, lalu melihat sang pengasuh yang sudah menunggunya.“Mbak Nita…” panggil Ares begitu melihat pengasuhnya. Ia langsung melepaskan genggaman tangan sang ayah dan berlari kecil ke arah Nita.Nita menyambutnya dengan senyum lebar. “Adek… Mbak kangen sama Adek.”“Hihi… Yes juga kangen sama Mbak. Yes cakit, loh, Mbak,” cerita Ares sambil mengangkat tangannya, menunjukkan perban kecil di lengannya.Nita mengangguk penuh sayang. “Utu… utu… sayangnya Mbak sakit,

  • MENGAJAR CINTA   11. Hari yang Mulai Cerah

    SELAMAT MEMBACA SEMUANYA…Pagi itu, cahaya matahari menembus tirai kamar dengan lembut. Ares masih meringkuk di balik selimut, memeluk bantal guling kesayangannya. Sudah lima hari ia sakit, dan hari ini kondisinya mulai membaik, meski wajahnya masih tampak letih.Putra duduk di tepi ranjang, menyuapi anak itu dengan sabar. Meski mulut kecilnya menolak beberapa suap, ada kemajuan, Ares tidak lagi menangis. Ia hanya diam, masih terlihat sedih, tetapi lebih tenang dari hari-hari sebelumnya.Saat itulah Nissa masuk ke kamar sambil membawa sebuah kotak kecil berwarna biru laut.“Ares, Oma bawa sesuatu, nih…” ucapnya ceria, berusaha mencairkan suasana.Ares hanya melirik sekilas. Ia benar-benar masih lelah untuk merespons.Nissa mendekat dan perlahan membuka kotak itu. Di dalamnya ada sebuah boneka ikan dari kain flanel, lengkap dengan mata bulat besar dan sirip yang bisa digerak-gerakkan.“Namanya Upang. Dia teman baru Ares,” kata Niss

  • MENGAJAR CINTA   10. Kepergian Yang Tak Dimengerti

    SELAMAT MEMBACA SEMUANYA…Begitu sampai di sana, Putra mendadak terdiam. Tubuhnya seolah membeku. Beberapa detik kemudian, Johan dan Nissa menyusul. Saat melihat apa yang sedang dilihat Putra, mereka pun ikut terpaku, tanpa suara.Dengan suara pelan, Putra berucap, “Ya Tuhan… anak gue.” Tak jauh berbeda dengan Putra, Johan dan Nissa juga terkejut.“Mas… itu cucumu?” tanya Nissa lirih.“Bukan, Sayang. Itu cucu kamu,” jawab Johan lantang.Nissa langsung melempar tatapan sinis ke arah suaminya.Ares yang mendengar suara-suara dari arah pintu menengadah. Saat melihat ayahnya beserta kakek dan neneknya, ia langsung tersenyum lebar.“Papa! Yes cudah punna ikan melah!” teriaknya polos, tanpa merasa bersalah sedikit pun.Ia tidak tahu bahwa Opanya sedang heboh mencarinya, sementara ia malah asyik bermain air di kolam kecil di belakang rumah kakek dan neneknya.“Boy, kamu sedang apa?” tanya Putra sambil menghampiri Ares yang berd

  • MENGAJAR CINTA   9. Hari Minggu yang Sibuk

    SELAMAT MEMBACA SEMUNYA...Minggu pagi yang cerah. Tanpa alarm dan jadwal mengajar, Dinda bangun, menyibak tirai kamarnya. Suara ayam dan lantunan ibu-ibu dari luar rumah menyambutnya, sederhana tapi istimewa.Usai bersih-bersih, ia melangkah ke dapur dengan daster bunga dan rambut dikuncir seadanya. Ibunya sudah sibuk, ditemani lagu Cinta Merah Jambu yang diputar dari radio kecil. “Pagi, Bu.”“Pagi, Nduk. Tumben hari libur bangun pagi,?” tanya Bu Ara sambil mengeluarkan bahan masakan di dalam kulkas.“Gak tahu juga bu, mungkin karena mau bantuin Ibu.” ucapnya “mau masak apa aja, Bu?” tanyannya“Rencana mau masak lodeh, sambal goreng kentang, sama bakwan jagung. Tapi sepertinya bahannya banyak yang kurang.”Dinda mengangguk pelan. “Kalau gitu, ke pasar dulu ya, Bu?” Bu Ara menoleh sebentar, lalu tersenyum. “Yaudah, nemenin Ibu, ya? Sekalian bantu Ibu angkat-angkat belanjaannya.” …Pasar Minggu pagi itu rama

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status