Share

Pesimis

Vonny.

“Ada apa?“

“Biskuitnya sudah dicicipi?“

Kening Rania berkerut. “Ya ampun, dalam kondisi begini kamu masih menanyakan makanan?“

“Memang nggak boleh?“ Vonny nampak bingung.

“Saat ini nggak!“ Rania menjawab sedikit ketus.

“Tapi, biskuit itu perlu dicicipi.“

“Sudahlah!“ Rania berdecak. “Jangan ganggu aku. Apalagi soal makan-memakan makanan. Kalau kamu mau, bungkus dan makan saja sendiri. Mengerti?“

Heran. Kendati Rania nampak emosional, Vonny tetap bergeming di tempatnya.

“Rania, biskuit itu adalah produk baru perusahaan ini. Bukankah kamu sendiri sebagai salah satu panitia yang meminta agar setiap karyawan mencicipi dan kemudian mengisi daftar isiannya mengenai rasa, teksur, aroma, struktur kemasan, dan lain-lain?“

Benar juga. Rania malu sendiri.

“Ma

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status